webnovel

Bukan Salah Rasa

Kisah anak-anak remaja yang beranjak dewasa, dimana masing-masing dari mereka memiliki masalah hidupnya masing-masing. Refan, Reisya, Ruri, Simon, Miko, Zahra, Nando, Nindy, Lucy, dan Gavin. Mereka semua memiliki kisah hidupnya masing-masing, dimana ego dan perasaan menjadi landasan dari sebuah perubahan besar dalam hidup mereka. Di saat hati sudah menguasai, apakah logika bisa melawannya? Baik sadar atau tidak, nyatanya perasaan lah yang selalu menang atas perdebatannya dengan ego. Anak muda adalah awal dari kisah mereka, setelah beranjak dewasa barulah mereka mengerti arti perasaan yang sebenarnya. Lalu jika masalah terjadi di antara kehidupan mereka, apakah rasa itu ikut bersalah? Hati seseorang tidak bisa di tentukan oleh kehendak orang lain, karna kekuasaan sepenuhnya ada pada si pemilik hati sendiri. Apakah ia menerima perasaan itu, atau malah membuang. ( Mengandung beberapa part 21+)

SA_20 · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
280 Chs

Alasan Lo Terlambat

Dan Refan pun langsung mencium bibir Reisya, berhubung wajah mereka berdekatan jadi memudahkan pergerakannya untuk membuat Reisya diam.

Dan benar saja, seketika Reisya terdiam dengan mata yang melebar sempurna. Sedangkan Refan, ia malah keasyikan hingga lupa akan tujuan utamanya melakukan hal itu. Saat mulutnya merasakan rasa manis yang memabukkan itu, seketika Refan jadi lost control. Ia mencium Reisya cukup lama, bahkan ia juga melumatnya.

Tapi sesaat kemudian Reisya tersadar dari lamunannya, dan ia terjebak oleh permainan lidah Refan. Jujur saja ini memang ciuman pertamanya, tapi ia tau apa yang biasanya orang lakukan saat berciuman. Merasa tidak mau kalah, Reisya pun menggigit bibir Refan. Hal itu membuat Refan melepas ciumannya, dan kesempatan itu Reisya gunakan untuk membalas perlakuan Refan tadi.

Kini berbalik Reisya yang mencium Refan, bahkan Refan sendiri sampai terkejut merasakannya. Ia pikir Reisya tidak tau cara berciuman, tapi kenyataannya di luar dugaan. Walaupun begitu Reisya masih kaku untuk melakukannya, itu berarti ciuman ini adalah ciuman pertama untuk Reisya.

Refan membiarkan Reisya menguasai dirinya, dan saat Reisya akan melepas ciumannya barulah Refan menahan Reisya. Mereka bahkan bermain cukup lama, bisa di pastikan jika bel sekolah sudah berbunyi sekarang. Tapi sayangnya kedua orang itu masih asik dengan kegiatannya, hingga nafas mereka sudah sangat sempit barulah Reisya melepas ciuman mereka.

Nafas Refan dan Reisya sama-sama memburu, dan wajah Reisya terlihat bersemu setelah ciuman itu terlepas. Mungkin ia baru sadar apa yang sudah ia lakukan itu terlalu intim, kini ia tidak bisa menatap Refan karna rasanya sangat malu sekali. Sedangkan Refan sendiri malah tersenyum puas, ia merasa senang karna nyatanya ia yang pertama kali menyentuh bibir Reisya. Tanpa berkata lagi, Refan melajukan mobil mereka ke sekolah.

Tidak lama kemudian, mobil Refan berhenti di depan gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat. Lalu Refan keluar dari mobil, dan mencari satpam sekolah.

"Pak, pak satpam!" Panggil Refan.

Tiba-tiba muncul seseorang berpakaian satpam menghampiri Refan, lalu ia bertanya kenapa Refan telat?

"Ada apa? Kenapa kamu belum masuk kelas? Kamu terlambat ya?" Tanya satpam itu tanpa henti.

Sebelum di tanya lebih jauh, Refan pun meminta satpam itu untuk diam.

"Duh pak, berisik banget si. Nanti para guru denger loh, emang bapak mau di pecat gara-gara ganggu para guru yang sedang mengajar?" Balas Refan dengan ancaman.

"Ya enggak lah, saya masih butuh pekerjaan ini untuk kasih makan anak dan istri saya." Jawab satpam itu.

"Nah kalo gitu kita bicaranya pelan-pelan aja." Balas Refan memulai negosiasi.

"Iya deh iya, memang mau bicara apa?" Tanya satpam itu bisik-bisik pada Refan.

"Ini pak, biarin saya masuk dong. Saya mau belajar pak, saya tidak mau bolos." Jawab Refan memberitahu.

"Siapa suruh kamu terlambat, aturan di sekolah itu murid tidak boleh masuk kalau terlambat." Balas satpam itu dengan tegas.

"Ya ampun pak, saya terlambat juga bukan karna apa-apa. Saya tadi kan sarapan dulu sama keluarga, ngobrol-ngobrol baru berangkat. Eh ternyata malah terlambat sampai sekolahnya, kan saya tidak salah pak. Di sekolah kan di ajarin kalau kita itu harus hormat sama orang tua, kalau orang ngajak ngobrol masa kita biarin si pak? Benar kan?" Jelas Refan seadanya yang penting jadi.

"Iya juga ya, di sekolah kan di ajarin menghormati orang tua dan tidak boleh melawannya." Gumam satpam itu mulai terpancing perkataan Refan.

"Nah kan, makanya saya gak salah pak. Saya kan terlambat karna menuruti pelajaran itu, bukan karna sengaja." Tekan Refan terus memprovokasi.

Satpam itu tampak berpikir, sampai akhirnya ia membukakan pintu untuk mobil Refan agar bisa masuk ke dalam. Refan pun tersenyum puas, akhirnya ia bisa mengelabuhi satpam sekolah itu.

"Makasih pak." Ucap Refan saat mobilnya melaju masuk ke halaman sekolah.

Sesampainya di parkiran, Refan pun mematikan mesih mobilnya dan keluar. Tidak lama setelahnya Reisya ikut keluar, sebenarnya ia penasaran apa yang tadi Refan bicarakan dengan satpam hingga mereka di perbolehkan masuk padahal sudah jelas terlambat.

"Fan, tadi lo bilang apa ke satpam sampai di bolehin masuk?" Tanya Reisya penasaran.

Refan tersenyum miring, lalu ia menghampiri Reisya dan bersandar pada mobilnya.

"Gak bicara apa-apa kok, hanya memancing pikirannya aja." Jawab Refan seadanya.

Mendengar hal itu Reisya mengernyit tidak mengerti, tapi sesaat setelah ia tidak peduli lagi dengan hal itu. Apapun alasannya, yang penting saat ini ia bisa masuk ke dalam sekolahnya. Kini hanya perlu memikirkan cara untuk kembali ke kelas, karna mereka terlambat 10 menit dan saat ini wali kelas sudah pasti sedang memulai pelajaran.

"Ya udahlah terserah, yang penting gw bisa masuk kelas." Balas Reisya tidak peduli.

"Nah kalo gitu ayo masuk, alasan aja dari toilet." Jawab Refan memberi usul.

Reisya pun mengangguk setuju dengan usul Refan, lalu mereka melangkah masuk ke dalam gedung sekolah dan menaiki lift. Dan saat lift tiba di lantai 3, meraka pun berpisah. Karna Kelas Refan berada di lantai itu, sedangkan kelas Reisya berada di lantai 5.

"Gw duluan ya, lo hati-hati saat masuk kelas nanti." Pamit Refan pada Reisya.

"Iya gw tau kok." Balas Reisya dengan pasti.

Refan mengangguk paham, lalu ia pun keluar dari lift dan melangkah ke kelasnya. Sedangkan Reisya lanjut naik ke lantai 5, tidak butuh waktu lama sampai akhirnya pintu lift kembali terbuka. Reisya melangkah keluar dari lift menuju ke kelasnya, sebelum masuk ke dalam kelas Reisya lebih dulu memantau situasi di ruang kelas itu. Setelah di pastikan aman, Reisya pun memberanikan diri untuk mengetuk pintu.

Setelah mendengar suara ketukan pintu, semua orang di kelas itu pun menatap pintu. Lalu wali kelas itu menyuruh orang yang mengetuk pintu untuk masuk, Reisya pun menghela nafas panjang lebih dulu baru setelah itu ia membuka pintu dan melangkah masuk.

"Permisi bu, maaf saya terlambat." Ucap Reisya dengan sopan.

Wali kelas itu menatap Reisya dengan tegas, lalu ia pun mempertanyakan alasan Reisya terlambat. Karna tidak biasanya Reisya terlambat seperti ini, bagaimana pun dia siswi beasiswa jadi harus patuh terhadap peraturan.

"Iya bu maaf, tadi saya sakit perut pas bel berbunyi. Jadi sebelum ke kelas, saya ke toilet dulu." Jawab Reisya memberi alasan.

"Begitu, ya sudah kali ini saya maafkan. Lain kali tidak ada kata terlambat lagi, mengerti!" Balas wali kelas itu dengan tegasnya.

"Baik bu, saya mengerti." Jawab Reisya sambil mengangguk.

"Bagus, kamu boleh duduk." Balas Wali kelas itu.