webnovel

Bukan Istri Tapi Estri

Karena impian bodoh Endra, dia harus terjebak dengan perempuan sadis yang bernama Sarah dengan menjadi seorang suami. Sialnya, perempuan sadis yang awalnya Endra anggap seperti malaikat justru berubah menjadi iblis yang meneror hari-hari indahnya menjadi semakin suram. Bagaimana Endra akan menghadapi Sarah? Dan mampukah Endra melepaskan diri dari cengkeraman kesadisan Sarah yang selalu berperan sebagai istri yang baik di depan ibunya sendiri?

AdDinaKhalim · Urbain
Pas assez d’évaluations
247 Chs

#031: Awal Untuk Mengenal

"Total yang ikut ada 60 anak. Nanti juga ada beberapa pengasuh yang ikut menjaga anak-anak. Yang penting kamu juga ikut mengawasi mereka. Asti sudah menelepon agen bis yang biasa di sewa panti asuhan ini. Sebentar lagi mungkin akan sampai," jelas Bu Diyah pada Endra saat keduanya masih berjalan menyusuri lorong-lorong yang sebelumnya sudah Endra lewati.

Endra mengangguk paham. Hanya saja, dia benar-benar masih tidak bisa percaya kalau ternyata Sarah mengelola panti asuhan seperti ini.

"Biasanya ada Asti yang jadi pengawas. Tapi saat saya telepon tadi, katanya anaknya sedang sakit. Saya tadinya mau membatalkan saja, meskipun di sisi lain anak-anak akan jadi sangat kecewa karena mereka sudah menunggu-nunggu selama sebulan terakhir. Tapi akhirnya Asti merekomendasikan kamu untuk mengawasi mereka. Asti sudah menjamin kalau kamu sangat bisa dipercaya. Dan saya juga akan percaya seperti Asti percaya sama kamu," tutur Bu Diyah dengan nada kalem.

"Apa ... Bu Sarah sudah lama mengelola panti ini, Bu?" tanya Endra akhirnya merasa tak kuasa hanya memendamnya di hati saja.

Bu Diyah sempat melirik Endra sekilas sembari mengulas senyum tipis. "Sarah juga dulunya berasal dari panti asuhan ini."

Ah, benar juga, Endra baru ingat, Asti memang pernah bilang kalau Sarah pernah tinggal di panti asuhan karena Sarah tidak punya orang tua. Rupanya panti asuhan inilah yang di maksud.

"Kalau kamu pengen tau tentang Sarah, kita bisa membahasnya sepulang kamu mengantar anak-anak. Karena saya juga ingin tau lebih banyak tentang kamu yang bisa memiliki ikatan khusus dengan Sarah," kata Bu Diyah mengakhirinya dengan senyum simpul.

Endra mengangguk setuju. Dia jadi tidak sabar ingin tahu lebih banyak tentang Sarah yang selama ini tidak pernah terpikirkan olehnya.

Mereka berdua akhirnya sudah tiba di ruangan mirip aula, di mana banyak anak sudah berkumpul dan terlihat heboh. Namun satu yang bisa Endra pastikan, anak-anak itu terlihat sangat senang sampai aura wajah mereka terlihat berbinar-binar cerah.

Setelah sempat mengenalkan diri kepada para pengasuh yang akan pergi bersama Endra, Endra lantas diberikan beberapa arahan oleh Bu Diyah, tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak-anak nantinya. Juga hal-hal lain yang perlu Endra ketahui selama menjadi pengawas mereka.

***

Endra termenung. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan fakta yang didapatnya hari ini. Rupanya Asti benar, kalau Sarah sebenarnya adalah wanita yang sangat baik. Layaknya seorang malaikat yang sengaja diturunkan Tuhan dalam bentuk manusia.

Saat kini Endra sedang menemani anak-anak berada di sebuah tempat wisata, dia merasa begitu tersentuh. Anak-anak itu tampak sangat senang bermain ke sana kemari meski ibu pengasuh yang mengawasi mereka juga dibuat kesusahan. Tapi itu sebanding dengan kebahagiaan yang menguar jelas di wajah anak-anak yang sudah tidak punya orang tua itu.

Saat di perjalanan menuju ke sini, Endra sempat mengobrol dengan salah seorang ibu pengasuh, yang mengatakan kalau semua ide pergi jalan-jalan keluar semacam ini adalah dari Sarah.

"Apa biasanya Bu Sarah juga ikut?" tanya Endra pada ibu pengasuh saat masih dalam perjalanan menuju ke tempat wisata.

"Kadang ikut, kadang juga enggak," jawab ibu pengasuh itu dengan nada kalem. "Tapi saya tau kalau di manapun Sarah berada, dia akan selalu berusaha untuk membuat anak-anak dipenuhi kebahagiaan." Ibu pengasuh itu tersenyum tulus mengingat tentang Sarah.

"Karena alasan itu pula, Sarah selalu meng-anggarkan dana yang besar agar anak-anak memiliki waktu seperti ini. Meski Bu Diyah sering mengatakan kalau hal itu tidak perlu dilakukan, tapi Sarah akan memaksa kalau saat-saat seperti ini harus tetap diadakan. Karena Sarah juga pernah berada di posisi mereka, jadi dia sangat paham betapa anak-anak itu memang butuh waktu bersenang-senang seperti ini," tutur ibu pengasuh sembari mengulas senyuman lembut.

Endra jadi malu sendiri sudah seringkali berpikiran buruk tentang Sarah. Rupanya benar apa yang Asti katakan, kalau kehidupan yang selama ini diketahuinya tentang Sarah, masih belum ada apa-apanya dibanding kehidupan sesungguhnya yang Sarah miliki.

***

Menurut jadwal, Sarah akan kembali ke negara ini minggu sore. Sementara sekarang masih pagi. Masih ada beberapa jam lagi sampai Endra akan menjemput Sarah dan kembali melihat perempuan yang belum lama ini membuatnya rindu.

Endra juga sudah memiliki rencana sebelum sore menjelang. Dia sudah berjanji akan mengobrol banyak hal dengan Bu Diyah. Kemarin saat akhirnya Endra selesai mengantar anak-anak pergi keluar, dirinya malah di suruh untuk pulang saja, karena waktu sudah beranjak malam, ditambah lagi wajah Endra juga terlihat begitu kelelahan.

Jadilah hari ini, Endra sedang dalam perjalanan menuju panti asuhan Kasih Ibu. Dimana semua pertanyaan yang sejak kemarin bergumul dalam otaknya akan segera menemukan jawaban.

Begitu sampai di panti asuhan, Endra langsung diijinkan masuk tanpa harus menghubungi Asti. Bahkan saat langkah Endra melewati pintu gerbang, Bu Diyah juga sudah berdiri di lorong-lorong memperhatikan satu dua anak yang berlalu lalang melewatinya.

Endra langsung mencium punggung tangan Bu Diyah sopan. Dan perempuan paruh baya itu pun tersenyum lembut sembari menepuk-nepuk bahu Endra pelan.

"Sepertinya ada banyak hal yang ingin kamu tahu tentang Sarah ya?" tebak Bu Diyah saat matanya menatap Endra yang memang terlihat antusias.

Endra tersenyum. "Karena Bu Sarah orangnya tertutup, jadi saya sangat penasaran saat ada orang yang tahu lebih banyak tentang beliau."

Bu Diyah mengangguk-angguk setuju. "Kalau begitu, kita bisa bercerita sambil berkeliling panti asuhan ini, kamu nggak keberatan kan?"

"Sama sekali tidak, Bu," jawab Endra cepat. "Saya justru sangat berharap ada yang mengajak saya berkeliling." Endra terdiam sebentar, sampai kemudian suaranya kembali terdengar. "Tempat yang dulu pernah ditinggali Sarah, dan bagaimana dia menjalani kehidupannya, saya benar-benar ingin tau," gumam Endra yang tidak sadar kalau gumamannya itu juga mampu didengar oleh Bu Diyah.

Bu Diyah tersenyum. "Sepertinya saya mulai paham ikatan khusus yang kamu maksud kemarin." Bu Diyah mulai melangkahkan kakinya menyusuri lorong-lorong.

Endra pun mengikuti dengan berjalan berjejeran dengan Bu Diyah. "Saya ... sebenarnya saya ..." Endra merasa sangat berat dalam melanjutkan kalimatnya.

"Kalau memang kamu masih berat untuk mengatakannya tidak apa-apa. Saya juga tidak mau buru-buru menyuruh kamu menceritakan semuanya," kata Bu Diyah kalem.

Endra pun mengangguk. Dia bisa bernapas lega karena rupanya Bu Diyah tidak menuntutnya untuk langsung bercerita.

"Karena sekarang hari minggu, anak-anak biasanya akan berkumpul di aula, di kebun atau mungkin di lapangan," kata Bu Diyah saat keduanya melewati ruangan-ruangan panti asuhan namun hanya ada satu-dua anak yang berada di dalamnya.

"Saya masih ingat betul saat Sarah pertama kali datang ke panti asuhan ini," kata Bu Diyah membuat Endra langsung memasang kupingnya baik-baik. "Kamu nggak keberatan kan kalau saya mulai menceritakan tentang Sarah dari bagian itu?" tanya Bu Diyah yang langsung dijawab dengan anggukan dari Endra. Dia justru sudah menantikan cerita itu sejak tadi. Cerita yang akan menjadi awal untuk lebih mengenal siapa Sarah yang sebenarnya.

Perjalanan Endra dalam menemukan sosok sebenarnya Sarah akan dimulai di sini. Silakan kasih komentar dan reviewnya ya..

- AdDina Khalim

AdDinaKhalimcreators' thoughts