webnovel

Lolos Begitu Saja

"Udah mandi kenapa masih panas ya?" gumam Mila.

Dia membuka satu kancing piyamanya karena kepanasan. Dan ia sama sekali tidak berpikir macam-macam saat itu. Dengan santai Mila duduk di meja riasnya dan memakai lotion sebelum tidur.

Tidak sengaja Mila menangkap bayangan Vian melalui pantulan cermin yang ada di depannya. Lelaki itu terus memandanginya sedari tadi. Sungguh sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Mila juga memperhatikan Vian cukup lama. Kenapa lelaki itu tampak sangat menggoda malam ini? Pikir Mila.

Vian tampan dan memiliki tubuh yang bagus, ingin sekali Mila melihat tubuh Vian yang dihiasi dengan tato di dada kanannya yang indah. Sebelumnya ia pernah melihatnya sekali dan itu hanya sebentar.

Mila segera menggelengkan kepalanya. Sejak kapan dia jadi mudah berpikiran hal mesum seperti ini? Dia menepuk-nepuk wajahnya untuk menyadarkan diri.

Setelah selesai, Mila menuju tempat tidur dan berbaring di sebelah Vian. Jantunya tiba-tiba berdegup dengan kencang. Dan napasnya memburu padahal dia tidak sedang berolahraga.

"Kenapa ini? Ada yang salah dengan tubuhku," batin Mila. Dia mencoba memejamkan matanya untuk menahan gejolak yang keluar dari tubuhnya.

Namun hal itu tidak bertahan lama, mata Mila kembali terbuka saat sebuah bibir hangat menyambar bibirnya. Dan orang itu adalah Vian.

Jantung Mila semakin berdegup kencang, saat lelaki yang baru saja ia puja visualnya tersebut memberinya kenikmatan yang begitu sangat ia inginkan sebelumnya.

Tanpa menunggu perintah, Mila mengaitkan lengannya pada leher Vian dan membalas pagutan dari lelaki tersebut. Dan dia juga tak segan membantu melepas baju kemeja yang masih menyelimuti Vian karena gejolak tubuhnya yang semakin tak tertahan.

Ya. Dia menginginkan Vian malam ini. Meskipun baru tadi pagi Mila melakukannya dengan Bara. Mendadak ia melupakan Bara yang sudah lebih dulu tinggal di hatinya.

Tak butuh waktu lama, pakaian mereka sudah tertanggal. Vian yang sudah pernah menikah melakukan tugasnya dengan baik. Siapa sangka dia ahli dalam memberi kenikmatan pada pasangan. Kenapa dia bisa menahannya selama ini? Pikir Mila.

Setelah beberapa menit melakukan pemanasan Vian mulai memasuki Mila dengan perlahan. Dia pikir pasti akan sakit bagi seorang wanita untuk pertama kalinya.

Dan tiba-tiba Vian terdiam.

"Kenapa berhenti?" tanya Mila dengan suara paraunya.

Vian tak juga menjawab pertanyaan Mila. Dia memandang wajah istrinya dengan tanda tanya besar. Sungguh tatapan yang sulit diartikan.

Setelah lama memandang Mila dan membuat wanita itu kebingungan, akhirnya ia meneruskan permainannya kembali. Dan tidak sesuai dugaan, Vian mempercepatnya membuat Mila sedikit kecewa.

Setelah selesai melepaskan hasratnya, Vian segera memunguti pakaiannya yang berserakan dan segera memakainya. Lalu dia keluar dari kamar untuk menuju kamar mandi.

Vian memejamkan matanya dibawah guyuran shower yang membasahi seluruh wajah dan tubuhnya. Satu hal yang sangat mengganjal pikirannya saat ini. Kenapa milik Mila sangat mudah ia masuki? Bukankah seharusnya itu sulit untuk kali pertama? Apa jangan-jangan Mila pernah melakukannya dengan lelaki lain? Tapi dengan siapa? Pikir Vian.

Dia terus berdebat dengan pikiran negatifnya kembali. Padahal sebelumnya ia sudah memutuskan untuk percaya pada Mila.

Sementara itu Milaa masih terdiam di tempat tidur. Dia meremat selimutnya, saat mengingat jika dirinya sudah tidak suci sebelum melakukan kewajibannya sebagai seorang istri.

"Udah pasti Vian menyadarinya kan?" batin Mila.

"Memangnya apa lagi penyebabnya, kalau gak, dia nggak mungkin secepat itu menyudahinya."

Padahal ini malam pertama dengan suami yang sangat diinginkan Mila. Tapi dia sendiri yang mengacaukannya. Ia bingung akan menjawab apa jika Vian menanyakan hal ini padanya.

"Ahh.. bagaimana ini..." keluh Mila sambil menutupi dirinya dengan selimut.

Dari balik selimut, Mila melihat kedatangan Vian. Hal itu membuatnya semakin gugup. Dia tidak tahu apa yang akan diucapkan lelaki itu padanya.

Mila masih berlindung di balik selimutnya saat Vian sudah berbaring di sebelahnya. Dia akan berpura-pura tidur sampai pagi datang untuk menghindari suaminya itu.

"Terima kasih.. karena udah menunggu sampai selama ini," ucap Vian.

Mila terkejut mendengar perkataan dari Vian. Perlahan dia membuka selimutnya dan menatap lelaki itu.

"Apa dia gak tahu? Tapi kenapa tadi dia tiba tiba bersikap dingin?" tanya Mila dalam hati.

"Aku pikir aku gak akan pernah bisa ngelakuinnya lagi pada wanita lain. Ternyata gak, aku udah sembuh dari traumaku. Makasih udah mau menjadi istriku dan bersabar untuk selama ini," ucap Vian lalu mengecup kepala Mila.

Setelah itu dia tidur seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

"Mungkin ini gak seperti dugaanku. Pasti ada sebab yang lain, atau ini cuma perasaanku aja," batin Vian. Dia memutuskan untuk kembali berpikir positif terhadap istrinya. Sebab dia lelaki cerdas, dia tahu keadaan seperti ini bukan hanya di sebabkan karena hubungan suami istri saja melainkan bisa terjadi karena penyebab yang lain. Bisa saja Milaa salah satu dari kasus langka tersebut.

Ya. Tidak ada salahnya untuk mencoba berpikir positif terhadap pasangan sendiri.

Mila masih memandangi wajah Vian yang terpejam. Berpikir jika Vian seperti ini sejak awal apakah dia masih akan jatuh cinta pada laki laki itu? Kini keadaan menjadi semakin rumit saat Vian mulai bersikap hangat padanya. Perasaan bersalah kembali muncul padanya. Dia sadar tidak seharusnya dia menghianati suaminya sampai sejauh ini.

Tapi apa bisa Mila memutuskan hubungannya dengan Bara? Apalagi kini mereka sudah semakin dekat? Mila tidak bisa tertidur malam ini memikirkan hal itu.

Sementara itu, Bara yang baru sampai di rumah setelah bekerja di kafe memandangi rumah Mila yang masih gelap malam ini. Bara sudah sangat rindu padanya. Apalagi setelah kejadian tadi pagi, membuat Bara semakin tidak ingin melepaskan Mila dari pelukannya.

Tapi saat ini ia menjadi khawatir. Khawatir jika akhirnya Mila akan lebih memilih untuk tetap bersama suaminya dibanding dengan dirinya.

Tidak seperti biasanya, Mila pergi dari sore bersama suaminya hingga larut malam begini mereka belum juga pulang.

"Sebenarnya ke mana mereka pergi?" gumam Bara.

Dia lalu mengambi ponselnya dan mencoba menghubungi Mila dengan nomor pribadi. Tapi tak ada jawaban di sana. Bara menjadi semakin cemas. Karena biasanya saat dia menghubungi Mila dengan nomor pribadi, wanita itu akan langsung mengirimkan pesan padanya tapi kali ini tidak.

Hari ini menjadi hari yang membahagiakan bagi Aldi sekaligus menakutkan.

Takut jika akhirnya Mila akan lepas dari genggamannya. Setelah apa yang sudah mereka perbuat.

Dia benar-benar tidak bisa tidur malam ini. Dan ia sama sekali tidak beranjak dari tempatnya berdiri saat ini. Ia memutuskan tidak akan tidur sebelum melihat wajah Mila.

Sedikit gila memang. Tapi mau bagaimana lagi, Bara memang sudah tergila-gila pada Laura. Dia tidak akan melepaskan wanita itu dengan mudah begitu saja.