Hari - hari Rere lebih berwarna semenjak adanya Ikram. Mungkin dihadapan Ikram, Rere belagak kesal dan penuh amarah namun dihatinya setiap kedatangan Ikram membawa perasaannya terasa bahagia. Ikram sangat tidak peka dengan senyum sumringah yang sesekali Rere perlihatkan kepadanya.
Rere selaku ketua kelas yang biasanya ia sendiri yang membawa semua tugas teman-temannya sekarang ada Ikram yang siap membantunya kapan saja. Ikram bisa datang dimana dan kapan saja layaknya ibu peri. Ia seakan-akan membuntuti Rere kemanapun dan kapanpun.
Mungkinkah Ikram terobsesi kepada Rere?
tentu tidak, bagi Ikram sendiri Rere mirip dengan adik kecilnya yang telah lama tiada. Tingkah kekanakan Rere padanya menandakan bahwa Rere membutuhkannya.
" dek, kapan tugas kelompok kita kerjakan?" tanya Ikram mengajak Rere berbicara.
Rere hanya mengangkan kedua bahunya dan fokus pada kerjaan yang ada dilayar laptopnya.
" dek... uda enggak mau yaa ngulang lagi sama dosen pak Yasmi ini." ujarnya.
" ssst . berisik tau enggak uda. diperpustakaan ini dilarang berisik." sanggahnya.
" ya udah kapan bikin tugasnya ?" tanyanya lagi namun kali ini dengan berbisik.
Rere memutar bola matanya dengan malas. Ikram benar-benar mengganggu konsentrasinya.
" uda, bisakah uda jangan menanyakan hal yang sama lagi padaku?" balasnya dengan formal.
" huftt iya deh yaaa.. kalau gitu gue pergi dulu lapar soalnya." keluhnya lalu meninggalkan Rere dengan muka masamnya.
" hufttt kenapa gue bisa suka sama cowok yang suka ngintilin gue kemana-mana." batinnya sambil mendengus kesal.
**
" oh jadi loe yang gatel sama cowok orang ya!" sindir salah satu mahasiswi didalam toilet perempuan.
Rere menaikkan alisnya sebelah, ia bingung dengan maksud perempuan dihadapannya saat ini. Tiba-tiba saja ia mengatakan rere cewek gatel?
" maaf anda siapa ya?" tanya Rere sopan.
Perempuan itu menganggap remeh rere dengan tatapan angkuhnya.
" loe enggak tahu siapa gue?" congkaknya kemudian ia melirik kepada dua orang temannya yang karakternya hampir sama-sama congkak dengannya
" kenalin dia adalah pacar Aditya Ikram." balas salah satu perempuan berambut ikal dengan badan berisi tersebut.
" ooo pacarnya uda ikram." jawab Rere sambil ber-oh ria.
" what??? Ooh?" kesal Perempuan yang mengaku pacarnya Ikram.
" ya terus gue mau jawab apa?" polos Rere.
" dasar yaa emang ganjenn!!", hardiknya kemudian mendorong Rere sampai ke dinding toilet.
Rere menatap mereka bertiga dengan tajam, tangannya mulai mengepal bersiap untuk melawan.
" loe jangan pernah dekati cowok gue. atau loe akan gue habisi!" ancamnya sambil membekap mulut Rere.
Rere dengan amarahnya mendorong perempuan itu sehingga ia terhempas ke lantai. Ia bersiap untuk meninju Perempuan yang tidak dikenalnya itu namun dihalangi oleh dua perempuan lain yang merupakan rekan dari perempuan jahat tersebut.
" lepasin gue!" teriaknya ketika kedua tangannya dipegang erat oleh dua perempuan lain.
" kenalin gue adalah Florina. loe bisa panggil gue kak Flo karena gue adalah senior lo." ucapnya sambil menarik dagu Rere.
" gue enggak pernah ganggu loe ya kak flo!" hardiknya.
" ya betul tapi loe mengambil hati dan waktu ayang gue!" balasnya dengan mata yang terbelalak.
" tanya sendiri sama cowok loe ngapain dekati gue." elak Rere yang masih berusaha melepaskan dirinya.
" gue enggak mau tahu mulai hari ini jangan dekati Ikram atau loe akan mampus." ancam Florina dengan senyum evilnya.
" lepaskan dia! sudah waktunya jam kuliah masuk." pintanya pada rekan-rekannya.
Mereka pergi meninggalkan Rere yang masih didalam kamar mandi. Dengan wajah yang memerah karena menahan emosi ia kemudian meluapkannya pada cermin yang saat ini ada dihadapannya. Cermin itu retak seketika, darah mengalir pada jari-jari tangannya sebelah kanan.
Ia tidak merasakan sakit apapun, yang ada hanya kekesalan dalam dirinya karena tak mampu meluapkan amarahnya pada Florina.
Ia barusaja sedang berbunga-bunga hatinya namun dipatahkan dengan kenyataan bahwa dia milik oranglain. Seharusnya Rere sadar bahwa setiap kali ia menyukai seseorang akan selalu ada penghalangnya. Dan ia menyadari itu saat ini. Secepatnya ia akan melupakan Ikram dibanding ia harus melawan senior-seniornya sendiri. Cintanya mungkin tak terbalas setidaknya ia bersykur Ikram pernah mengisi hari-harinya walau hanya sebentar saja.
" astaga Rere loe kenapa?" kaget jenner melihat tangan kanan Rere dipenuhi darah.
" gak kenapa-napa." balasnya dingin.
Semua orang melihatnya dengan heran. Darah ditangannya jatuh bercucuran mengotori lantai kelasnya. Rere duduk dikursinya mengambil kertas putih untuk mengelap darahnya.
" adek loe kenapa!" kaget Ikram datang tiba-tiba.
ya dia selalu saja datang tiba-tiba padahal sekarang bukan jadwalnya dikelas Rere. Ikram melihat tangan rere, dengan sigap ia mengambil kain alas meja dan membalut luka Rere dengan kain tersebut. Rere hanya diam tanpa berkutik. Hatinya sedang sakit.
" lepasin tangan gue!" pintanya pada Ikram yang menggengam tangannya dan membawanya menuju ruang kesehatan dikampusnya.
" kenapa?" tanya Ikram heran.
" gue bisa sendiri." balasnya dengan dingin kemudian melepaskan pegangan tangan ikram padanya.
" Re! gue salah apa sama loe?" tanya Ikram heran.
" tinggalkan gue sendirian.", ucapnya dengan dingin.
Ikram membiarkan Rere berjalan sendirian ke ruang kesehatan kampus. Ikram tidak ingin jika keegoisannya merusak hubungannya dengan rere. Membiarkan Rere waktu untuk sendiri mungkin lebih baik baginya.
**
Semenjak saat itu Rere menjauhi dirinya dari Ikram. Setiap kali Ikram berusaha menghiburnya dan berada disebelahnya, Rere pun menghindar. Rere kembali menjadi perempuan yang dingin dan tidak banyak tingkah.
" oiii re! loe kenapa ha?" tanya Uda sonny sambil merangkulnya.
" enggak kenapa-napa gue." balasnya.
Uda sonny berpikir panjang, ia menduga kalau Rere sekarang lebih kalem dan dingin. Ia pun berniat menjahili Rere.
" Re, beliin gue seblak didepan kampus dong." pintanya.
" oh oke!" singkatnya.
uda Sonny terkaget mendengar jawabannya, tak biasanya Rere langsung mengiyakan permintaannya. Biasanya ia akan menolaknya sambil mengoceh dan bertinju dahulu. Uda Sonny dibuat penasaran karena tingkahnya.
" asyikk! rere lagi baik sekarang." balas Uda Sonny dengan riang sambil meloncat-loncat menuruni tangga satu persatu.
Rere hanya menggeleng heran melihat tingkah temannya satu ini. Kemudian ia teringat Ikram yang biasanya saat waktu pulang pasti Ikram akan mengunjunginya. Dan hari ini Ikram tidak datang padanya. Rere melihat sekitar berharap Ikram akan tiba-tiba datang mengejutkannya seperti biasa yang ia lakukan pada Rere. Hanya saja tidak ada Ikram hari ini.
Rere berjalan bersama Sonny. Pikirannya ke Ikram dan Ikram. Ia membiarkan Sonny mengoceh sendirian dan menikmati lamunanya saat bersama Ikram.
" loh itu kan ikram." ucap Sonny, menunjuk ke arah pagar kampus. Langkah Rere terhenti dan menatap ke arah yang sama.
" itu siapa ya cewek itu? bukannya Ikram jomblo ya?" tanya Sonny berbicara sendiri menjawab pun juga sendiri.
" ya sudah uda... jangan pikirin dia, ayo! makan seblak!" ajak Rere tiba-tiba berbicara dan menggengam tangan sonny.
Mereka melewati Ikram dan Florina yang sedang asyik bercanda. Ikram melirik dengan tatapan sengit pada genggaman tangan Rere kepada Sonny. Rere menunduk seolah tidak melihat adanya Ikram dihadapannya. Florina tersenyum merasa dirinya telah menang dalam meraih hati sang pujaan hatinya.
Uda sonny makan dengan lahap. Lain halnya dengan Rere. Ia sesekali bermenung dan tak fokus mau mengambil apa. Bahkan seblaknya saja tidak dia habiskan. Sonny dibuat pusing dengan pemikiran Rere saat ini. Tapi Sonny tidak ingin ikut campur dengan apa yang terjadi pada Rere.
" hebat banget ya dia,.bisa memamerkan hubungannya setelah kemarin-kemarin ia berusaha meluluhkan hati gue." monolognya pada dirinya sendiri.
" loe ngomong apa re?" tanya Sonny.
" ohh enggak ada uda.. uda ini duitnya gue yang bayar, gue pulang dulu ya.. udah sore." pamitnya dengan tergesa-gesa.
Sonny hanya geleng kepala melihat tingkahnya. Mungkinkah Ia cemburu melihat Ikram bersama perempuan tadi. Sonny hanya menduga-duga. Rere meninggalkannya sendirian di warung mpok atik. Langganan Sonny kalau kepengen makan seblak.
***
" anak mama jangan nangis ya." ucap Mama Rita memeluknya.
" sakit banget ma.. harus melihat orang yan re suka sama cewek lain." sahutnya sambil menangis.
" sini peluk mama." pinta mama Rita.
Ia memeluk mamanya dan Amel juga ikutan memeluk mamanya. Mereka bertiga dalam kehangatan. Mama Rita mengusap punggung Rere sembari ia perlahan berhenti dari tangisnya. Mama Rita tidak ingin melihat putrinya menderita hanya karena cinta. Kemudian Mama Rita memberikan nasehat tentan cinta kepada Rere dan Amel juga ikut mendengarkan. Di malam itu, Rere tertidur dengan nyenyak setelah mendengarkan segala nasehat mama dan support dari mamanya.
***