webnovel

Ada Yang Aneh

Sinta dan Jaehyuk menatap mobil Bara yang baru tiba di kafe. Dan tidak lama pemilik mobil dan Mila keluar dari mobil dan masuk ke dalam kafe.

Sinta langsung menghampiri mereka dan memberondongi mereka dengan pertanyaan demi pertanyaan yang keluar dari mulutnya.

"Kemana aja kalian? Kok lama banget?" tanya Sinta dengan tatapan mengintimidasi.

"Kita cuma keliling dan berhenti sebentar di SD Harapan Bangsa. Pas mau balik jalanan udah macet," jawab Bara.

"Bener pasti karena hujan lebat, dari tadi juga baru satu dua orang yang masuk ke kafe ini," gumam Sinta, lalu dia pergi menuju kamar mandi.

"Karena belum ada yang bisa aku bantu, aku mau istirahat sebentar. Panggil aja kalau butuh bantuanku," ucap Bara. Dia memilih pergi untuk menghindari kecurigaan Jaehyuk pada dirinya dan juga Mila.

"Gimana jalan-jalannya? Noona seneng-seneng?" tanya Jaehyuk tanpa memandang ke arah Mila.

"Itu harusnya kalian ikut. Pasti bakalan lebih menyenangkan," jawab Mila gugup.

"Bukannya lebih menyenangkan kalau noona cuma berdua aja sama penyanyi itu?"

"Siapa yang berduaan?" tanya Arini yang sudah berada di depan Mila dan Jaehyuk.

Mila dan Jaehyuk terkejut melihat keberadaan Arini yang tiba-tiba berada di sana tanpa mereka ketahui.

"Maaf Anda siapa ya?" tanya Jaehyuk yang belum pernah bertemu Arini sebelumnya. Sedangkan Mila sudah beberapa kali bertemu dengan Arini, namun belum pernah banyak bicara dengannya.

"Aku Arini temen baik sekaligus rekan kerja Vian, suami dari Mila," ucap Arini memperkenalkan dirinya pada Jaehyuk.

"Pasti kamu ada urusan sama aku. Kita bicara di sana aja," kata Mila berusaha mengalihkan pembicaraan pada Arini yang mungkin saja curiga setelah mendengar perkataan Jaehyuk tadi.

"Kalau begitu aku akan siapin minum," ucap Jaehyuk lalu pergi untuk menyiapkan minuman untuk Arini.

"Ada apa ya?" tanya Mila setelah dirinya dan Arini duduk di salah satu tempat duduk di kafe.

"Jadi begini, besok kan hari ulang tahun Vian. Aku mau minta izin sama kamu buat ngasih Vian surprise di kantor. Aku bilang begini karena kamu adalah istrinya. Aku gak mau kamu salah paham sama aku. Dan kalau kamu mau ikut, kamu bisa dateng besok pagi ke kantor," jelas Arini panjang lebar.

"Besok ulang tahun Vian??" tanya Mila yang terkejut setelah mendengarnya.

"Kenapa kamu kaget? Jangan bilang kalau kamu gak tahu? Atau kamu emang bener-bener gak peduli sama dia sampai-sampai gak tahu kalau besok adalah ulang tahun dia?" tanya Arini penuh selidik.

"Bener, aku terlalu gak peduli sama suamiku sampai aku gak tahu kalau besok adalah hari ulang tahunnya," batin Mila.

Arini memperhatikan Mila yang terdiam. Pandangannya lalu beralih ke sisi kanan mejanya. Di sana ada Bara yang sedang duduk dan memandang ke arah Mila.

"Kenapa lelaki itu terus menatap seperti itu ke Mila? Sepertinya ada sesuatu yang gak aku tahu," batin Arini.

Bara lalu meraih ponselnya yang berada di atas meja dan mengirimkan pesan pada Mila.

Bara : Kamu gak apa-apa?

Arini masih memandangi gerak gerik Bara tanpa sepengetahuan orangnya. Pandangannya teralih saat ponsel Mila berbunyi dan menampilkan sebuah pesan dari seseorang bernama Bara yang menanyakan keadaannya.

Arini dapat membaca dengan jelas pesan tersebut, tapi dia hanya memilih untuk diam. Untuk saat ini dia benar-benar curiga terhadap Mila dan karyawannya. Jika saja wanita itu memang benar mengkhianati Vian, Arini tidak akan tinggal diam. Dia harus mendapatkan bukti agar Vian terbuka hatinya untuk dirinya

"Kamu belum jawab pertanyaanku?" tanya Arini membuyarkan lamunan Mila.

"Oh itu.. aku akhir-akhir ini banyak yang aku pikirin. Aku bakalan dateng besok pagi," kata Mila. Ia berusaha mengakhiri percakapannya dengan Arini agar tidak menyebabkan kecurigaan yang lebih dalam pada dirinya.

Tepat saat itu telepon Mila berbunyi, melihat ayahnya menelepon Mila segera mengangkatnya dan meminta izin untuk pergi untuk menerima telepon.

"Kalau udah selesai, aku mau pergi ke ruanganku. Permisi.." kata Mila.

"Oh iya silahkan," jawab Arini mengizinkan.

Setelah Mila pergi, Arini bersiap untuk pergi dari kafe itu. Namun ada hal yang terus mengganjalnya tentang Mila dengan lelaki bernama Bara itu. Entah kenapa dia meyakini jika mereka memiliki hubungan.

Untuk menjawab rasa penasarannya, Arini perlahan menghampiri Bara yang duduk sendiri di ujung.

"Ehmm, maaf boleh aku tanya sesuatu?" tanya Arini sopan.

"Boleh, mau tanya apa?" jawab Bara tanpa curiga sedikitpun.

"Apa kamu seorang penyanyi di sini?"

"Iya bener." Bara langsung menjawab pertanyaan dengan jujur karena tidak tahu jika Arini sedang menyelidikinya.

"Nama kamu Bara ya?"

"Iya. Dari mana kamu tahu?"

"Tentu aja aku tahu, kamu kan penyanyi di sini. Aku denger suara kamu bagus banget," jawab Arini beralasan.

"Ohh, makasih."

Arini lalu keluar dari kafe dengan mengantongi sebuah info penting. Dia akan memberitahukan hal ini pada Vian jika mungkin saja istrinya benar-benar ada main dengan penyanyi itu.

***

"Halo yah, ada apa?" tanya Mila melalui ujung telepon.

"Besok hari ulang tahun suamimu, apa kamu tahu?" tanya ayah Mila.

"Te-- tentu aja aku tahu yah," jawab Mila gugup. Dia tidak mungkin mengatakan jika dirinya tidak tahu dengan hari ulang tahun suaminya sendiri.

"Kalau ada waktu luang hari ini, kamu mampirlah ke rumah Ayah malam ini. Ayah ada sesuatu buat kamu."

"Yang ulang tahun Vian, kenapa Mila yang di kasih hadiah yah?"

"Gak apa-apa ini buat kalian berdua. Ini menyangkut penerus keluarga kita."

"Maksud ayah?"

"Kamu jangan pura-pura gak tahu! Kalian udah cukup lama menikah, kenapa belum ada kabar kehamilan kamu?"

DEG!

Jantung Mila rasanya seperti berhenti berdetak. Dia jadi teringat dengan perbuatan terlarangnya dengan Bara tadi pagi. Tiba-tiba dia berpikir bagaimana jika dia hamil anak Bara?

Mila segera menepis pikiran negatifnya, tidak mungkin terjadi kan? Dia hanya melakukannya sekali. Dan untuk Mila itu sudah cukup, dia tidak ingin berbuat lebih jauh lagi.

"Mil? Kamu denger ayah bicara kan?"

"Eh iya yah, Mila dengar yah. Iya nanti Mila bicarain sama Vian." Mila berusaha mengakhiri percakapan dengan ayahnya.

"Ya udah kalau gitu. Jangan lupa mampir ke sini malam ini," pesan ayah Mila sebelum ia menutup teleponnya.

Perasaan cemas dan rasa bersalah kini menggelayuti diri Mila. Bagaimana dia akan menghadapi Vian dengan tubuhnya yang sudah tidak suci lagi bahkan sebelum Vian sempat menyentuhnya?

Tapi dia sendiri juga tidak bisa membendung hasrat dirinya untuk Bara. Dia mencintai lelaki itu, tapi Mila juga tidak bisa melepaskan Vian begitu saja.

Serakah? Mungkin itu kata yang patut di cap pada diri Mila saat ini. Dia sendiri tidak paham kenapa ia terjerat dalam hubungan yang rumit seperti ini.