webnovel

Blue Aloe

Mereka yang ditakdirkan untuk bertemu bersama di tahun 2079 dengan perbedaan kisah masa lalu dan konflik masing-masing. Kelly, seorang gadis muda yang selalu menyembunyikan identitas aslinya kepada semua orang. Rei, seorang pria muda dengan tanggung jawab besar tanpa kebebasan hingga akhirnya bertemu dengan Kelly. Brandon, seorang lelaki penuh dengan emas dan tanggung jawab keluarga atau pilihan hatinya untuk Kelly. Dan Rin, seorang gadis seperti putri yang bisa mendapatkan segalanya namun tidak bisa mendapatkan Brandon.

raen_ · Romance
Pas assez d’évaluations
66 Chs

Bab 3

[Pada bab ini terdapat sedikit adegan kekesaran yang mungkin akan mengganggu.]

Aku adalah seorang putri, semua orang mengatakan itu kepadaku. Aku memiliki kedua orang tua yang hebat dengan posisi dan kekuasaan mereka. Aku memiliki segalanya dengan atas nama keluargaku yang besar. Tapi tidak akan yang pernah tahu bahwa putri itu selalu berada di dalam istananya karena tidak diperbolehkan untuk keluar. Aku adalah seorang putri yang terkurung di dalam istana.

Suatu saat, papa sangat marah kepadaku karena aku tidak menurut padanya. Aku kabur dari rumah tanpa apapun yang kubawa kecuali sebuah mobil untuk kendaraanku, bahkan aku menutupi jejakku dengan mematikan akunku. Itu membuat semua bawahan papa bingung mencariku dan tidak dapat menemukanku. Suatu keajaiban aku dapat ditemukan oleh kakakku dan langsung membawaku di hadapan papa. Aku ingat ekspresi dingin tak berbelas kasihan pada wajahnya. Itu sangat menakutkan. Lalu aku mendapatkan sebuah tamparan yang sangat keras darinya. Benar-benar sangat keras hingga membuatku tidak sadarkan diri. Selama itu, papa membawaku ke sebuah tempat. Aku terbangun tepat saat mobil itu memasuki ke sebuah area rumah terpencil. Papa menarikku dengan paksa memasuki rumah itu dan berhenti di sebuah ruang di mana sedang banyak orang yang sedang berkumpul di sana. Semua orang itu terkejut melihat papaku dan aku yang tiba-tiba saja masuk tanpa sepengetahuan mereka. Papa melepaskan genggamannya dengan mendorongku sampai jatuh di tengah ruang tersebut.

"Setiap orang bergerak semilipun akan kujamin kematian." Kata papa dengan nada berat dan dingin. Papa mendekatiku, menarik rambutku agar semua orang bisa melihatku di sana.

"Mereka semua berencana untuk membunuhmu, Kelly. Mereka senang mengalahkanku dengan membunuhmu. Namun, mereka selalu bodoh karena aku selalu bisa melacak mereka semua dengan mudah dan langsung mendatanginya jika aku mau. Kau tahu mengapa aku ingin membawamu kemari, anakku? Aku ingin melihatkanmu duniaku selama ini agar kau paham mengapa aku mengurungmu selama ini. Perhatikan baik-baik duniaku ini, Kelly."

Bisikan dingin papa memang membuatku sangat ketakutan. Karena tidak kuat, aku membiarkan diriku sampai menangis. Tanpa ada ampunan apapun dari papa, papa mengikat kedua tanganku ke belakang dengan borgol sehingga aku tidak bisa menutupi wajahku. Dan kemudian papa langsung bergerak membantai semua orang di ruangan itu. Aku bisa melihat semuanya. Aku bisa melihat papa memukul sampai mati, menusuk tubuh mereka, menggorok leher mereka, dan menembak ke jatung dan kepala mereka dengan jelas. Aku bisa melihat kesadisan papaku sendiri membunuh semua orang itu tanpa ampun. Dan yang paling mengerikan adalah papa sengaja membiarkan darah bekas kelakuannya mengenai tubuhku. Itu tidak sedikit. Setiap aku melihat dia membunuh, dia sengaja mengarahkan darah mereka ke arahku. Rasanya sama seperti papa menumpahkan segala rasa bersalah, menyesal, dan kekesalannya kepadaku.

Aku terus menangis di tengah-tengah hujan darah. Aku berteriak di tengah kebisingan orang-orang berteriak. Aku tersiksa di tengah orang-orang yang mati. Aku… aku… aku…

Aku tenggelam ke dalam lautan gelap tanpa bisa berenang ke permukaan sampai tubuhku tidak berdaya di dasar lautan.

Hah!

Nafasku memburu. Aku tidak tersadar bahwa aku sempat tidak bernafas. Mimpi tenggelam bisa membunuhku jika aku tidak terbangun. Atau mungkin ini adalah kode tubuhku agar aku bisa terbangun secepatnya dari mimpi burukku. Ugh… aku membencinya untuk menghadapinya, tapi aku tidak bisa bertindak apa-apa.

Aku masih menutup kedua mataku sekarang. Lewat deteksiku, aku bisa merasakan Billy berada di dekatku sekarang. Dia pasti sangat khawatir karena aku lagi-lagi tidak sadarkan diri karena insiden tadi. Ini memang bukan pertama kalinya bagiku melihat karyawan dari perusahaan papaku dibunuh langsung di depanku. Sudah dua kali aku mengalaminya dan sudah dua kali juga aku langsung tidak sadarkan diri setelah itu.

Bukan yang bertambah buruk, tapi setiap orang pasti menghawatirkanku. Nyatanya, aku langsung merasa baik-baik saja saat aku tersadar kembali. Memang aneh, tapi ini yang kurasakan. Memang kalau itu membuatku sangat ketakutan sebelumnya, ditambah sebuah mimpi buruk itu, tapi setelah bangun aku merasa bahwa aku tidak bisa mengingat bagaimana rasa takut itu. Rasanya seperti perasaan itu terkurung rapat di suatu tempat sampai aku tidak bisa merasakannya. Mencarinya saja juga tidak mungkin kurasa. Aku tidak ingin membuang waktuku hanya untuk mencara rasa itu—yang akhirnya membuatku menjadi tidak sadarkan diri setelah itu.

Kubuka kedua mataku kemudian, dan menyapa Billy langsung. Awalnya Billy terkejut karena aku memanggilnya, lalu dia tersenyum lega karena aku sudah sadar. Selain itu, aku juga terkejut dengan suaraku yang terdengar begitu berenergi.

Bukankah rasanya seperti habis di hidupkan kembali setelah tidak sadarkan diri?

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Billy.

"Sangat baik." Jawabku.

Billy terdiam sebentar. Dia pastinya juga bingung dengan jawabanku.

"Dokter Marrie terlambat datang kemari tapi anak buahku bilang kalau dia sedang dalam perjalanan kemari."

Ngomong-ngomong, aku sekarang berada di rumah sakit kampus. Billy pasti membawaku kemari dan tentu saja dia memakai lift khusus agar dapat menutupi jejaknya. Namun aku tidak tahu apa yang dia lakukan untuk meyakinkan pihak petugas di rumah sakit kampus ini. Hingga akhirnya aku berada di ruang darurat ini. Kurasa Billy juga melarang siapapun untuk masuk ke ruangan ini kecuali dokter pribadiku.

"Billy, aku ingin laporan." Kataku.

"Jack hanya memberikanku beberapa hal. Pertama, Aldo itu memang seorang mata-mata yang dikirim oleh perusahaan N untuk menemuimu. Ada panggilan tugas yang bisa dilacak oleh Jack dan timnya. Pak Dermawan tidak terlibat dengan itu, dan tindakan Aldo berada di luar jangkauan beliau. Timku membersihkan mayatnya sekarang dan akan dibakar. Sejauh pengamatan tim Jack, tidak ada saksi ataupun orang yang melihat kejadian ini, termasuk saat aku membawamu kemari. Semuanya berjalan sangat aman. Lalu, untuk dosen TI-mu itu, kami sudah memberikannya obat agar dia tidak bisa mengingat apapun yang berkaitan dengan Aldo dan dirimu."

"Apa yang akan dilakukan untuk perusahaan N?"

"Kami tidak bisa melakukan apapun kecuali menutupi kejadian ini karena tuan masih tidak bisa dihubungi. Jack mengirimkan data palsu tentang Aldo bahwa dia ketahuan sebagai mata-mata tanpa ada hubungan denganmu."

"Di mana mayatnya akan dibakar."

"Maaf, aku tidak bisa menjawabnya."

Meskipun aku putri, masih ada beberapa hal yang tidak bisa kuakses. Aku masih tidak bisa membayangkan bagaimana orang-orang ini bisa membersihkan mayat tanpa ketahuan.

"Baiklah. Jika ada perkembangan apapun itu, kau tahu harus berbuat apa, Billy. Kita tidak bisa menutupi semuanya dari papa dan mama tentang apapun yang terjadi hari ini."

Miris. Papa dan mamaku bisa menghilang entah kemana tanpa pengawalan. Sedangkan aku harus selalu dikawal oleh Billy dengan menggunakan identitas palsu. Ini adalah sebuah syarat mutlak saat aku akhirnya dibebaskan keluar dari rumah. Papa benar-benar melarangku untuk membongkar identitas asliku karena tidak ingin melihatku seperti dulu lagi. Tapi kurasa papa memintaku menyamar agar bisa memberantas mata-mata yang dikirim ke perusahaan. Rasanya cukup kesal ketika aku digunakan sebagai alat seperti ini.

Dokter Marrie akhirnya datang. Tubuhnya sudah berkeringat saat dia sampai di ruang darurat. Sepertinya dia sangat terburu-buru datang kemari karena perintah Billy.

"Maafkan aku. Aku baru saja selesai mengoperasi pasienku." Katanya.

Aku melirik ke arah Billy. Aku yakin dia pasti memaksa dokter ini datang sesegera mungkin dengan sedikit paksaan. Padahal Billy sudah tahu kondisi tubuhku bagaimana, dan aku tidak memiliki luka serius yang harus diobati segera. Aku hanya tidak sadarkan diri saja dan tubuhku bisa meregenerasi semua sel-selku yang rusak dengan cepat saat aku tidak sadar. Billy memang ditugaskan untuk mengawalku dan berperan sebagai papaku dalam penyamaran ini, namun dia menjadi berlebihan menjalankan tugasnya.

"Aku sudah tidak apa-apa, dok." Kataku.

"Biarkan saya memeriksamu dahulu saja."

Dokter Marrie adalah seorang dokter yang masih muda namun sudah berkeluarga. Dia bekerja di sebuah rumah sakit internasional di Jakarta. Entah bagaimana, papa memilihnya sebagai dokter pribadiku di saat aku berada di luar. Dan karena hal itu juga, dokter Marrie perlu untuk belajar kembali tentang tubuh manusia. Ini akibatnya, dokter Marrie kurang berpengalaman dengan tubuhku ini. Dia selalu kebingungan saat memeriksaku. Dengan ponsel, dia bisa mendapatkan data-data yang diinginkannya tapi dia tidak bisa menyimpulkan data-data tersebut. Dan akhirnya, dia hanya menyentuh tubuhku untuk memastikan suhu tubuhku dan juga melaporkan tentang racun di tubuhku. Selanjutnya, dia hanya perlu mengirim laporan itu kepada dokter keluarga di rumah.

Tubuhku ini memang unik—maksudku berbeda, sehingga memerlukan dokter khusus. Penangananku tidak sama dengan manusia yang lainnya. Struktur tubuhku membuatku memiliki kondisi tubuh yang berbeda. Aku tidak bisa menjelaskan dengan baik bagaiamana perbedaan itu. Tapi kurasa perbedaannya pada tingkat kesensitifanku. Semua itu terasa karena aku bisa mendeteksi apapun dalam radius tertentu seperti sebuah radar, dan aku juga bisa merasakan tiap pergerakan orang-orang di dekatku. Mungkin dalam kekuatan juga. Aku ingat bahwa papa melarangku untuk mengeluarkan semua kekuatanku jika aku sedang membela diriku. Karena perbedaan itu, Billy melarang pihak rumah sakit kampus untuk memeriksaku. Bisa-bisa mereka mengira aku berpura-pura pinsan karena tubuhku sebenarnya baik-baik saja.

"Terima kasih dokter Marrie." Kataku.

Dokter Marrie hanya tersenyum kepadaku. Dia tidak bisa menjelaskan lebih seperti dokter pada umumnya. Aku bisa mewajari hal tersebut.

"Sepertinya kau merasa baik-baik saja." Katanya akhirnya. Dia sedikit malu mengatakannya.

"Ya, aku merasa sangat baik."

"Baguslah kalau begitu."

Tiba-tiba aku mendengar sebuah suara sirine yang menandakan sebuah emergency. Spontan aku langsung turun dari tempat tidur dan berniat untuk keluar. Seseorang pasti sedang mengalami hal yang darurat dan pasti sedang memerlukan ruang ini sekarang.

"Kau yakin akan keluar?" tanya Billy.

"Emergency…" kataku. Tapi tiba-tiba aku sadar bahwa di tempat ini memiliki dua ruang darurat. Kurasa aku belum sembuh total.

"Mereka akan menggunakan ruang sebelahnya—"

"Anna!" kataku tiba-tiba. Dua orang di dekatku terkejut. "Itu Anna, Billy."

Seperti kataku, aku bisa mendeteksi sesuatu di radius jarak tertentu. Saat seorang petugas keamanan mulai lebih mendekat dan membawa seorang perempuan, aku menjadi sadar bahwa perempuan itu adalah Anna, sepupuku. Dari deteksiku, ada hal aneh di lengan dan kaki kirinya. Dia dibawa dengan sebuah tandu melayang ke ruang darurat lain. Beberapa petugas kesehatan yang bertugas langsung bergerak untuk menanganinya.

Segera aku meminta Billy untuk menghentikan mereka semua dan aku meminta dokter Marrie untuk merawat Anna. Bukankah ini sebuah kebetulan? Perempuan itu tidak akan menolak dengan dokter pribadiku ini. Tingkat kepercayaannya akan lebih tinggi daripada diurus oleh pihak rumah sakit kampus. Billy melakukan tugasnya dengan baik, entah bagaimana dia berhasil menghentikan pekerjaan mereka dengan cepat, sehingga aku bisa masuk ke ruang darurat bersama dokter Marrie.

Anna, bisa dibilang sepupuku—tapi secara garis keturunan dia adalah ponakanku, mengalami luka bakar serius di lengan dan kaki kirinya. Dia merintih kesakitan terus menerus dan sempat beberapa kali mengatakan kata-kata serapah. Aku tidak tahu apa yang terjadi kepadanya sampai bisa seperti ini, dan sepertinya aku akan tahu jawabannya sebentar lagi. Prediksiku cukup mengerikan tentang ini.

Dokter Marrie kali ini bergerak sangat cepat dan lincah seperti seorang dokter yang professional. Ini tidak mengejutkan karena dia bisa mengurus pasien biasa seperti Anna. Dia bisa mengoperasikan sistem perawatan di tempat ini dengan baik dan dapat menyiapkan beberapa alat dan obat-obatan yang dibutuhkan dengan cepat. Dua buah gelembung berisi air dan obat-obatan ditempelkan tepat di luka bakar Anna dan membuat rintihannya berhenti. Kurasa rasa sakit itu sudah menghilang.

"Terima kasih dokter Marrie." Kataku lagi.

"Bukan apa-apa, Ms. Reccon." Katanya.

Dokter Marrie langsung izin kembali ke rumah sakit karena harus melanjutkan pekerjaannya. Dia meninggalkanku berdua bersama dengan Arianna.

"Makasih, Kelly." Katanya. Suaranya begitu lemah. Kurasa kondisinya masih kurang stabil.

"Apa yang terjadi denganmu?"

"Anak seni yang punya kotak besi tua sialan itu, benda itu meledak dan melelehkan lengan dan kakiku!" dia terdengar mengomel. Sepertinya kondisinya sudah lebih baik. "Kau tahu, aku bisa saja mengirimkan orang untuk membunuhnya sekarang."

Tapi sayangnya dia tidak bisa. Jika dia bertindak sesuka hatinya seperti itu, nama keluarga Reccon akan menjadi buruk. Tidak sepertiku, Anna di sini menggunakan nama keluarga kami. Dia merupakan keluarga cabang Reccon yang tinggal di Singapura. Ayahnya menjadi salah satu petinggi di perusahaan keluarga dan sangat dekat dengan papa. Tapi aku dan Anna tidak memiliki hubungan yang baik. Aku merasa bahwa dia tidak menyukaiku karena aku seperti penghalang.

Keluarga Reccon sebenarnya adalah sebuah keluarga yang sangat besar. Nama Reccon selalu tersebar di seluruh penjuru dunia dan mereka memiliki tugas untuk mengurus perusahaan cabang atau menjadi petinggi. Papaku adalah pemimpin mereka, menjadi kepala keluarga besar, dan menjadi tuan besar mereka. Bukan hal yang rahasia lagi ketika kebanyakan keluarga cabang ingin sekali menjadi bagian keluarga inti. Mereka selalu mencoba untuk menghubungkannya dengan sebuah perkawinan, seperti menggunakan anak perempuan di sana untuk menarik hati dari kakak-kakak laki-lakiku. Sedangkan posisiku di sini seperti penghalang mereka. Ketika mereka ingin menarik hati kakak-kakakku, mereka juga harus menarik hatiku agar menyukai mereka.

Konyol bukan? Aku sendiri tidak tahu harus bagaimana untuk mengatasi hal ini juga. Tapi, semuanya selalu diatasi oleh papa.

Keluarga Arianna sendiri sebenarnya seperti keluarga penghubung antara keluarga inti dan keluarga cabang. Posisinya tidak membuatnya menginginkan sebuah tahta yang banyak diinginkan, dan juga sikapnya sebenarnya tidak seperti itu. Dia terlalu dekat dengan sepupu yang lain sehingga terpengaruh dengan pemikiran mereka.

Lihat, aku seorang putri yang dibenci semua perempuan di keluarga besarku sendiri.

"Kudengar kau membereskan serangga tadi." Kata Anna tiba-tiba. Dia terlihat begitu tertarik dengan apa yang baru saja terjadi denganku.

Aku tidak terkejut jika dia mengetahuinya, dan pasti semua petinggi Reccon langsung mengetahui hal ini. Apalagi ini membawa nama Paman Derma yang menjadi sedikit tercoreng.

"Ya, aku ingin melakukan hal yang sama kepada anak itu. Kalau saja dia didanai langsung oleh perusahaan." Lanjut Anna lagi.

"Di mana anak itu?"

"Katanya dia sedang membereskan kekacauan di taman. Aku menerima pesan bahwa dia sedang datang kemari."

"Setidaknya dia ingin bertanggung jawab, itu sudah cukup."

Seperti dugaanku, Anna tidak peduli dengan itu. Dia mengabaikanku kemudian dengan membuka ponselnya lewat layar hologram. Jika sudah begini, akan sulit kalau aku tidak berhasil menarik perhatiannya kembali. Mungkin aku bisa mencoba sesuatu yang sedikit berbahaya di sini.

"Aku merasa bahwa aku ditugaskan untuk membasmi serangga-serangga itu."

Anna terlihat sedikit terarik dengan apa yang kukatakan. Dia tertarik karena dia penasaran.

"Paman terkadang memang mengerikan." Katanya. Sepertinya dia setuju denganku. "Penyamaran bodohmu ternyata ada gunanya juga."

"Ya, kau tahu penyamaranku ini harus tetap dirahasiakan, bukan?"

Aku tahu Anna tidak sebodoh itu.

"Kau ingin aku apa?"

"Aku tahu Ms. JN adalah temanmu, Saphira Young. Dia memang menguasai media di Asia, khususnya di Asia Tenggara. Berkatnya, orang-orang menjadi tertarik padaku. Kau tahu bahwa aku harus menutupi identitas asliku, Anna. Jika orang-orang itu menjadi lebih gila untuk mencari-cari tentangku sebenarnya, itu akan sangat berbahaya. Aku tidak tahu lagi apa yang akan dilakukan papaku jika identitasku terbongkar. Oleh sebab itu, aku ingin kau memperingatinya untuk tidak mengulik tentang kehidupanku di sini."

Dia terdiam sebentar.

"Kau juga harus menjaga hal ini, Anna. Sebut saja tugas penting yang harus kau jalani."

Anna akhirnya tertawa. "Padahal kau bisa menggunakan Jack untuk membersihkan semuanya. Mengapa harus aku yang melakukannya?"

"Aku melarang Jack dan Billy untuk bertindak lebih jauh lagi tentang ini. Dikarenakan ini adalah tugasku, aku harus bisa mengurusnya sendirian tanpa bantuan papaku."

"Apa yang akan kudapatkan dari itu, Kelly?"

"Tidak kusangka kau meminta imbalan dariku, Anna."

"Kau memintaku untuk memperingati temanku sendiri, sama saja aku harus menusuknya untuk membantumu. Apakah itu yang kau inginkan dari pertemananku?"

"Jadi kau meminta imbalan untuk menjual temanmu itu?"

"Kau tahu sendiri bahwa kau bisa menjatuhkannya sendiri."

"Aku hanya memintamu untuk memperingatinya, bukankah itu membuatnya menjadi lebih berhati-hati? Kau bisa membuatnya terhindar dari masalahku."

Anna berpikir terlalu jauh. Dan bodohnya aku karena tidak menjelaskannya lebih detail. Pikirnya, aku akan membunuh temannya itu. Nyatanya, aku tidak akan membunuh Ms. JN hanya karena membuat sebuah posting tentang diriku. Jika dia tetap salah paham, dia pasti akan mempertimbangkan permintaanku setelah aku memberikannya imbalan. Pada akhirnya, semua kesalahan akan kembali kepadaku.

"Baiklah, aku akan memeringatinya. Tapi aku tidak bisa memberikan kepastian bahwa Phira akan berhenti menyebarkan posting-nya dan tentang isu tentangmu akan hilang."

"Ya, aku sangat memahaminya. Kau sebagai temannya harus menjaganya, bukan? Sebagai gantinya, aku akan meminta Billy untuk mengawalmu dan bibi selama di Jakarta."

"Kau tahu mamaku akan datang?" tanyanya. "Ah, pertanyaan bodoh."

Aku tersenyum.

"Saphira dan beberapa temanmu akan datang, mereka sudah berada di depan rumah sakit kampus. Dan sepertinya, anak seni itu juga berada di sana."

Aku akhirnya pergi meninggalkan ruang darurat. Dengan sengaja, aku tidak menyembunyikan jejakku yang baru saja keluar dari ruang darurat sehingga aku bisa melihat teman-teman dari sepupuku. Mereka terkejut melihatku berada di sana, tentu saja, dan aku juga bisa menjadi sasaran empuk baginya. Jika dia mendengar apa yang dikatakan oleh Anna, Ms. JN akan memikirkannya.

Tapi, kurasa tidak akan secepat itu.

Kelly W. Korban dari Ledakan Kotak Seni?

25 Maret 2079, pukul 15.00

Diposting oleh Ms. JN

[tanpa foto]

Kelly Wijaya berada di rumah sakit kampus, tepat setelah dia keluar dari ruang darurat. Apakah dia salah satu korban ledakan kotak besi anak seni itu? Waktunya sangat tepat setelah kejadian tersebut. Menurut hasil pemeriksaan, dia mengalami luka bakar di lengan dan kaki.

***

"Kau tidak apa-apa?!" tanya sang konglomerat Kalimantan, BJ, yang terlihat sangat khawatir. Dia pasti telah membaca posting tersebut.

Kami sekarang berada di sebuah lorong menuju ke tempat parkir. BJ ingin menjemputku dan kebetulan kami bertemu di lorong ini.

Aku menyentuh pipinya dan membelainya dengan lembut untuk menenangkannya. Pacarku ini sudah sangat khawatir terhadapku karena aku tidak menghubunginya selama dua hari ini. Dan aku juga tidak lupa untuk tersenyum agar dia lebih yakin lagi.

"Ya, aku sangat baik-baik saja." Kataku. "Kau tahu, aku bertemu dengan seseorang bernama Rei tadi siang. Dia menawariku untuk bergabung dengan kelompoknya."

BJ merasa terkejut. Gunjangan di tubuhnya dapat kurasakan dengan jelas.

"Lalu apa jawabanmu?"

"Aku meminta waktu." Jawabku. "Dia berkata bahwa dia bisa membantuku untuk menghapuskan rumor burukku."

Bab 3

The princess is the next queen