webnovel

Bukan Hanya Aku

Kata-kata manis yang selama ini aku dengar membuat ku mabuk kepayang parasnya yang tak terbantahkan membuatku selalu teringat padanya hampir tak ada cacat yang kulihat pada dirinya. Tapi ternyata....

Chocolatte_Latt3 · Urbain
Pas assez d’évaluations
10 Chs

Bukan Hanya aku

Musim hujan terkadang sangat menyebalkan, rasa malas sering menghampiri di kala hujan turun lebat. Sambil berdesak-desakan di dalam bis aku akhiri hari-hariku yang membosankan. Selain pulang pergi ke kantor aku tak punya tujuan lagi hanya itu rutinitas hidupku. Sepasang muda mudi terlihat sedang bermesraan di dalam bis sesak ini. Apa yang membuat mereka hingga tak melihat sekitar? bagaimana mereka bisa sampai hilang akal di tempat seramai ini mereka duduk sambil bergandengan tangan terkadang mereka saling mencium punggung tangan pasangannya. Wah walau di perhatikan banyak orang, mereka cukup berani memperlihatkan kemesraan mereka seakan dunia yang mereka tinggali berbeda dengan dunia yang aku tinggali saat ini. Pandangan orang sekitar sudah bukan masalah bagi mereka .Terkadang aku iri dengan mereka yang mempunyai dunia lain selain tentang pekerjaan. Iya maksudku seperti mereka yang memiliki seseorang yang memberimu dunia yang cerah di kehidupan yang membosankan ini. Selain bertemu dengan teman sekantor atau hanya sebatas kenalan yang kau temui di perjalanan bisnis. Seseorang yang bisa tangannya kau pegang sambil berbincang hangat dan juga manis. Bukannya aku tak mampu memiliki seseorang seperti itu hanya saja setiap bertemu pria yang menurutku cukup menarik pada akhirnya mereka membosankan. Terkadang seperti hanya sedang membuang waktuku saja.

--------

"Trrriiiinngg" suara ponselku berbunyi. Aahh siapa yang mengganggu di jam istirahat yang berhargaku ini pikirku. Baru juga ku angkat panggilan itu, suara cempreng langsung menusuk ke telinga membuat aku bergidik

"Mela lo kemana? langsung pulang aja kan gue udah bilang kalo ada cowo yang nanyain lo, dia minta di kenalin sama lo. Ganteng kok cowoknya tapi lo malah balik aja"

"Kan gue udah bilang, kalo gue nggak mau di jodohin. Lagian kalo emang ganteng buat kamu aja Neng Lisa"

"yeh dia maunya sama lo bukan sama gue, iya udah deh kalo nggak mau udahan iya bye"

panggilan telpon pun berakahir. Lisa adalah satu-satunya temanku yang selalu saja berusaha menjodohkan aku. Dia bilang aku harus segera punya pacar agar tidak terjebak di dunia yang monoton padahal dia juga sekarang single setelah putus dengan pacaranya beberapa minggu lalu. Ku akui usahanya, dia tak pernah mengenalkan aku pada pria yang biasa. Selalu saja pria yang tampan dan kaya, baik lalu dari kelurga baik-baik pula. Entah karena mereka terlalu baik jadi aku merasa bosan dan tak ada tantangan. Beberapa kali aku sudah pernah berkencan dengan pria pilihan Lisa tapi selalu berakhir dengan aku yang meninggalkan mereka. Lisa selalu marah saat hubunganku tak berhasil dia selalu bertanya apa yang salah dari mereka. Bila aku jujur tak ada yang salah dari mereka justru sepertinya aku yang bermasalah.

------------

Ku lihat jam di ponsel menunjukan waktu pukul 7 malam. Waktu masih belum terlalu malam hujan pun susah berhenti, tadi pas di dekat halte bis ada kafe yang baru buka. Tiba-tiba saja aku teringat pada kafe itu mengingat jarak rumah dan kafe yang kulalui tadi sangat dekat bahkan sampai terlihat dari jendela apartemenku. Aku mengambil jaket dan kuputuskan untuk pergi ke kafe tersebut. Sesampainya di sana tempatnya cukup ramai padahal kafe baru saja buka hari ini, mungkin karena sekarang hari sabtu jadi kafenya ramai pikirku.

"Mau pesan apa kak " suara merdu dan maskulin terdengar nyaman di telinga membuatku berpaling karena sedari masuk aku hanya memperhatikan interior kafe bukannya memesan

"ohh hot americano terus sepotong red valvet atas nama Mela " jawabku

"baik kak silahkan tunggu di mejanya iya biar kami antar pesanannya ke meja" jawab pelayan tersebut padaku. Aku hanya tersenyum dan berlalu pergi ke meja yang di tunjukan pelayan tersebut. Para pengunjung kafe di dominasi oleh kaum hawa dan mereka tertuju pada seorang barista yang sedang melayani pesanan mereka. Aku tak melihat jelas barista tersebut tapi dari tatapan para gadis sepertinya dia tampan. Selang beberapa menit pelayan mengantarkan pesananku

"Atas nama Mela ? Hot Americano dan redvalvet"

"Iya " jawabku ramah lalu pelayan tersebut menaruh semua pesanan nya kemudian meninggalkan meja sembari tersenyum. Aku meminum kopi panas yang aku pesan sambil memainkan ponselku. Waktu terus berlalu karena suasana kafe yang menyenangkan tak terasa kafe akan tutup pengunjung di minta untuk meninggalkan kafe karena hampir waktu tutup. Para pengunjungpun menurut dan meninggalkan kafe. Rupanya kafe ini cukup tegas karena biasanya di beberapa tempat makan akan membiarkan pengunjungnya meski waktu sudah menunjukan jam tutup. Aku yang rumahnya dekat dengan kafe langsung saja pergi ke kasir dan membayar tagihanku. Ku lihat sekilas barista yang menarik banyak perhatian dia tampak tersenyum padaku tentunya dia hanya bersikap ramah saja bukan ada maksud lain. Dia terlihat sangat tampan dia juga tinggi lengan kemeja yang sengaja dia lipat sehingga terlihat otot tangannya, pantas para pengunjung wanita tak memalingkan pandangannya pikirku. Akupun hendak pergi meninggalkan kafe, baru juga beberapa langkah aku akan keluar hujan mulai turun lagi. Ahh sial sekali kenapa hujan terus turun gumamku sambil menghentikan langkah di depan pintu kafe

"Tunggu reda aja kak sambil menunggu jemputan" seru pelayan yang ada di sana

"Ohh aku lari aja deh " jawabku sambil membuka pintu kafe, aku berpikir untuk membeli payung saja karena di pinggir kafe ini ada minimarket pasti mereka menjual payung. Baru saja aku hendak berlari seseorang menarik tanganku membuat ku berbalik ke arahnya. Rupa nya barista tampan tadi

"Kamu mau hujan-hujanan ?" Tanyanya padaku

"Ohh rumah aku deket kok, lagian itu ada minimarket tinggal beli payung kesitu aja jadi nggak akan terlalu basah nanti" jawabku sambil tersenyum

"Kamu kalo lari ke minimarket itu udah basah kuyup, tunggu dulu agak reda aja" ku lihat ke luar jendela memang hujannya sangat lebat bahkan bila menggunakan payung pun kaki akan kebasahan karena melewati genangan air

"Tapi kalian kan mau tutup" jawabku ragu

"Iya nggak apa-apa mereka aja yang pulang, aku bakal tungguin kamu sampai hujannya reda" jawaban dari barista itu sedikit membuatku merasa aneh

"Kita duluan iya, kita udah pesen taxi online soalnya. Kakak disini aja sama si bos tungguin hujan nya reda" teriak salah satu pelayan yang membuatku sedikit terkejut mengetahui bahwa barista tersebutlah pemilik kafe ini dan lagi entah sejak kapan para pelayan sudah ganti baju dengan baju santainya

"Oh kalian udah pada pesen taxi rupanya" jawabku canggung merasa tak enak karena membuat mereka harus pulang terlambat, selang 15 menit sekitar 3 taxi online pun datang

"Wah itu udah ada taxinya duluan iya" jawab para pelayan sambil melambaikan tangannya tak lupa mereka berbagi payung. Walau taxi sudah di depan kafe karena hujan yang sangat lebat membuat mereka harus menggunakan payung ketika keluar. Perasaan canggung ketika para pelayan pulang menyeruak mengingat di kafe tersebut hanya tersisa aku dan si barista.

"Aku Lucas, kamu Mela kan?" Tanya si barista padaku sambil mengulurkan tangannya mengajak berjabat tangan

"Oh iya" jawabku sambil menerima uluran tangannya. Perasaan canggung membuat ku terus melirik jam di ponselku waktu sudah menunjukan pukul 10.25 malam tapi hujan belum juga reda padahal sudah 25 menit berlalu sejak para pelayan pergi. Lucas yang melihatku gelisah hanya tersenyum, mungkin dia berpikir aku terlihat lugu karena terus melirik jam

"Takut orang tua kamu marah iya?" Tanya Lucas padaku. Aku tersenyum geli mengingat aku hanya tinggal sendiri di apartemenku dan tak akan ada yang marah lagi pula orang tuaku selalu membaskanku. Aku hampir tak punya jam malam sejak aku masih sekolah mereka tak pernah marah walau aku pulang telat

"Nggak kok cuman aku nggak enak sama kamu aja. Harusnya kan sekarang kamu udah istirahat  di rumah tapi kejebak sama aku disini"

"Kamu mau pulang" tanya Lucas lagi sambil memegang payung yang entah dari kapan ada di tangannya

"Boleh pinjem payungnya?" Tanya ku antusias aku sudah bosan dengan kecanggungan ini

"Boleh asal aku yang bawa payungnya"jawaban Lucas membuatku mengertitkan dahi tak mengerti maksudnya

"Sekarang udah malem terus jalanan malem kan bahaya buat cewek walau rumah kamu dekat aku ngerasa harus ngawal kamu biar sampe rumah dengan selamat" jawaban Lucas yang sekarang membuatku tersenyum mengerti apa maksudnya. Dia ingin mengetahui dimana rumahku padahal baru saja bertemu biasanya aku menolak hal seperti ini walau niatnya terdengar baik bukankah cukup aneh bila seorang pria mengantar seorang wanita tanpa maksud tertentu. Tapi entah kenapa malam itu aku merasa ingin membawanya pulang bersamaku. Setelah mengunci kafe kami pun berjalan pulang menuju apartemen milikku di perjalanan kami banyak mengobrol tak seperti di kafe tadi yang hanya diam memperhatikan hujan. Jalanan becek bekas hujan dan juga rintik hujan yang masih berlangsung menyertai jalan kami. Payung yang terlihat besar tak mampu melindungi kami berdua mengingat badan Lucas yang besar dan tinggi. Bahu Lucas basah oleh air hujan yang menetes demi melindungi agar aku tidak kehujanan. Romantis bukan? Sikap manisnya ini sudah menjadi poin lebih untukku. Terlebih dari pada menjadi pemilik sebuah kafe Lucas lebih cocok jadi seorang model dengan wajah dan badan yang sebagus ini rasanya sayang bila tak di pamerkan. Ketertarikanku semakin menjadi ketika Lucas mengantarku pulang apa karena sikapnya yang manis atau karena dia tampan dan juga menyenangkan saat di ajak bicara.

******