webnovel

BUKAN KARENA CANTIK

Di sebuah kampung ada seorang wanita ramah dan bijak. ia adalah wanita terpandang oleh laki - laki dewasa. wanita itu biasa - biasa namun, yang bikin semua laki - laki tertarik adalah tutur katanya yang santun serta suka membantu orang yang sedang menerima kesulitan Setiap hari bertemu dengannya, hati miskin tergugah menitipkan rasa cinta padanya sebelum laki - laki lain tersimpan dihati wanita itu. pura - pura pada malam minggu, laki - laki yang berusia 45 tahun itu menghampiri. Kuingin sebening embun suaramu bisa mengobati hati yang sedang dilanda gempa asmara. bagi wanita, atau seperti saya belum pantas menyimpan seorang nama laki - laki karena masih aktif bersekolah. Kendatipun demikian, laki - laki itu terus mencari celah untuk mendapatkan wanita sholehah. sekitar hari minggu sore, pertemuan tak diduga sewaktu sholat ashar ke masjid. mereka berdua bertemu dan bersalaman, aku adalah untukmu dan kamu adalah untukku. kata laki - laki itu. walau dikatakan demikian, bagi wanita itu belum merespon dan biasa - biasa saja. dipinggir sebuah musholla tua, dilihatnya seorang pria berkumis tipis sedang mengenakan celana hitam. wanita itu sedikit menaruh rasa rindu, ia berkata, jika pria itu belum memiliki wanita dan apabila melihatku pasti ia mau, ujar wanita sederhana itu. beberapa hari kemudian, pria itu mengirim sepucuk surat kepada wanita. dalam isi suratnya tersirat, elok rupa mu panutan hidupku. dengan gaya dan bahasa pria itu membuat sik wanita jatuh cinta. sejak berkirim surat pertama tak pernah dibuang oleh wanita itu karena yang selalu diingat adalah rayuan dahsyat serta mengikat itulah, dihatinya laki - laki pertama yang menginginkan wanita itu kini tergantikan oleh pria berkumis tipis dan manis. pada saat itu pula wanita sederhana menyapa lembut laki - laki itu. ia berkata, simpanlah wanita yang sudah lama merindukanmu bukan karena baru melihat orang lain kau jadi terkesima. Begitu santun serta lembut tutur kata wanita itu padanya namun, tetap saja di hati ini ada satu yaitu kamu,ujarnya. akan tetapi, wanita itu sudah menjalin kasmaran dengan pria berkumis tipis.

Alza_Qomar_zuli · Urbain
Pas assez d’évaluations
22 Chs

Amerta

AMERTA

Hari ini aku pergi ke rumah sakit untuk mengunjungi saudaraku. Di sana aku melihatnya, cowok dengan hoodie berwarna hijau tosca lalu kaca mata bundar yang melengkapi penampilannya. Raut muka cowok itu terlihat sendu,jadi aku memberikan buku untuk menghiburnya. Aku harap begitu.

Sesaat kemudian, ketika aku keluar dari pintu rumah sakit, aku berseru panik, pasalnya aku memberikan cowok tadi buku yang salah.Buku itu aku pinjam di perpustakaan dan lagi tenggat waktu pengumpulannya tinggal 2 hari lagi.

"Dasar Jeya, kenapa kamu ceroboh sekali! "

"Ah, iya, kenapa gak kepikiran dari tadi," Kukerahkan semua tenaga untuk berlari ke tempat di mana cowok itu berada, tapi hasilnya nihil dia sudah tidak ada di sana, mungkin sudah pergi. Aku menarik rambutku frustasi.

...

"Gadis itu aneh sekali, kenapa dia memberikanku buku?Apa karena aku pakai kaca mata?hm...entahlah."

"Amerta, ayo kita pulang. "

"Iya mah, " Amerta bergegas membereskan barang-barangnya, Ia berencana untuk menunggu sedikit lebih lama, mungkin saja gadis itu akan kembali lagi untuk mengambil bukunya, tapi tidak bisa, mamanya sibuk. Amerta tidak mau merepotkan mamanya lebih lama lagi.

"Oh,dari mana kamu mendapatkan buku itu? " Wanita setengah baya itu mengambil buku yang ada di tangan Amerta, penasaran.

"Ada gadis pendek yang memberikannya kepadaku, " Jawab Amerta santai.

"Mama rasa kamu harus mengembalikannya jika tidak gadis itu akan terkena masalah, " Ujar Mama amerta sembari mengembalikan buku itu ke anaknya.

"Bagaimana Mama tau dia akan terkena masalah? "

"Gadis itu meminjam buku dari perpustakaan, dan harus dikembalikan 2 hari lagi, catatan peminjamannya ada di belakang buku. "

"Tidak hanya aneh, gadis itu juga ceroboh. "

2 hari kemudian....

"Mbak maaf ya, saya kehilangan buku  itu, " Jeya menangkup kedua tangannya, memohon agar sang pegawai perpustakaan memberikannya sedikit waktu untuk mencari buku yang ia hilangkan--tepatnya jeya berikan ke orang tidak di kenal hanya karena ia merasa bersimpati.

"Aduhh....kamu ini gak bisa jaga amanah ya? Kamu ngilangin buku perpustakaan udah gak sekali dua kali, tapi sering!" Amuk seorang pegawai perpustakaan yang terlihat 3 tahun lebih tua dari Jeya.

"Tapi saya berhasil mengembalikan Buku-buku itu kan?Saya janji akan-"

"Baiklah, tapi kalau sekali lagi kamu ngilangin buku yang ada di perpustakaan, kamu gak boleh minjam buku lagi. Ingat itu! "

"Iya saya janji."

Beruntung hari ini hanya sedikit orang yang datang ke perpustakaan kalau tidak, Jeya akan sangat malu menjadi tontonan publik.

"Nih, " Ujar seorang cowok menyodorkan buku yang tampak tidak asing di mata Jeya.

"Loh, cowok yang ada di rumah sakit? Kok bisa ada di si-"

"Itu nanti aja, sekarang kamu serahkan  dulu buku ini ke pagawai galak itu, " Kata Amerta yang sontak membuat Jeya tertawa.

"Jadi kamu melihat semuanya?kenapa tidak memberikan buku ini dari tadi? " Amerta megedikkan bahu sebagai jawaban.

"Tunggu di sini, aku akan segera kembali, " Titah Jeya sembari menuju pegawai perpustakaan hendak mengembalikan buku yang sempat menjadi perdebatan mereka tadi.

"Lain kali jangan hilangin buku perpus lagi! "

"Siap! " Seru Jeya  sambil melakukan gerakan hormat bendera.

Jeya kembali ke cowok tersebut lalu mengulurkan tangannya sembari berkata, "Oh iya, kita belum sempat kenalan. Namaku Jeya. " 

"Amerta,tapi kamu bisa memanggilku Am, " Ucap Amerta membalas uluran tangan Jeya.

"Am, Terimakasih untuk hari ini. apa kamu punya waktu? aku ingin mentraktir mu makan. "

"Maaf Jeya, tapi sekarang aku harus pergi, Bagaimana kalau besok?"

"Baiklah, besok sore kita ketemu lagi di sini."

Setelah kedua belah pihak setuju, merekapun berpisah lalu pergi ke tempat tujuan masing-masing.

....

Besoknya....

"Hai Am, kamu datang tepat waktu."

"Diluar dingin, kenapa tidak menunggu di dalam? "

"Tidak apa-apa, aku baru saja sampai makanya aku menunggu di luar, " Jelas Jeya yang di tanggapi 'oh' oleh Amerta.

"Ayo pergi. "

"Kemana? "

"Bukankah kemarin aku sudah berjanji untuk mentraktirmu makan, apa kamu lupa? "

"Lupakan saja itu, kamu bisa menggantinya dengan merekomendasikan buku yang bagus. "

"Kamu suka buku yang seperti apa? "

"Yaaahh... Buku yang kemarin lumayan juga, " Ucap Amerta kaku. Ia terlalu malu untuk memuji orang lain. Jeya punya ide bagaimana kalau sedikit mengusili bocah ini. "Apa kau menangis setelah membaca buku itu?" Buku yang dipinjamkan Jeya ke Amerta itu bercerita tentang perjuangan seorang anak mencari kedua orangtuanya.

"Ti-tidak mungkin aku menangis hanya karena cerita seperti itu! " Jeya tak tahan menahan senyum melihat Amerta yang  salah tingkah, sepertinya cowok itu memang menangis. "Kenapa kamu tertawa?"

"Tidak apa-apa. "

"Jeya menyebalkan! "

Terlepas dari kejadian barusan Amerta dan Jeya tampak menikmati waktu mereka dengan membahas buku, lalu pindah membahas hal-hal random lainnya.

" Oh iya Am, buku yang aku kasih kamu waktu itu ada kelanjutan loh. "

"Benarkah? Apa ada di sini?"

"Sayangnya tidak. Buku ke-2 nya sangat langka jadi hanya ada beberapa copy saja, " Melihat raut wajah Amerta yang tiba-tiba muram Jeya lalu melanjutkan perkataannya, "Tenang saja, aku punya bukunya di rumah. besok ku bawakan, oke? "