webnovel

Bukan Hanya Aku

Kata-kata manis yang selama ini aku dengar membuat ku mabuk kepayang parasnya yang tak terbantahkan membuatku selalu teringat padanya hampir tak ada cacat yang kulihat pada dirinya. Tapi ternyata....

Chocolatte_Latt3 · Urbain
Pas assez d’évaluations
10 Chs

Bukan Hanya Aku

Setelah berjalan cukup lama akhirnya aku dan Lucas sampai di depan apartemenku

"Kita udah samape, aku tinggal di gedung ini"

"Oh gedungnya keliatan bagus juga, kamu tinggal di lantai berapa ?" Pertanyaan Lucas membuatku mengernyitkan dahi. Sadar dengan ekspresiku Lucas malah tertawa

"Aku cuman nanya aja nggak ada maksud lain, kalo nggak mau ngasih tahu juga nggak apa-apa" aku yang mendengar penjelasannya hanya tersenyum. Melihat dari gelagatnya saja sudah dapat di tebak dia bukan pria biasa yang bersikap ramah saja. Bagiku dia terlihat cukup mahir memikat hati wanita dengan kata-kata manisnya dan juga pertanyaan jebakan seperti tadi. Aku kemudian memutuskan untuk berpamitan padanya dan masuk ke rumahku, Lucaspun membiarkan aku masuk lagi pula tugasnya sudah selesai. Baru saja aku kami berpamitan dari arah Lucas ada ojek online yang melaju dengan kencang terlihat sangat buru-buru mengantarkan pesanan. "Byyyyaaarrr" seketika baju Lucas basah terkena cipratan motor tadi  karena  menginjak jalanan yang becek. Terlihat wajah Lucas yang kaget, dengan perasaan bersalah aku yang tadinya berniat meninggalkan Lucas akhirnya kembali mendekat ke arahnya.

"Kamu nggak apa-apa" aku bertanya pada Lucas yang tentunya aku tahu kalau dia pasti merasa kacau

"Ohh...., ini kayaknya bajuku..." jawab Lucas dengan setengah tertawa sambil meratapi kemeja putihnya yang kotor. Aku merasa bersalah padanya kalau dia tak mengantarkan aku pulang mungkin dia tak akan mengalami kejadian ini dengan panik aku mengajak Lucas mengeringkan bajunya di rumahku. Iya aku mengajaknya masuk ke rumah, padahal aku tidak pernah mengajak siapapun masuk ke dalam rumah. Atau lebih tepatnya tak membiarkannya, jangankan masuk rumah memberi tahu nomor rumahpun aku tak pernah saking berhati-hatinya. Tapi entah kenapa malam itu aku malah membiarkan seekor macan masuk ke kandang rusa. Aku berpikir aku adalah seekor rusa yang cepat berlari dan mampu menghindari segala masalah dan Lucas adalah macan yang harus aku waspadai. Tapi apalah daya aku sudah terlanjur mengajaknya masuk ke rumah.

----------------

Setibanya di depan pintu rumahku aku masih terus mengutuk ucapanku tadi kenapa harus mengatakn itu. Padahal biarkan saja dia pulang ke rumahnya lagi pula saat pulang ke rumahnya bukankah dia akan mandi juga. Ku buka kunci rumah dan mempersilahkannya masuk.

"Kamu mau aku buatkan teh atau kopi? Atau kamu mau mandi dulu?"

"Hmmmpp.... aku mau mandi dulu aja" entah kenapa tatapan Lucas membuatku tak karuan dan lagi kenapa pertanyaan ku seperti itu kenapa aku bertanya dia mau mandi atau tidak. Kenapa aku tidak langsung saja memberikannya kaos dan menyuruhnya pulang. Dengan pikiran yang terus mengutuk perkataanku sendiri aku memberikan Lucas handuk dan menunjukan kamar mandi yang letaknya tak jauh mengingat ini hanya apartemen studio. Begitu masuk saja langsung terlihat kasur tempatku tidur yang terhalang oleh sofa dan tv dan di pintu masuk sudah langsung terhubung ke dapur dan meja makan. Begitu Lucas masuk ke kamar mandi, aku berjalan ke arah lemari mencari kaos dan celana yang mungkin muat untuk Lucas. Aku memiliki banyak kaos oversize dan celana training yang biasa di pakai oleh pria maupun wanita. Setelah ku temukan baju dan celana yang mungkin muat di badan Lucas, aku meletakan nya di keranjang dekat pintu kamar mandi. Dengan ragu ku ketuk pintu kamar mandi

"Lucas ini baju bersihnya di keranjang depan pintu iya" entah tidak punya malu atau terlampau percaya diri Lucas keluar hanya menggunakan handuk yang kuberikan padanya tadi. Dengan telanjang dada dia keluar memperlihatakan badannya yang berotot sudah jelas dia pasti sering berolahraga. Dengan wajah yang malu-malu aku menunjukan pakaian yang ku simpan di depan pintu. Lucas tertawa kecil melihat tingkahku yang malu-malu lalu mengambil pakaian yang ada di keranjang. Begitu Lucas masuk ke kamar mandi aku wajah dengan kedua tanganku, aku sangat yakin wajahku pasti memerah karena melihat Lucas tadi. Aku terus berpikir apa yang harus aku katakn padanya nanti setelah dia keluar haruskah aku langsung mengusirnya dan mengembalikan pakaiannya besok. Tapi kalau aku melakukan itu bukankah berarti Lucas pulang dengan menggunakan kaos yang ku berikan padanya dan lagi bukankah tidak sopan mengusir tamu. Sibuk dengan pikiranku sendiri tanpa sadar Lucas sudah keluar dari kamar mandi dan mendekat ke arahku.

"Mel kamu nggak apa-apa?" Suara itu membuyarkan pikiranku

"Oh nggak..., nggak apa-apa kok. Mau minum apa ?" Dengan gagap aku kembali memberi pertanyaan yang akan membuat Lucas semakin berlama-lama disini

"Kalo boleh aku yang buat sendiri gimana?" Tanya Lucas dengan senyuman yang membuat siapa saja orang yang melihatnya akan mengiyakan keinginannya

"Oh kalo kamu mau nggak apa-apa silahkan. Baju kamu mana di taruh di keranjangkan biar aku cuci" jawabku berusaha mengalihkan pandanganku dari wajah tampan itu

"Iya di keranajang" Jawab Lucas lembut. Aku pun pergi kem kamar mandi dan mengambil pakaian Lucas lalu memasukannya ke mesin cuci.  Mungkin butuh beberapa jam agar pakaiannya kering dan pasti itu sudah dini hari.

"Mel ini udah jadi" seru Lucas sambil mengangkat cangkir kopi

"Oh iya bentar" sebelum menghampiri Lucas aku memasukan pakaiannya ke mesin pengering lalu ku atur waktunya

"Ini buat kamu yang udah baik sama aku, udah ngebiarin aku mandi pakai baju bersih dan bahkan nyuciin baju lagi " Lucas menyodorkan kopi buatannya

"Baik gimana ? Aku cuman ngerasa nggak enak sama kamu" jawabku pura-pura santai padahal hati dag dig dug duduk berduaan dengan seorang pria di tengah malam begini dan lagi di rumahku sendiri

"Mel kamu tinggal sendirian nggak takut?"

"Takut ? Enggak lah, aku udah biasa tinggal sendirian"

"Ohh..., pacar kamu nggak marah mel kalo tahu aku disini malem-malem gini"

"Aku nggak punya pacar tenang aja"

"Oh syukur deh kalo kamu nggak punya pacar jadi aku punya kesempetan buat deketin kamu" mendengar Lucas berbicara dengan santainya seperti itu aku dapat memastikan kalau dia tertarik padaku tidak dapat ku sangkal pesonanya juga menarik perhatianku

"Apa sih" jawabku sambil tertawa garing. Perbincangan kamipun berlanjut sampai pakaian Lucas benar-benar kering. Karena kami pikir sudah saatnya mengakhiri pertemuan hari ini Lucaspun pulang. Aku sempat sedikit khawatir mengingat sekarang sudah jam 3 dini hari tapi dia bilang tidak masalah karena dia mengendarai mobil. Ku lambaikan tangan mengantar kepergian Lucas. Sepergi Lucas hatiku masih terus berdebar kencang mengingat sikap manisnya padaku padahal kami baru bertemu hari ini tapi kami rasanya seperti sudah saling mengenal lama. Tak pernah aku setertarik ini pada seorang pria. Apa yang akan terjadi selanjutnya pikirku. Haruskah aku menemuinya lagi besok ?

*****