webnovel

Celana Berdarah

Pagi-pagi sekali sudah terdengar suara keributan di sebuah rumah.

Namanya Pak Lukman.

Dia adalah seorang pria paruh baya yang sehari-hari bekerja sebagai tukang proyek bangunan.

Pagi itu dia sudah sangat kesal dengan anak lelakinya. Namun anak itu bukan benar-benar anaknya. Anak itu adalah anak dari hasil hubungan gelap istrinya dengan pria lain.

Saat mereka akan kabur bertiga, mobil mereka mengalami kecelakaan.

Istri dan selingkuhannya meninggal di tempat. Sedangkan anak yang dulu baru berumur tiga bulan itu masih hidup.

Mau tidak mau Pak Lukman yang mengasuh anak itu hingga sekarang. Meskipun setiap melihat anak itu, Pak Lukman selalu teringat dengan istrinya yang saat itu berselingkuh dengan pria lain. Namun Pak Lukman masih mempunyai sedikit hati nurani untuk mau mengasuh anak itu. Berharap saat ia dewasa bisa ikut membantu perekonomian keluarganya.

Dan saat itu anak perempuannya juga langsung menyukai anak lelaki itu dan sangat senang menganggapnya sebagai adik kandung.

"Sampai kapan kamu mau tidur seharian?!!" teriak Pak Lukman pada Bara anak lelakinya dan menendang punggungnya.

Bara meringis kesakitan saat ayahnya memperlakukannya seperti itu. Meskipun ini bukan kali pertama baginya.

Ayahnya sudah sering memukulinya bahkan untuk hal yang sepele. Selama ini Bara mengira jika memang seperti itu sifat ayahnya. Namun suatu hari Pak Lukman tidak sengaja mengatakan jika Bara adalah seorang anak haram.

Dari situ ia tahu cerita yang sesungguhnya, hingga ia berakhir menjadi anak seorang pria yang tidak berperikemanusiaan seperti pak Lukman.

Waktu Bara dihabiskan setiap harinya untuk mengumpat pada kedua orang tuanya. Kenapa saat mereka meninggal, Bara tidak ikut meninggal saja dengan mereka. Dengan begitu ia tidak harus merasakan siksaan dari ayah tirinya itu.

Luka di beberapa sisi wajah yang ia dapatkan kemarin belum benar-benar kering, sekarang ia harus mendapatkan luka baru lagi. Berkali-kali ia berniat ingin pergi dari rumah itu. Namun selalu luluh hatinya oleh kakaknya yang selama ini selalu baik padanya.

Kakaknya bilang dia harus bertahan. Tapi tahu apa kakaknya tentang kelakuan ayahnya selama ini. Dia selalu berangkat bekerja pagi buta dan pulang larut malam.

"Jangan lemah jadi lelaki! Cepet cari pekerjaan yang ngasilin banyak uang. Kamu gak kasihan sama kakakmu yang selama ini banting tulang untuk menghidupi pengangguran sepertimu?! Kalau aja bukan karena kakakmu, udah ku usir kamu dari dulu!" seru Pak Lukman lalu membanting pintu.

Bara perlahan bangkit dari lantai saat ia terjatuh tadi. Dia lalu menghidupkan komputernya untuk melihat beberapa lowongan yang mungkin saja cocok dengannya. Sulit sekali mendapatkan pekerjaan yang bagus, karena Bara tidak lulus SMA.

Dengan perlakuan ayahnya selama ini dia tumbuh menjadi anak yang pembangkang dan nakal. Karena itu dia dikeluarkan dari sekolahnya. Selama ini dia bukan hanya diam saja di rumah.

Namun dia beberapa kali mengisi acara sebagai penyanyi jika ada event tertentu. Hanya itu keahlian yang ia miliki, yaitu bernyanyi.

Namun ayahnya tidak pernah puas dengan uang yang dihasilkan oleh Bara dari hasil menyanyi yang tidak menentu. Karena itu terkadang Bara menyanyi di jalanan atau dari rumah ke rumah.

Setelah berseluncur di beberapa situs lowongan pekerjaan beberapa lama. Mata Bara tertuju pada sebuah lowongan untuk penyanyi di sebuah kafe yang belum lama buka. Dia lalu mengirimkan email pada kafe itu, dan mereka langsung membalas agar ia datang nanti jam sepuluh pagi.

Ini kesempatan bagus bagi Bara untuk membuktikan jika dirinya berguna dan tidak hanya menjadi beban di keluarga itu. Dia lalu keluar dari kamarnya, dan melihat rumah sudah sepi. Itu berarti ayahnya sudah berangkat bekerja dan kakaknya sudah pasti berangkat saat ia masih tidur

Bara membuka tudung saji di meja makan, dan tidak menemukan apapun di sana. Saat ia membuka kulkas juga hanya ada air putih di sana. Dia menghela napasnya.

"Bukannya udah biasa begini?" gumamnya. Pagi itu hanya terlihat bekas piring kotor yang berantakan di wastafel. Akhirnya Bara mengambil air putih di kulkas dan meneguknya. Hanya itu sarapan yang masuk ke perutnya.

Dia lalu mencuci piring bekas sarapan ayahnya tadi pagi. Setelah itu ia menuju kamar mandi untuk bersiap-siap menuju kafe yang ia lamar.

***

Pukul sepuluh kurang lima belas menit Bara turun dari bus umum. Dia menggunakan sisa-sisa uang recehnya agar sampai di kafe itu. Berharap takdirnya akan berubah setelah bekerja di sana.

Dia lalu melangkah untuk masuk ke dalam kafe itu. Saat itu Bara hanya menggunakan dalaman kaos hitam dengan kemeja maroon di bagian luarnya. Serta celana jeans hitam dan gitar sebagai teman mainnya selama ini yang selalu tersemat di punggungnya.

Hujan deras tidak menyurutkan niatnya untuk mencoba melamar pekerjaan tersebut. Ia datang tepat waktu menggunakan payung yang kemarin dia dapatkan dari wanita yang tidak di kenalnya.

"Namaku Bara. Aku mau bertemu dengan Bu Mila," ucap Bara saat Sinta menghampirinya. Sinta lalu menyuruh Bara duduk di salah satu kursi di sana.

Saat itu kafe belum ramai karena belum masuk waktu makan siang. Setelah itu Sinta menuju ruangan Mila.

"Ada yang nyariin kamu Mil, namanya Bara," ucap Sinta saat kepalanya menyembul dari balik pintu.

"Oh, iya minta dia tunggu sebentar. Aku akan keluar," kata Mila lalu membereskan pekerjaannya. Mila kemudian keluar dan berjalan menuju tempat Bara.

Saat itu Bara belum menyadari kehadiran Mila karena sibuk memperhatikan interior kafe yang membuatnya kagum. Dia berpikir mungkin ia bisa mendapatkan gaji yang tinggi di sana.

Mila duduk di depan Bara, lalu tidak lama datang Jaehyuk yang berniat meletakkan dua minuman di meja itu.

"Oh, ini kan payungku," ucap Jaehyuk saat ia tidak sengaja melihat payung yang tadi di pakai Bara saat ia turun dari bus. Di sana tertulis inisial nama pemiliknya menggunakan huruf hangul, karena itu Jaehyuk langsung mengenalinya.

Mila dan Bara lalu melirik payung berwarna kuning itu. Mereka saling berpandangan satu sama lain.

Dan Bara menelisik wajah wanita di depannya itu yang tidak asing baginya.

Begitupun Mila, ia lalu menutupi wajahnya dengan kertas yang ia bawa karena sudah teringat dengan kejadian memalukan yang ia alami kemarin. Dia tidak menyangka jika akan bertemu lagi dengan lelaki itu.

Padahal Mila ingin melupakan hal itu agar tidak terus-terusan di selimuti perasaan malu.

"Ini payung yang aku pinjamkan pada noona kemarin bukan?" tanya Jaehyuk.

"Ah, bu bukan. Lain kok," jawab Mila menyangkalnya.

"Iya kok, ini ada namaku di sini." Jaehyuk memgambil payung itu dan menunjuk tulisan hangul di sana.

"Ah, kenapa harus ada tulisan itu sih. Mana aku tahu tulisan itu berarti namanya," batin Mila. Ia masih berusaha menutupi wajahnya dari lelaki itu.

Namun Bara mengambil kertas yang di pegang Mila untuk memastikan wanita itu adalah wanita yang menolongnya dari kejaran ayahnya kemarin.

"Kamu celana berdarah itu kan?"