webnovel

Should I Trust You

Selang beberapa menit Taehyung keluar dari kamar, Kana tersadar dan membuka kedua matanya. Ia menyingkap selimutnya lalu terduduk. Ia mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Mengapa ia bisa terpingsan lagi. Ia menekan pelipis kepalanya yang berdenyut-denyut. Bau kloroform yang membuatnya hilang kesadaran masih teringat di benaknya.

Setelah Kana melihat pria asing itu mengeluarkan sapu tangan Kana tak sempat mengelak lantas terpingsan di tangan pria itu.

Ia melihat bayangan dirinya di cermin kamar dan menunjukkan bahwa ia terlihat baik-baik saja.

Kana masih teringat raut cemas pada wajah Taehyung yang pada akhirnya Taehyung menyelamatkannya.

Siapa mereka? Apa motif mereka dan hubungannya denganku? Kepala Kana dipenuhi oleh pertanyaan yang belum bisa ia jawab untuk saat ini. Namun satu hal yang pasti, ia tidak takut ataupun gentar. Malah hal yang terjadi sore tadi membuatnya semakin ingin mencari tahu dan maju ke depan.

Kana merapikan diri lalu keluar dari kamarnya. Di luar terlihat warga panti berkumpul bersama dengan bibi Rose, paman Hiro dan juga Taehyung.

"Nak Kana" bibi Rose menghampiri Kana dan memeluknya. "Apakah kamu baik-baik saja? Sudah enakan?" Bibi Rose lalu melepas pelukannya dan mengamati Kana dari ujung kaki hingga ujung kepala.

Kana bingung, rautnya susah diartikan. Ia senang bibi khawatir akan keadaannya namun ia masih terlalu bingung untuk menjelaskannya.

Apakah orang lain akan percaya dengan ceritanya?

"Kudengar dari nak Taehyung migrenmu kambuh sehingga kamu terpingsan di dekat danau tadi sore" lanjut bibi Rose, membuat Kana terkejut.

Kali ini Kana melihat ke arah Taehyung yang berwajah datar.

Mungkin Taehyung mempunyai alasan untuk berbohong, pikir Kana. Sehingga ia hanya bisa mengikuti skenario yang Taehyung buat.

Kana berpikir mungkin saja keluarga panti hanya mengenal cerita sebatas ayahnya saja dan ada cerita lain yang hanya Taehyung dan ayahnya yang tahu. Sehingga kini yang Kana bisa lakukan hanyalah mengangguk seraya memastikan kepada semua yang ada di ruang tengah bahwa ia baik-baik saja.

"Saya baik baik saja bibi Rose, paman Hiro dan teman-teman" Kana tersenyum meyakinkan.

"Bibi duduklah. Kana ingin berbicara sebentar."

Semua tercekat tatkala mendengar ucapan Kana. Tidak ada yang sadar akan keinginan Kana untuk bersekolah di Korea selama mereka tinggal bertahun-tahun bersama dengannya. Toh sebenarnya ia terpikirkan untuk berkeinginan seperti semenjak bertemu Taehyung.

"Nak Kana kamu yakin dengan pilihanmu nak?" tanya Bibi Rose pada Kana.

Kana mengangguk pelan. "Saya yakin sekali bibi Rose." Jawab Kana singkat.

"Baiklah kalau nak Kana begitu yakin. Hati-hati nak. Di Korea tidak seperti di Jepang." Bibi Rose lalu memberi nasihat panjang lebar. Tentang bagaimana Kana menjaga diri di sana.

"Dan jangan mudah tertipu lelaki di sana!" Kali ini bibi Rose menekankan ucapannya.

Semua penghuni panti sudah tahu jika bibi Rose pernah ditipu oleh lelaki Korea dan hampir menikah.

Lantas seisi ruangan tertawa kecil mendengarnya. Bibi Rose pun tidak tersinggung sama sekali. Paman Hiro tampak sedikit kesal hingga menyeletuk "Sayangku bisa tidak sih kamu tidak membahasnya lagi. Astaga"

"Tidak apa apa sayang. Agar nak Kana lebih hati-hati di sana. Untung dulu bibi belum memberikan segalanya yang bibi punya ke lelaki itu, nak." Lanjut Bibi Rose kembali melanjutkan ceritanya. Sementara Taehyung hanya bisa menundukkan kepala karena bagaimanapun juga ia adalah satu-satunya lelaki berkebangsaan Korea di ruangan itu.

"Tidak semuanya Bi. Saya lelaki baik-baik" bela Taehyung tidak terima.

Bibi Rose lalu terkekeh pelan diikuti tawa seisi ruangan.

Tak sadar mata Kana sedikit basah. Namun ia tidak ingin merusak suasana sehingga ia hanya bisa ikut tertawa. Di saat itu pula beberapa kali ia melirik ke arah Taehyung, sedikit terheran. Jika Taehyung berhasil merebutnya dari pria tinggi besar itu mengapa tidak ada bekas luka sama sekali pada tubuh dan wajahnya? Kabut ragu mulai menyelimuti Kana. Ia takut selama ini ia memilih langkah yang salah.

Seusai makan bersama, Kana mengambil jaketnya yang ia gantungkan di gantungan ruang makan lalu memakainya. Ia berjalan ringan sebelum sebuah tangan melingkar di pergelangan tangannya.

"Mau kemana?" tanpa menengok Kana sudah tahu bahwa itu Taehyung.

Kana berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Taehyung namun tak bisa. Ia pun mendesis.

"Aku hanya ingin keluar sebentar Taehyung-ssi" jawab Kana agak dingin. Kana memang tidak kemana mana. Ia hanya ingin menikmati udara dan langit malam. Namun tentu saja Taehyung khawatir. Baru beberapa jam yang lalu Kana dalam bahaya.

"Aku akan ikut denganmu."

Kana tidak tahu sejak kapan Taehyung begitu posesif dengannya hanya saja ia sedang tidak bisa mempercayai Taehyung. Kejadian tadi sore membuatnya bingung, haruskah ia percaya pada lelaki ini?

Namun untuk saat ini Kana memutuskan untuk diam. Ia takut jika Kana menanyakannya Taehyung malah semaki nenyembunyikannya dan Kana tidak akan mendapatkan apa apa.

Sesampainya di luar, Kana terduduk di tepi serambi seraya mendongak ke arah bintang. Kebetulan malam itu gelapnya langit dihiasi beberapa bintang. Tak ayal Kana merasa terhibur oleh hal itu.

"Apakah ibuku ada di sana mengawasiku?" tanya Taehyung sambil menunjuk ke arah langit.

Kana menengok ke arah Taehyung.

"Konon ketika kamu sedih, bintang di langit akan banyak. Itu adalah pertanda bahwa arwah orang-orang yang menyayangimu berusaha menghiburmu dan memberimu kekuatan melalui langit berbintang."

"Mungkin ibuku juga ada disana." Sahut Kana. "Tenang saja bu, Kana baik-baik saja kamu tak perlu khawatir."

Mereka pun terduduk dalam diam sambil menikmati langit.

"Sejak kapan kamu hanya hidup dengan ayahmu?" Tanya Kana

"Sejak aku sangat kecil. Bahkan sebelum aku mengenalmu." Jawab Taehyung.

"Ah aku tidak sedang mencoba berlomba kesedihan hanya saja mungkin kamu nemiliki teman untuk melihat bintang mulai sekarang" Taehyung lalu menyengir.

Kana sadar dari kemarin Taehyung selalu terlihat ingin meyakinkan Kana bahwa Kana tidak sendiri.

Kana memiliki Taehyung.

Ia tidak tahu perasaan apa yang bisa ia gambarkan saat ini. Ia senang Taehyung bersikap seperti itu. Anehnya ia tidak merasa risih sama sekali. Hanya saja, ia takut jika ia belum sepenuhnya mempercayai Taehyung.

Meski begitu Kana bersyukur Taehyung menolongnya.

"Terimakasih atas tadi sore" ucap Kana pada Taehyung

Taehyung menengok ke arah Kana dan mengetahui apa yang Kana maksud.

"Aku tidak tahu bagaimana kamu bisa mengalahkan pria besar itu tapi kamu telah menyelamatkanku darinya." Lanjut Kana. Taehyung hanya diam.

"Aku berlatih banyak ilmu bela diri sejak SMP" jawab Taehyung seadanya meski sebenarnya dari sorot mata Taehyung Kana tahu, bukan itu jawaban yang Taehyung ingin katakan. Kana kadang membenci dirinya sendiri mengapa ia selalu bisa melihat gelagat orang yang berbohong dengannya.

Kana tidak ingin membahasnya karena ia tahu Taehyung masih menyimpan sesuatu darinya.

"Mengenai ajakanmu tempo lalu." Ujar Kana tiba-tiba dan menggantung, mencoba menarik perhatian Taehyung yang terlihat sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Ia sedang mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya. Setelah helaan napas panjang, Kana mengatakannya.

"Maaf aku menolak ajakanmu. Tapi aku akan tetap ke Korea."

Taehyung tahu kemana arah pembicaraan ini akan pergi. Kana menolak pergi berdua dengannya yang berarti bahwa Kana belum bisa percaya dengannya. Hal itu menyayat hati Taehyung. Hatinya perih mendengar ucapan Kana. Namun ia merasa hal itu wajar. Ia sendiri tidak tahu harus bagaimana agar Kana percaya padanya namun ia hanya tidak ingin Kana berada dalam bahaya lagi.

"Aku baik baik saja jika kamu tidak percaya denganku tapi dirimu sedang dalam bahaya Song Minji"

Taehyung menyebut nama asli Kana.

Seakan-akan menunjukkan bahwa ucapannya benar-benar serius. Ada bahaya di balik memiliki identitas itu.

Kini Kana menatap ke arah Taehyung tanpa ekspresi apapun hanya sebuah tatapan mata serius yang semakin menyayat hati Taehyung ketika ia melanjutkan ucapannya.

"Tapi tidak ada jaminan jika kamu juga tidak berbahaya Kim Taehyung-ssi"

Kana lalu berdiri, meninggalkan Taehyung yang masih membatu. Ia masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Ia merasa Kana berpikir seakan-akan selama ini dirinya bermain-main dengan hidupnya dan mengarang semua cerita bodoh itu.

Tapi beberapa bisik hati Taehyung berkata bahwa Kana hanya merasa waspada. Lagipula banyak yang telah Kana lalui beberapa hari ini. Taehyung terus meyakinkan diri sendiri bahwa bisa saja Kana hanya terguncang jiwanya. Kini tinggalah Taehyung sendiri di serambi menatap ke arah langit dan berharap sejuknya angin malam membuat hatinya terasa lumpuh akan sakit yang baru saja ia rasakan.

Kana kembali ke kamarnya. Ia menata beberapa barang hanya untuk menyibukkan dirinya agar tidak berpikir macam-macam. Setelah mengucapkan kalimat-kalimat tsb pada Taehyung, Kana sedikit merasa bersalah. Apa kalimatku terlalu jahat? Tanyanya pada diri sendiri.

Namun memang itu yang ia rasakan.

Ia belum bisa percaya Taehyung. Pria misterius yang tiba-tiba datang ke kehidupannya dan memberitahunya banyak hal yang tidak wajar.

Sebuah telpon kemudian masuk ke ponsel Kana. Sebuah telpon dari Emi.

"Kana-chan. Bagaimana kabarmu? Kamu dimana? Mari kita pergi ke suatu tempat!" dari ujung telpon Kana sudah bisa membayangkan wujud Kana yang over-riang.

"Hmm menarik. Tapi aku sedang tidak ingin Emi-chan"

"Mengapa mengapa mengapa? Tumben sekali temanku ini menolak ajakanku"

Kana diam. Ia bingung harus bagaimana menjawabnya. Yang ia tahu pasti ia ingin menyampaikan sesuatu pada Emi. Perihal ia akan melanjutkan studi di Korea.

"Aku sedang ingin merenung di panti"

"Astaga! Kamu tidak sedang depresi kan? Astaga astaga astaga. Aku akan ke panti besok!"

Lalu telpon ditutup oleh Emi.

Kana hanya bisa terkekeh kecil. Teman dekatnya sejak smp itu memang sedikit hiperaktif dan cerewet. Dalam satu napas ia bisa berbicara hingga 5 kalimat.

Emi memang sudah sering berkunjung ke panti tapi Kana baru menyadari sesuatu.

Bagaimana dengan Taehyung?

Kana lalu berdiri dan memegang kepalanya. Ia memikirkan apa yang kira-kira Emi pikirkan tentangnya dan Taehyung.

Kini Kana hanya bisa guling-guling di kasur sambil mengacak-acak rambutnya.

Sebuah pesan masuk ke ponsel Kana. Sebuah pesan dari Emi.

"Aku benar benar akan datang besok. Persiapkan dirimu!"

Kana akhirnya bangkit, membereskan beberapa barang-barang lalu memutuskan untuk beristirahat. Jika ia bisa tidur. Karena pada kenyataannya malam ini Kana hanya bisa benar-benar tertidur setelah jarum pendek berada di angka 1.

Pagi telah tiba menggantikan malam. Kicauan burung dapat terdengar di telinga Kana. Kicauan burung yang menjadi bunyi alarm membuat Kana terbangun. Sudah kesekian kali tombol snooze ia tekan hingga ia teringat bahwa hari ini Emi akan berkunjung ke panti.

Ia pun segera membuka mata lalu terbangun dari kasurnya.

Dengan agak berlari ia berjalan menuju kamar mandi.

Kana keluar dari kamarnya. Terlihat anak anak panti sedang sibuk dengan sarapannya. Beberapa sibuk kesana kemari mencari buku yang sepertinya mereka lupa menaruhnya dimana. Beberapa makan roti sebagai sarapan sambil setengah terpejam. Pemandangan yang akan Kana rindukan.

Sesaat Kana memasuki ruang tengah, mereka menyapa Kana.

Begitu juga bibi Rose yang masih dalam balutan dasternya dengan rambut diroll.

"Nak Kana Taehyung membuatkan ini untukmu pagi ini." Ujar Bibi Rose sambil mengambil piring berisi sebuah bagel yang ada di meja. "Tapi bibi tidak tahu apa dia sudah memberitahumu atau belum, dia pamit pada bibi pagi-pagi tadi. Katanya ada urusan mendadak dengan ayahnya. Dan kemungkinan tidak akan kembali ke sini."

Kana tidak mengerti. Ia sedih mendengarnya. Tak ayal ia terlihat melamun, membuat bibi Rose kebingungan.

"Apa kalian sedang bertengkar?" Tanya Bibi Rose lagi membuat Kana terkejut.

"Ah tidak bibi kami baik-baik saja" jawab Kana berusaha menutupi.

Kana lalu menaruh piring dengan bagel tsb di atas meja. Ia terduduk di kursi dan mengamati roti bagel berlumurkan cokelat dan kacang itu.

Perlahan ia memakan bagel itu dan tanpa diduga duga ia menemukan sebuah gulungan kertas di dalamnya.

Ia lalu membuka kertas itu perlahan.

"Masih ingat perkataanku bahwa aku tidak akan memaksamu? Aku bersungguh-sungguh. Aku akan mendukung semua pilihanmu.

-Tae"

Kana tidak tahu apa yang ia rasakan namun saat ini bibirnya membentuk seutas senyum.

Ia mungkin belum bisa mempercayai Taehyung tapi ia percaya Taehyung bukanlah orang jahat.

Ding ding

Bel panti berbunyi bertepatan dengan bagel yang ia makan sudah habis. Kana sudah bisa menduga bahwa penekan bel itu adalah Emi.

Kana berjalan ke arah pintu depan untuk membuka pintu.

Terlihat Emi dengan gaya trendinya sedang membawa koper dan mengenakan kacamata hitam.

"Aaa Kana-chan!" Spontan Emi memeluk Kana seakan-akan mereka belum bertemu selama setahun.

"Omo perasaanku saja atau kulitmu bertambah kusam? Tenang saja aku membawa beberapa lulur dari Prancis untuk kita"

Kana terkekeh lalu menyilahkan Emi untuk masuk.

Kana dan Emi sudah berteman selama kurang lebih 6 tahun. Karena sebangku pada masa SMP mereka akhirnya dekat hingga sekarang. Emi adalah sosok yang periang sementara Kana cenderung pendiam. Kadang memang 2 sosok yang berbeda akan memberikan kenyamanan tersendiri. Bagi Kana, Emi seseorang yang tulus dan apa adanya. Emi tidak terlalu pandai dalam bidang akademik. Namun ia jago olahraga. Tubuhnya pun atletis dan tinggi. Ia pandai memanah, taekwondo dan lari sprint. Berkebalikan dengan Kana. Meski Kana memiliki tinggi badan yang cukup tinggi, Kana benar-benar payah dalam olahraga. Ia selalu melenceng target saat memanah, tidak bisa taekwondo dan tidak bisa berlari sekencang Emi. Namun dalam hal akademik, Kana mendapatkan nilai sempurna di hampir semua mata pelajaran. Pantas saja hal itu membuatnya mendapatkan gelar murid berprestasi pada tiap wisuda sekolah.

Kana menutup kedua telinganya menggunakan kedua telapak tangan tatkala Emi berusaha bercerita tentang seorang pria yang baru saja ia temui di sebuah stall baju di Tokyo.

"Aku bersumpah dia tampan sekali. Kulitnya eksotis tubuhnya gagah. Bisa kau bayangkan bagaimana rasanya berada di pelukannya." Emi masih melanjutkan ceritanya. Kana hanya bisa memutar bola matanya.

"Lalu kau berhasil meminta nomor ponselnya?"

"Tidak. Sayangnya dia terlihat terburu-buru."

Mereka berjalan menuju ruang tengah dan menyapa bibi Rose.

"Yaampun bukankah ini nak Emi" sambut bibi Rose ramah pada perempuan muda dengan rambut pendek di atas bahu itu.

"Tentu saja bi. Saya bosan dengan polusi kota Tokyo." Jawab Emi tanpa berpikir panjang.

Bibi Rose hanya bisa terkekeh lalu menyilahkan mereka untuk ke kamar.

Mereka lalu berjalan menuju kamar Kana.

Sesampainya di kamar, Emi membantu tubuhnya ke kasur.

"Astaga apakah sekarang ku sedang berada di kamar yang membesarkan Kana" ujar Emi dramatis. "Kamar yang menciptakan wisudawati terbaik sepanjang masa ini" lanjutnya masih mendramatisir.

"Tidak usah berlebihan Emi-chan" sahut Kana menimpali temannya itu.

"Baik-baik tapi kamu berhentilah merendah dan katakan padaku apa rencana studimu setelah ini" Emi lalu melepaskan badannya pada kasur dan terduduk di tepi kasur bersebelahan dengan Kana.

Sebuah jeda. Kana hanya diam. Ia tidak menyangka mereka akan membicarakannya secepat ini.

"Baiklah jadi kamu masih memikirkannya ya."

"Tidak aku sudah memutuskannya"

"Apa? Wah gila gila. Kamu serius dengan pilihanmu?" tanya Emi lagi. Terkejut dengan ucapan Kana yang ingin melanjutkan studi di Korea.

Namun Kana hanya menyampaikan sejauh itu. Ia tidak bercerita bahwa ia memiliki seorang ayah korea dan bahwa sebenarnya dia berkebangsaan Korea. Bukannya Kana tidak percaya dengan Emi hanya saja ia takut Emi khawatir padanya.

"Hmm boleh juga. Pria korea kan tampan-tampan."

"Emi-chan jangan bilang-"

"Aku akan ikut denganmu Kana-chan" kemudian Emi memeluk Kana.

Kana tahu Emi memang lahir dari keluarga kaya tapi ia tidak menyangka temannya akan segila ini, memutuskan untuk bersekolah di luar negeri hanya dalam hitungan detik.

Kana kadang takjub pada spontanitas Emi.

"Astaga aku tidak menyangka kita akan sekompak ini. Tiga tempat studi yang sama bukankah itu hebat."

Kana sendiri hanya bisa memutar bola matanya melihat temannya yang begitu banyak bicara.

Dua hari pun berlalu. Kana menikmati dua harinya bersama Emi. Mereka sempat ke pantai dan anehnya kadang Kana menantikan kedatangan Taehyung di dua hari itu. Tidak, bukan berarti ia tidak senang bersama dengan Emi. Hanya saja kadang ia melewati kamar Taehyung dan berharap Taehyung keluar dari sana.

Tak hanya itu, kadang kala ketika Emi mandi terlalu lama, Kana curi-curi kesempatan untuk mencari tahu nama Taehyung di berbagai media sosial. Entah apa yang Taehyung telah lakukan padanya, Kana merasa seperti ada yang hilang ketika tidak ada Taehyung.

Kana pernah dekat dengan beberapa pria. Namun tidak ada yang seperti Taehyung. Kebanyakan dari mereka hanya mendekatinya karena rasa kagumnya karena kepintaran yang Kana miliki. Namun ketika mereka akhirnya mengetahui bahwa Kana hanyalah anak tanpa orang tua yang dititipkan ke sebuah panti, mereka akan menjauh. Social status benar-benar berpengaruh di kehidupan Kana. Berbeda dengan Taehyung yang sepertinya sudah tertarik dengannya sejak hari-0 dan tak peduli bagaimanapun keadaan Kana saat ini.

Dengan cara seperti itu, Kana seperti dimengerti.

Hari ini Kana memutuskan untuk kembali ke Kota Tokyo untuk mengurus beberapa hal persiapan untuk rencananya ke Korea. Emi yang kebetulan juga akan pulang ke rumahnya pun menawarkan tumpangan karena dia membawa mobil sendiri.

Kana berpamitan dengan warga panti, bibi Rose dan paman Hiro. Warga panti tampak sedih, beberapa memberi Kana kenang-kenangan dan terdengar isakan sana sini.

Tak heran, meski tidak banyak bicara, Kana terkenal sebagai sosok pendengar yang baik. Ia mendengarkan bukan untuk membalas ucapan namun karena ia ingin mendengarkan. Selain itu, Kana terkenal pintar dan senang membantu. Kana memiliki ingatan yang sangat bagus, memberi kesan yang baik bagi siapa saja yang berinteraksi dengannya. Memberi kesan bahwa Kana mendengarkan siapa saja dan tidah pernah mengabaikan siapapun.

Setelah sesi perpisahan dengan warga panti, Kana dan Emi melaju kembali ke Tokyo.

Anehnya lagi dua hari ini pria asing itu tidak kembali ke panti. Lantas membuat Kana bersyukur karena ia tidak ingin temannya Emi terlibat dalam bahaya.

Dalam perjalanan, Emi bernyanyi hingga rasanya telinga Kana seperti akan pecah. Beberapa kali Kana ikut bernyanyi lalu ia merasa lelah. Ia sendiri heran apakah Kana dan Emi tercipta dengan 'baterai' yang berbeda?

Setengah perjalanan pun berlalu. Beberapa kali mereka melewati jalan gelap pada malam hari dan sedikit kabut pada malam itu memberi suasana yang mengantukkan.

"Emichan aku tidak mengantuk ko--hoamm"

"Astaga aku melihatmu menguap beberapa kali Kana-chan. Sungguh ya kamu tidak menghormatiku sebagai sopirmu."

Kana pun terkikik. "Astaga ini lagu kesukaan kita" pekik Emi ketika sebuah lagu dari WTS sebuah boyband asal korea terputar pada tape yang terhubung dengan player di ponsel Emi.

Mereka lalu menyanyi bersama. Saat itu pula Kana sadar akan sesuatu yang membuat rasa kantuknya benar-benar hilang. Namun ia tidak ingin membuat Emi panik.

Kana sedikit memiliki ingatan yang lebih tajam dari orang biasanya. Sehingga ia hafal dengan beberapa mobil yang berada di belakang mobil mereka sejak berangkat dan ia melihat mobil hitam belakangnya masih berada di belakang mereka selama kurang lebih setengah jam.

Namun karena mobil itu tidak menunjukkan langkah-langkah aneh ia pun hanya bisa diam.

Pada akhirnya mereka sampai di Tokyo. Emi memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah susun.

"Kana-chan kamu benar tidak ingin menginap di rumahku?" tanya Emi lagi memastikan.

"Maaf Emi chan aku ingin mengemas beberapa barang di kamarku agar lebih ringkas"

Emi lalu melihat ke sekitar. Lalu berbisik pada Kana. "Aku mendengar akhir-akhir ini daerahmu tidak aman."

Kana lalu menepuk bahu Emi.

"Tidak aku terbiasa malam hari berada di sini baik baik saja kok" ucapnya lagi.

Kana lalu membuka pintu mobil dan mengambil barang-barangnya di bagasi belakang. Ia lalu berjalan ke arah Emi dan berterimakasih padanya.

Kana menitipkan beberapa barang untuk ditinggal pada panti saja sehingga kini yang berada di kopernya hanyalah barang-barangnya yang penting dan beberapa kenang-kenangan dari warga panti. Ia menyeret kopernya dan memasuki sebuah lift yang sudah membukakan pintu untuknya.

Lift rumah susun yang ia tinggali sudah cukup tua namun anehnya lift tsb tak pernah bermasalah. Biasanya karena kamarnya hanya di lantai 5 ia menaiki tangga namun karena membawa koper Kana memutuskan untuk mau tidak mau menggunakan lift itu.

Di dalam lift tsb ada dirinya dan seseorang dengan celana jeans, kaos hitam, jaket hitam dan bertopi hitam pula. Lantas mengingatkannya pada pria besar di panti saat itu.

Kana sedikit merasakan jantungnya terpacu. Tapi Kana berusaha untuk tidak takut. Ia siap dengan situasi apapun.

Ia menekan tombol 5. Waktu di dalam lift seolah selamanya bagi Kana. Masih teringat bagaimana pria besar itu menggenggam tubuhnya sebelum Kana terjatuh pingsan. Namun Kana menguatkan dirinya. Ia berpikiran untuk lari sekencang mungkin setelah ini.

Sesampainya di lantai 4, Kana terkejut dengan pria di belakangnya yang menekan angka 5 lalu menahan tangan Kana sehingga ketika lift melewati lantai 5, pintu lift tidak terbuka.

Kana lengah. Ia lupa bahwa lift rumah susunnya memiliki sistem undo. Sehingga jika kita memencet angka 2x maka tombol akan mati dalam artian tindakan kita sebelumnya terundo.

Angka yang terlihat menyala di deretan angka lift adalah angka 6.

Pria itu masih memegang kendali atas Kana. Tangan kanan pria itu menahan tangan Kana dan tangan kiri pria itu menutup mulut Kana.

Sesampainya mereka pada lantai 6, lift terbuka. Kana lalu memberontak namun tenaga Kana tak sebanding dengan tenaga pria itu.

Malah pria itu memegang kedua bahu Kana dan memutar tubuh mungilnya. Di saat yang sama pria itu melepas topinya sambil kaki kanannya menahan pintu lift yang akan menutup.

"Kim Taehyung?"