webnovel

Bukan Pangeran Berkuda

Aisyah gadis pecinta dongeng yang sangat menyukai pangeran berkuda putih tanpa sengaja dipertemukan dengan pria bernama Bear dan mulai lah awal dari kisah mereka.

Ri_za_1213 · Urbain
Pas assez d’évaluations
6 Chs

Berbohong Demi Musuh

Mereka hanya diam membisu dengan mata yang di arahkan ke bawah karena ketakutan hal ini membuat ibu Sisi seketika mengalihkan tatapannya ke arahku.

Aku tak berani menatap mata ibu Sisi yang terus melihatku dengan tajam, aku hanya terus menunduk ketakutan.

"Aisyahrani Latifah!" panggil Bu Susi membuatku sedikit kaget dan juga membuat Yuri serta Viola mati kutu.

"Iy-iya Bu," sahutku terbata-bata. 

"Apa yang mereka lalukan tadi kepada kamu, dan apakah kamu sangat tertekan dengan apa yang mereka lakukan itu?" tanya Bu Sisi dengan suara yang mulai menurun dan tatapan yang masih melihat jelas kepadaku.

Aku menengok ke arah Yuri dan Viola sejenak dan mereka pun melotot kepadaku mengisyaratkan jika memberitahukan akan semuanya maka mereka akan membuat hidupku menderita, aku harus apa sekarang? Aku tak tahu harus apa aku terombang ambing di laut lepas. 

"Aisyahrani jawab sekarang atau kamu akan ibu hukum!" ancam Ibu Sisi dengan marah. 

"Aku, Yuri dan Viola hanya bercanda Bu, mereka tidak membullyku dan mereka sangat baik kepadaku," sahutku takut-takut dan membuat senyum penuh rasa lega terpampang dari wajah teman-temanku itu. 

"Tolong kamu jawab jujur jangan berbohong untuk membela mereka!" bentak Bu Sisi membuatku semakin ketakutan. 

"Apa yang dikatakan oleh Aisyah itu sangat benar Bu, kami ini sekarang sudah tidak bertengkar lagi dan tadi itu aku sama Viola lagi bercanda dengan Aisyah, kami tidak mungkin membully dia," ucap Yuri merangkulku, ini membuatku sedikit senang karena sudah lama ia tidak merangkul aku seperti ini. 

"Aisyahrani kaki kamu kenapa? Ibu perhatiin dari tadi kamu seperti sedang kesakitan," tanya Bu Sasa curiga. 

"Kakiku? Mmm tadi aku tuh---" 

"Jatuh Bu, Aisyah jatuh di kelas waktu mau ambil tas karena siswa siswi pada nggak sabar pulang jadi mereka seperti saling dorong gitu dan Aisyah kena dorong," celetuk Yuri disertai anggukan kecil dariku agar Ibu guru Sisi percaya dengan apa yang dikatakan Yuri.

"Apa kalian tidak sedang berbohong dengan saya?" tanya Ibu guru Sisi memastikan. 

"Astagfirullah Bu, jadi orang tidak boleh menuduh tanpa bukti karena itu namanya fitnah dan fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan dan kelak Ibu akan di masukan ke neraka karena sudah menuduk aku dan Viola," ucap Yuri.

"Nah bener tuh Bu, aku tambah pake surat yang mengatakan supaya lebih mantap nih. Dalam al-qur'an surah al-baqarah ayat 191 Allah berfirman, bunyinya seperti ini Bu dengerin oke : Dan bunuh lah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usir lah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu," tambah Viola percaya diri. 

"Widih hebat juga lu, gua kira lu kagak ngerti apapun, lu hebat banget dah bikin gua bangga jadi sahabat lu, " kagum Yuri bertepuk tangan. 

"Hehe gua jadi malu," ucap Viola nyengir kuda.

"Gimana Bu sekarang Ibu sudah tahu kan? Jadi jangan sekali-kali Ibu menuduh seseorang tanpa bukti itu namanya fitnah," ucap Yuri. 

Bu Sasa pergi meninggalkan tempat itu tanpa sedikit pun berbicara sepatah kata pun membuat Yuri dan Viola tertawa terbahak-bahak sedangkan aku hanya diam dengan penuh rasa syukur, meski aku tahu maksud dari ibu Sasa itu baik tetap saja aku tak bisa membiarkan sahabatku di hukum oleh guru yang super kiler itu. 

"Lu hebat Vi, guru super duper kiler seperti ibu Sisi bisa nggak berkutik gitu karena lu, kapan-kapan kalau kita ada masalah lu kasih ayat gitu supaya diam kayak bu Sisi tadi."

"Kagak ah, gua kagak tahu mau kasih ayat apaan nanti salah kayak waktu itu lu inget kan waktu gutu ngajarin doa masuk wc eh gua malah ngasih doa makan, diketawain satu kelas selama seminggu gua."

"Eh iya gua lupa lu itu kagak pinter," ejek Yuri. 

"Nah itu lu tau, tadi itu kebetulan aja gua inget semalam kakak gua ceramahin gua tentang fitnah pake ayat makanya gua praktekin juga sekarang."

"Oh karena itu toh, pantesan," ucap Yuri tertawa. 

Aku hanya diam melihat mereka asik mengobrol, tanpa sepatah kata pun aku memutuskan untuk pergi tetapi Yuri yang menyadari hal itu segera mencegah kepergianku. 

"Lu mau ke mana? Jangan bilang lu mau kabur dari kita," tanya Yuri. 

"Nggak kok aku nggak ada niat buat kabur dari kalian, cuma tadi aku liat kamu sama Viola tengah asik mengobrol makanya aku mutusin untuk pergi karena aku nggak mau gangguin kalian," ucapku ngeles. 

"Heh lu jangan ngeles ya!" bentak Yuri. 

"Rasain itu, makanya lain kali itu jangan berani dengan kita, " ucap Viola. 

"Kalian jangan macam-macam dengan Non Aisyah," ucap seorang pria berkepala empat membuat Yuri dan Viola seketika melihat ke arahnya. 

"Pak Cecep," gumamku membuat pria bernama Cecep itu tersenyum ramah. 

"Eh lu cuma supir jangan belagu deh jadi orang," ucap Viola memandang rendah pak Cecep supirku yang baik itu. 

"Iya, harusnya elu itu kagak usah sok campurin urusan majikan," tambah Yuri dengan kata yang tak kalah pedas dan menusuk. 

"Kalian benar-benar tidak sopan, percuma saja kalian sekolah tetapi mulut kalian seperti orang yang tidak pernah di sekolahkan," balas pak Cecep kesal karena harga dirinya diinjak. 

"Eh supir lu diam aja jangan sok jadi orang."

"Astagfirullah, saya akan memberitahukan kelakuan kalian kepada kepala sekolah agar orang tua kalian di panggil dan kalian bisa diajarkan cara berbicara yang sopan tidak seperti sekarang."

"Yur mending kita pergi aja dari sini sebelum masalahnya makin melebar dan orang tua kita dipanggil, gua kagak bisa bayangin kalau orang tua gua tahu bisa-bisa uang jajan gua kagak di kasih satu tahun," bisik Viola. 

"Oke-oke, dalam hitungan ketiga kita kabur," bisik Yuri. 

"Satu, dua ti-tiga ...." Viola dan Yuri lari dengan sekuat tenaganya, pak Cecep yang melihat itu menggelengkan kepala sedangkan Aisyah malah tertawa lepas. 

"Pak, kok Bapak di sini?" tanya Aisyah heran melihat pak Cecep yang sudah berada di sini karena biasanya beliau selalu menungguku di depan gerbang. 

"Maaf karena bapak sudah lancang masuk ke dalam sekolah Non, soalnya sedari tadi bapak nungguin Non di depan gerbang tetapi Non tidak kunjung datang, bapak takut terjadi sesuatu kepada Non makanya bapak memutuskan untuk masuk walaupun awalnya agak sedikit ragu Non," ucap Pak Cecep panjang lebar.

Pak Cecep yang merupakan supir pribadi yang ditugaskan untuk mengantar jemput aku setiap hari oleh karena itu dia sangat akrab denganku.