webnovel

Bukan cinta yang salah

Menjadi selingkuhan! Hamil di luar nikah! Risa begitu yakin pada cinta bos Glen, si pengusaha muda dari Korea. dia bahkan menyerahkan kehormatannya sebagai seorang wanita karena tingkah manis bos Glen yang melelehkan hatinya. Sayang sekali, bos Glen sudah memiliki tunangan bernama Jung Eun, Putri pewaris perusahaan store besar di Korea. Mereka bahkan akan segera menikah. Risa terus menunggu bos Glen kembali ke pangkuannya, tapi hari itu tak kunjung tiba. Dia malah bertemu dengan Jung Hoon, pemuda aneh yang menyebalkan di kamarnya. pemuda yang membuat hari tenangnya menjadi penuh gejolak dan emosi. Siapa kira pertemuan ini membawa kenyataan pahit yang harus Risa hadapi.. mampukah dia bertahan dengan tingkah Hoon. atau.. dia masih mau bertahan dengan cinta terlarang dengan bos Glen?

Ayun_8947 · Urbain
Pas assez d’évaluations
322 Chs

bab 17 Masalah (1)

"Hey, kalian akan segera menikah, kenapa kau kasar sekali padanya" Kim terkekeh dengan kalimatnya sendiri. Bos Glen menggenggam erat telapaknya, dia semakin kesal mendengar lelucon Kim.

"Kau gila ya, kau yang akan menikahinya! bukan aku!" Kim semakin terkekeh.

"Wah, wah, itu artinya persahabatan nona Jung dan istriku harus dipertaruhkan karena pesona wajahku ini" Glen ikut menahan tawanya mendengar kalimat seriusnya dibalas lelucon oleh temannya Kim.

Kim dan Glen sudah lama saling mengenal. Mereka menempuh pendidikan di Seoul University. Kim sudah lebih dulu menikah. Setahun yang lalu sahabatnya itu mantap melepaskan masa lajangnya. Namun Glen masih ragu, pria itu masih ingin melajang meski usianya sudah 39 tahun. Glen akan menikahi wanita yang dicintainya. Saat bertemu dengan Risa, entah mengapa pria itu yakin akan perasaannya pada karyawan biasa itu. Meski Risa bukanlah gadis hebat seperti nyonya Kim. Istri Kim seorang artis ternama, selain cantik dan terkenal bertalenta, kehidupan sosial nya pun sungguh fantastis. Nyonya kim dan nona Jung, mereka berdua sahabat karib. Lalu siapa nona Jung yang selalu di sebut Kim?.

Glen menyadari kedatangan Risa, pria itu segera meletakkan ponselnya di meja. Dia menyambut Risa dengan senyuman penuh harap.

"Bagaimana?" tanya bos Glen. Risa membalas senyuman manis kekasihnya.

"Aku sudah bicara pada bu direktur, bos Glen bisa pakai dua orang penjahit sampel dan kerja lembur. Mereka sudah menandatangani surat tugas lembur" jawab Risa sigap. Gadis itu meminta Glen menandatangani surat lembur karyawan. Dia juga menjelaskan sistem kerja cepat yang biasa dia jalan-kan saat dikejar deadline. Kesalahan seperti ini sudah biasa Risa selesaikan, bukan perkara besar jika segera ditangani.

"Aku akan meminta bagian desain. Kita memerlukan pola untuk memotong bahan ini berikut menghitung gramasi bahan." Gadis itu segera mengeluarkan timbangan digital ke atas meja. Bos Glen memperhatikan dengan seksama, karena Risa sudah mulai mengeluarkan gunting bahan dan peralatan lainnya bos Glen berinisiatif menyingkirkan berkas dan cangkir kopinya yang tadi berserak di atas meja.

"Bos tak keberatan kan mejanya dipakai?" Glen mengangguk saja. Tentu saja, ini semua kesalahan bos Glen, tepatnya nona Jung! tapi Glen harus menanggung semuanya, tentu saja dengan banyak bantuan dari Risa.

Risa keluar lagi. Bos Glen menatap punggung kekasihnya yang terlihat sibuk. Pasti sangat melelahkan, gadis itu sepagi ini sudah berapa kali turun naik tangga, sekarang Risa harus meminjam pola jaket dan gambar dari ruang desain. Belum lagi, gadis itu harus menghitung gram pemakaian bahan dan menentukan harga. Sebelum itu Risa juga harus memotong sendiri bahan sesuai bentuk pola sebelum akhirnya diserahkan pada penjahit sempel.

Di ruang desain

Karyawan sibuk dengan style mereka masing-masing. Setiap desainer memegang beberapa style atau model pakaian yang akan mereka buat. Kedatangan Risa cukup mencuri perhatian, pagi ini sudah kunjungan ketiga kalinya. Meri, kepala bagian desain segera melemparkan senyum getir.

"Lu serius mau ngerjain sendiri?" Risa mengangguk. Meri berdecak tak percaya.

"Kenapa ga minta waktu lebih sih, lu tau kita lagi banyak kerjaan gini. Lagian kesalahan dari mereka kok, masa kita yang repot" protes Meri dibalas anggukan asal saja oleh Risa.

"Masalahnya jaket ini mau dipake promosi, itung-itung kita bantu marketing juga lah" jawab Risa seadanya, Meri mengerucutkan bibir tak percaya dengan jawaban santai Risa.

"Lagian barang udah jadi pake berubah bahan, ada-ada aja deh!" Joy, rekan sekantor Risa ikut berargumen kesal, Risa melirik sesaat dan menggaris senyuman tipis "Mau gimana lagi Joy, namanya juga buyer" balas Risa seadanya.

"buyer sih buyer, mentang2 pembeli jangan seenaknya juga kali!" Joy masih enggan terima, gadis itu kesal mengingat jaket adalah pekerjaan yang dia tangani sebelumnya.

"Trus bos Glen tuh gunanya apa? kalo semua masih bisa diganti seenaknya sama orang pusat?" pertanyaan meremehkan Joy dibalas sinis oleh Risa. Bisa-bisanya seseorang mempertanyakan keberadaan bos Glen, membuat Risa seketika kesal. Joy tidak tahu, kalau pria yang dianggapnya tak berguna adalah pria terkasih Risa.

"Namanya manusia pasti punya salah" balas Risa sambil menarik senyum sinis sebelum meninggalkan ruangan desain. Tatapan tajam mata Risa membuat Joy sedikit takut. Joy tak percaya Risa bisa terlihat seram seperti tadi.

"Lu liat ga tadi muka Risa?" tanya Joy pada Meri. Meri melirik tak kalah sinis, Joy mengerutkan alis.

"Lagian lu Joy, orang lagi sibuk, cape, malah ngomong macem-macem!" balas Meri tak kalah sewot. Joy memasang wajah bingung, salah gue apa? batin Joy berontak.

"Salah lu tuh, banyak bacot ga bantuin!" celetuk Meri sebelum akhirnya mendaratkan diri di kursinya.

"Ko lu tau gue ngomong apa?" tanya Joy bingung, perasaan tadi dia ngomongnya dalam hati.

"jelas lah!" sergah Meri yakin "di muka lu keliatan banget, kejulitan anda terpampang nyata!" tudingan Meri membuat Joy menelan ludah.

Joy menggaruk kepalanya, apa dia mengatakan hal yang salah? bukankah bos Glen memang salah sepenuh nya dalam kasus ini? pria itu dengan seenaknya merubah bahan produk contoh, sementara produknya sudah jadi dan siap turun ke produksi dan dibuat secara masal. Kenapa Joy merasa terpojokkan! gadis itu merengut meninggalkan ruang desain.

***

Di ruangan bos Glen

Risa masih sibuk memotong bahan kulit asli dengan sangat hati hati dan penuh ketelitian. Bos Glen melipat tangan di dada dan fokus memperhatikan pekerjaan Risa. Sesekali pria itu meraut takjub dan sesekali wajahnya terlihat bingung. Bos Glen menggaruk kepalanya melihat Risa yang sangat teliti mengukur tiap inch dengan pita meteran yang mengalung di lehernya. Wajah fokus dan serius Risa membuat bibir bos Glen menggaris senyuman. Pria itu semakin terpesona dengan Risa. Lihatlah raut wajah serius yang cantik itu. Sesekali bibir Risa berkomat-kamit tak dimengerti Glen, tingkah gadis itu membuat bos Glen gemas dan kian fokus memperhatikan wajah Risa.

"Kau bahkan cantik saat bekerja" batin bos Glen tak percaya, pria itu menggelengkan kepalanya sambil menahan wajah sumringah "Dia bekerja dengan sangat keras dan tulus" batin bos Glen kian memuji. Tampaknya pria itu tak salah memilih kekasih, bukannya dia berniat tak hanya sebatas kekasih, bos Glen ingin Risa menjadi istrinya.

Membayangkan Risa dengan wajah polosnya yang cantik, menyambut pagi dengan senyuman berikut piring di kedua tangannya. Membayangkan Risa yang serius membersihkan rumah dan memasak makanan setiap harinya. Bos Glen semakin tak mampu menahan raut bahagianya, dia terkekh sendiri membayangkan Risa menjadi pendamping hidupnya "Hahahaa…" tawa bos Glen akhirnya lepas juga.

Risa melirik heran ke arah bos Glen. Gadis itu mengerutkan dahi tak mengerti, kenapa prianya tertawa dengan wajah sumringah sementara dia fokus memotong inch demi inch bahan kulit di hadapannya. Gadis itu memperlakukan bahan itu seperti hamparan permata, dia tahu betul jika bahan yang dia sentuh ini bukanlah bahan di Tanah abang. Kulit asli ini sangat mahal.

"Kenapa bos tertawa?"