webnovel

Parasit

Mila dan yang lainnya sedang membereskan kafe sebelum tutup. Tidak lama Vian sampai di sana saat mereka sudah selesai.

"Aku pulang duluan ya. Sinta, tolong kunci pintu dengan benar," kata Mila lalu menuju ke arah Vian yang menunggunya di mobil.

"Oke, tenang aja," jawab Sinta. Ia kemudian bersiap untuk pulang juga.

Sementara itu, saat Mila sudah masuk ke dalam mobil Vian, Bara memperhatikannya melalui kaca pintu hingga mobil itu menghilang dari pandangannya.

"Ayo, kita pulang! Kamu mau tidur di sini?" tanya Sinta yang membuyarkan lamunan Bara.

"Ah iya, baiklah," jawab Bara lemah. Dia kemudian mengambil gitarnya dan naik bus terkahir menuju rumahnya.

Sepanjang perjalanan dia terus termenung mengingat Mila yang saat itu bersama suaminya. Mungkin ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama, atau kedua? Karena Bara baru merasakan hal ini saat pertemuan kedua mereka. Sayang sekali cinta pertamanya harus kandas karena waktu yang salah.

***

Mila merapikannya jas Vian yang tergeletak di tempat tidurnya. Saat ia mengangkatnya sebuah kertas terjatuh dari kantong jas itu. Dia lalu memungutnya dan mengambil kertas itu. Di sana tertulis nota pembayaran untuk konsultasi dengan psikiater.

Dia heran, untuk apa Vian ke tempat psikiater? Kenapa ia tidak memberitahu masalah ini kepada dirinya? Mila akhirnya memotret nama dan alamat praktek dokter itu. Jika ada waktu mungkin ia akan mencari tahu hal ini diam-diam.

Mila segera mengembalikan kertas itu ke tempatnya dan menggantung jas Vian saat laki laki itu sudah keluar dari kamar mandi.

Vian lalu mengambil sesuatu dari laci samping tempat tidurnya.

"Aku mau turun buat minum," ucap Vian dan dijawab anggukan oleh Mila.

Karena penasaran dia lalu mengikuti Vian dari belakang. Dan melihat jika laki laki itu meminum sebuah obat.

Selama ini Mila sudah disibukkan dengan urusannya di kafe sampai tidak mengetahui jika Vian menjalani pengobatan di psikiater dan mengkonsumsi obat penenang tiap malam.

Ia jadi merasa bersalah karena tidak memberikan perhatian pada Vian. Tapi bukan salah Mila juga, karena Vian begitu sulit untuk di dekati. Dia seperti menjaga jarak dengan istrinya sendiri.

TING TONG.

Waktu menunjukkan hampir tengah malam, tapi siapa yang bertamu jam segini? Mila lalu berjalan ke depan untuk membuka pintu.

Seorang ibu-ibu berdiri di depan pintu dan nampak bingung.

"Loh kok? Apa aku salah rumah ya?" gumam ibu itu sambil memperhatikan lingkungan sekitarnya.

"Siapa?" tanya Viian ikut ke depan mencari tahu siapa yang datang ke rumahnya pada jam segini.

"Vian, ini ibu!" seru ibu itu. Mila bingung dengan jawaban ibu itu karena setahu dirinya Vian sudah tidak punya orangtua.

"Siapa wanita ini Vian?" tanya ibu itu sambil melirik Mila.

"Dia istriku bu. Dan ini perkenalkan Ibu Ratna adalah ibu mertuaku Mila," ucap Vian.

Mila lalu meraih tangan ibu itu dan mencium punggung tangannya. Tapi Ratna tampak tidak senang melihat menantunya sudah menikah lagi.

"Kamu udah nikah lagi Vian?"

"Iya bu, udah beberapa bulan yang lalu. Mari masuk dulu. Mila tolong ambilin minum ya," perintah Vian yang langsung dikerjakan oleh Mila.

Ratna memperhatikan Mila dari ruang tamu.

"Kamu udah ngelupain anak ibu?" tanya Ratna yang seolah tidak menyukai jika menantunya menikah lagi.

"Bukan begitu bu, selamanya Delia tetap memiliki tempat di hati Vian. Tapi Vian juga perlu melanjutkan hidup bu," jawab Vian mencoba menjelaskan kepada ibu mertuanya.

Tidak lama Mila datang dengan membawa minuman dan menaruh gelas itu di meja.

"Ibu mau bicara berdua sama kamu Vian," ucap Ratna. Vian lalu menoleh ke arah Mila seolah memintanya untuk meninggalkan mereka berdua.

Mila yang paham lalu beranjak dari tempat itu dan naik ke tangga menuju kamar. Ia tidak tahu apa yang ingin dibicarakan mertua suaminya itu.

"Ada apa bu?" tanya Vian setelah Mila pergi meninggalkan mereka.

"Ibu, dalam masalah lagi Vian. Kamu bisa kan bantu ibu?" tanya Ratna memelas.

"Berapa yang ibu butuhin?" tanya Vian seolah sudah tahu apa maksud tujuan ibu mertuanya menemui dirinya malam itu.

Bukan sekali dua kali Ratna meminta uang pada Vian meski anaknya Delia sudah meninggal dari kapan tahun.

Ratna bekerja di tempat karaoke sebagai pelayan di sana. Meskipun usianya tidak lagi muda, namun wajahnya masih cantik dan terlihat awet muda. Karena itu ia masih digunakan di tempat itu.

Tapi seringkali ia ikut berjudi dan membuat masalah dengan teman-teman di tempat kerjanya. Lalu ia akan selalu menyombongkan menantunya yang kaya raya. Sehingga saat kalah judi dia akan meminta uang kepada Vian untuk membayar hutangnya itu.

Vian sendiri tidak sengaja bertemu Delia saat ibunya akan menjadikannya sebagai penebus hutang karena sudah berkali-kali kalah berjudi. Untung saja saat itu Vian memergokinya saat ia melakukan survey lokasi untuk syuting iklan klien perusahaannya. Dan bisa menyelamatkan Delia dari niat buruk ibunya sendiri.

Setelah Vian melunasi hutang Ratna, ia lalu semakin dekat dengan Delia hingga jatuh hati padanya.

"Sepuluh juta aja. Kamu ada kan nak Via?" tanya Ratna dengan entengnya.

Vian menghela napasnya. Bukan berarti ia tidak mau membantu ibu mertuanya. Tapi dia baru saja membeli sebuah kafe yang tentunya tidak murah dan juga belum lama ini menggelar pernikahan dengan Mila.

Uang sepuluh juta menjadi berat di keluarkan untuk seseorang yang sudah bukan siapa-siapanya. Apalagi untuk membayar kekalahan judinya.

"Kenapa? Kamu gak mau bantu ibu lagi? Karena sekarang kamu udah punya istri lagi? Istrimu melarangmu mengeluarkan uang buat orang lain?" tanya Ratna yang langsung menghakimi Mila.

"Bukan begitu bu.. Ya udah, ibu tunggu di sini. Vian akan ambilin uangnya buat ibu," ucap Vian lalu beranjak menuju brankas yang ada di lemari bajunya.

Saat ia masuk ke dalam kamar, dia melihat Mila yang duduk di pinggiran tempat tidur. Vian tidak enak untuk menceritakan masalah ini pada Mila. Akhirnya dia memilih diam dan langsung menuju brankasnya untuk mengambil uang.

Mila memperhatikan Vian yang tidak berbicara apa-apa padanya. Dia dengan jelas melihat laki laki itu mengambil uang yang jumlahnya tidak sedikit lalu langsung turun dari kamar.

Mila mengikutinya dari belakang dan bersembunyi di balik dinding tangga. Ia menyaksikan Vian memberikan uang itu kepada ibu mertuanya dulu.

"Ini bu. Vian harap ibu segera menghentikan hobi berjudi ibu. Karena Vian gak bisa selalu membantu ibu. Vian juga punya kebutuhan lain bu," kata Vian sambil memberikan uang itu kepada Ratna.

"Kamu udah berubah Vian. Semenjak menikah lagi dengan wanita lain. Kamu udah gak anggap ibu ini ibumu lagi. Dan juga kamu begitu cepatnya ngelupain Delia anak ibu," ucap Ratna sebelum akhirnya dia meninggalkan rumah menantunya itu.

Vian menunduk dan mengusap kepalanya. Sepertinya obat penenang yang barusan ia minum tidak akan bekerja setelah mendengar kata-kata dari ibu mertuanya tadi.