webnovel

Days with Him

Kana membuka matanya tatkala seberkas cahaya pagi yang menelusup melalui celah gorden menerpa wajahnya.

Ia mengerjapkan matanya pelan dan tersadar dirinya akan dua dunia yang berbeda.

Dunia mimpi dan dunia nyata yang kini sedang ia hadapi.

Kana memimpikan hal itu lagi. Sebuah ingatan yang muncul ketika ia berada di panti dan melihat bekas luka di lengan Taehyung.

Ingatan tatkala ia bermain dengan seorang anak kecil. Ditemani dua orang lelaki usia paruh baya. Serta seorang wanita tinggi yang tersenyum ke arahnya.

Sontak Kana mengingat-ingat kembali cerita Taehyung ke dirinya kemarin malam. Kana tidak ragu lagi, hanya Taehyung yang bisa membawanya kembali menuju ingatannya yang hilang.

Di sisi lain, Kana merasa Taehyung memang telah menolongnya namun ia sadar hidupnya bukanlah tanggungan Taehyung. Ia percaya dengan Taehyung akan tetapi ia tidak bisa selamanya menggantungkan hidupnya pada Taehyung, meski hidup mereka saling berkaitan.

Kana berjalan menuju pintu dan melihat pintu masih terkunci. Menandakan bahwa dirinya baik-baik saja dan kepercayaan Kana terhadap Taehyung semakin meningkat.

Ia membuka kunci lalu berjalan menuju ke ruang tengah. Dilihatnya Taehyung masih terlelap dengan menekuk tangan dan kakinya seperti kepompong terselimuti oleh selimut fluffy abu-abu. Televisi yang masih menyala tampak seperti menonton Taehyung yang tertidur begitu lelapnya. Mulut Taehyung yang sedikit terbuka, hidung dan pipi Taehyung yang memerah, bibir Taehyung yang sedikit pucat dan rambut bob Taehyung yang sedikit lebih berantakan dari biasanya.

Tak sadar Kana menjongkokkan dirinya menatap Taehyung seksama dengan pandangan sejajar sambil terkekeh.

Kana menatap Taehyung sedikit lama dan menyadari betapa tampannya Taehyung.

Namun hal itu tak berlangsung lama.

Kana lalu tersadar.

Ia berdiri dan melihat ke arah dapur, berniat untuk memasak beberapa sarapan untuk dirinya dan Taehyung.

Ia bergegas ke arah dapur meninggalkan Taehyung setelah mematikan televisi yang masih menyala.

Taehyung sebenarnya sudah tersadar beberapa saat setelah Kana terkekeh sehingga yang ia lakukan saat ini menata detak jantungnya yang tak bisa berhenti berulah.

Ia membuka matanya lalu menatap lurus ke depan. Pikirannya gelisah. Ia tidak tahu mengapa ia harus memulai segalanya jika pada akhirnya ia takut kehilangan Kana lagi.

Ia baru tersadar bahwa yang dihadapinya bukanlah sesuatu yang ringan dan mungkin selamanya bersembunyi adalah pilihan yang sebenarnya paling tepat untuknya dan Kana.

Namun Taehyung baru menyadarinya saat sudah meyakinkan Kana untuk maju. Pemikiran antara "Kana harus tahu kebenaran" dengan "Kana harus berada di tempat yang aman" berkecamuk di dalam kepala Taehyung.

Setelah bertemu dengan Kana, Taehyung sadar betapa ia akan merasa kehilangan jika ternyata semua rencananya tidak terjadi sesuai apa yang ia harapkan.

"Apakah kamu sudah terbangun dari tadi?" Tanya Kana sedikit panik saat melihat Taehyung sudah terduduk dan menerawang kosong ke arah televisi. Lantas mengejutkan Taehyung dan membuatnya salah tingkah lalu berpura-pura untuk menggerakkan badannya.

"Ah baru saja kok. Hmm masih mengantuk sekali rasanya."

Taehyung berdiri dan melangkah menuju kamar mandi. "Aku akan mandi dulu"

Kana masih panik di tempat sembari menyiapkan jus dan mengambil beberapa bahan baku makanan untuk ia masak. "Dia tidak sadar kan" batinnya seraya berusaha mengontrol dirinya sendiri.

Taehyung terkejut dengan pemandangan di depannya. Berbagai jenis makanan dan sebuah jus tertata rapi di meja makannya. Ia berterimakasih lalu melahap semua yang tersedia di meja makan marmer itu.

"Apa yang akan kau lakukan hari ini?" Tanya Taehyung pada Kana seakan mengerti jika Kana sudah menyiapkan beberapa agendanya untuk hari ini.

"Aku akan mengurus beberapa dokumen yang diperlukan untuk pindah tentu saja lalu-"

"Aku akan ikut denganmu" ujar Taehyung tanpa menunggu Kana selesai berbicara "karena toh aku juga akan pergi ke Korea sama seperti denganmu" Taehyung beralasan padahal sebenarnya ia mengkhawatirkan keadaan Kana.

Semburat pink terlihat di pipi Kana.

Tanpa siapapun sadari, Kana sudah jatuh hati pada Taehyung. Hanya mendengar Taehyung berkata ingin ikut dengannya saja sudah membuat perut Kana seperti diterbangi ribuan kupu-kupu.

Taehyung sendiri sudah jatuh hati pada Kana begitu lama. Ia selalu mengamati teman masa kecilnya itu dari kejauhan meski pada hari pertama mereka bertemu ia pura-pura tidak mengenali Kana.

Mereka telah jatuh hati satu sama lain. Hanya saja mereka tidak bisa saling mengungkapkan perasaan masing-masing. Bagi mereka itu bukan saat yang tepat.

"Aku akan mendaftar ke Universitas Seoul. Pendaftarannya minggu depan dan tes masuknya 1 bulan lagi" ujar Kana setelah menyelesaikan sarapannya.

Taehyung tertegun tatkala Kana menunjukkan informasi-informasi di dalam ponsel Kana ke arahnya.

"Baiklah mari kita lakukan itu terlebih dahulu."

Taehyung menuangkan segelas jusnya lalu menenggaknya habis.

"Jadi kau ingin mendaftar jurusan apa Minji-a?"

Kana sudah terbiasa dengan Taehyung memanggilnya Minji sehingga ia tidak mempermasalahkan hal tersebut.

Setelah menenggak jus miliknya juga, Kana menjawab dengan penuh keyakinan. Lantas membuat jus yang Taehyung minum hampir tersedak.

"Sama seperti jurusan dimana ayahku mengajar. Fakultas Kedokteran."

Mata Taehyung terbelalak. Ia tahu Kana pintar dan sebagainya. Namun fakultas yang Kana sebutkan memiliki passing grade yang tinggi, bahkan sangat tinggi di Universitas Seoul. Dan pesaing Kana saat ini mungkin sedang belajar mati-matian untuk menyiapkannya. Sedangkan yang Kana lakukan saat ini dan kemarin-kemarin adalah bukan belajar.

"Aku tahu kamu pesimis tapi tidak ada salahnya mencoba kan" jawab Kana sambil menyengir.

Taehyung mengangguk setuju. Toh ada pilihan ke2 dan ke3 nanti.

"Kamu sendiri akan mengambil jurusan apa?" Kana kembali bertanya pada Taehyung.

"Fakultas Hukum. Aku ingin menjadi seorang jaksa." Jawab Taehyung mantap. "Aku sudah mempersiapkannya sejak lama. Aku cukup optimis akan hal ini."

Taehyung memang bukan cinta pertama Kana, bahkan dengan ingatannya yang sudah dewasa. Namun Kana mulai merasakan perasaan itu lagi. Ia nyaman berada di dekat Taehyung.

Tak terasa hampir satu minggu berlalu sudah bagi Kana dan Taehyung. Mereka telah mempersiapkan kebutuhan mereka untuk pergi ke Korea baik itu berkas kewarganegaraan maupun perihal lainnya. Kadang kala berbelanja kebutuhan mereka. Karena tekad mereka yang sudah bulat, selepas dari mengurus berkas dan berbelanja, mereka segera kembali ke apartemen dan melanjutkan belajar mereka.

Mereka benar-benar hidup dalam satu atap selama hampir satu minggu layaknya sepasang kekasih namun tidak ada yang terjadi.

Kana merasa nyaman berada di dekat Taehyung begitu juga sebaliknya namun tak pernah sekalipun mereka menyatakan perasaan satu sama lain. Namun Kana mengamati dalam seminggu ini Taehyung terlihat lebih pucat dan lebih kurus.

Saat ini mereka sedang terduduk di sofa seraya menonton beberapa variety show jepang yang mengocok perut mereka. Taehyung terlihat tertawa namun setelah itu ia terlihat lemas lagi. Kali ini Kana benar-benar sangsi jika Taehyung benar-benar baik-baik saja.

"Apa kau benar benar akan ke Korea?" tanya Taehyung tiba-tiba. Keraguan terlihat di mata Taehyung. Kana menyadari situasi ini. Ia lamat-lamat melihat ketakutan di mata Taehyung.

"Aku tidak takut Taehyung-a." Jawab Kana "Jika kamu mengkhawatirkan tentang kelompok mafia yang kamu bicarakan itu, aku tidak takut." Lanjut Kana benar-benar sudah terlihat mantap.

"Tapi, mereka sangat besar"

"Jika kamu takut, aku akan berangkat sendiri." Kana pun berdiri dan berniat pergi menuju kamarnya sebelum ia melihat sosok Taehyung yang ikut berdiri terlihat terhuyung dan akhirnya terjatuh.

Kana bergegas setengah berlari ke arah Taehyung.

Taehyung terlihat begitu pucat.

Dengan panik, Kana memegang dahi Taehyung yang terasa begitu panas. Lalu membopoh Taehyung perlahan menuju kamarnya. Kana mengambil kompres dan mengompres dahi Taehyung. Ia juga bergegas menuju ke sebuah kotak obat di ruang tengah dan mengambil segelas air putih.

Ia berulang kali mengecek napas dan nadi Taehyung. Napas Taehyung yang meningkat dan nadi Taehyung yang meningkat membuat Kana panik namun hal itu baginya lebih baik daripada jika kedua hal itu tidak ada sama sekali.

Malam pun berlalu. Tanpa sadar Kana tertidur sembari terduduk di samping bed tempat Taehyung terlelap.

Setelah tersadar, Kana segera mengecek kondisi Taehyung. Napas, nadi dan suhu Taehyung belum juga turun. Taehyung sendiri pun belum terbangun.

Kana merasa sangat khawatir dengan keadaan Taehyung.

Akhirnya ia pun berniat membawanya ke Rumah Sakit. Ia bersiap-siap menyiapkan tasnya, menggunakan mantel lalu mengambilkan mantel milik Taehyung.

Kana begitu panik, tanpa ia sadar Taehyung sedang berada di belakangnya. Berdiri lemas. Tangan kirinya seperti menggantung sementara tangan kanan terlihat sedang memegang kepalanya. Matanya setengah tertutup.

"Kau mau pergi kemana?" tanya Taehyung. Ia lalu berjalan mendekat ke arah Kana pelan.

"Kita harus ke Rumah Sakit. Kamu sepertinya-" belum selesai Kana berbicara, Taehyung menarik strap tas milik Kana dan terjatuh ke atas kasur. "Tidak usah. Aku sudah biasa mengalaminya." Taehyung mencoba menjelaskan, namun bukan itu yang menjadi pusat perhatian Kana. Ia sedang mencerna situasi dimana ia ikut jatuh terjengkal bersama Taehyung di atas bed besar dengan Taehyung mencengkram bahu kiri dan kain sweaternya. Spontan membuat Kana tidak bisa terbangun dari posisinya segera. Kana merasakan darahnya berdesir kencang. Berada di dalam situasi seperti itu bersama seorang pria tampan lantas membuatnya salah tingkah. "Ini yang terjadi jika aku terlalu banyak menggunakan kekuatanku dalam waktu singkat. Tenang saja aku akan segera pulih. " Lanjut Taehyung, sebelum kemudian ia diam dan menutup kedua matanya total.

Kana terlihat gusar di tempat. Taehyung memegang erat sweaternya dan terlihat pulas di sampingnya.

Batinnya sial sekali Taehyung bisa begitu tenang tertidur seperti itu sementara Kana merasa sangat kacau seakan sebuah drum dimainkan di jantungnya secara keras dan cepat.

Kana akhirnya memutuskan untuk tetap diam di tempat saja toh Taehyung sedang tertidur, tidak akan melakukan apapun.

Kana menutup matanya menggunakan tangan kanannya, mencegah matanya untuk senantiasa melihat ke arah Taehyung. Saat itu pula ia berpikir, mungkin saja Taehyung menggunakan banyak kekuatannya untuknya. Ia tahu pasti organisasi itu berada dimana mana mengikuti mereka. Ia juga yakin mungkin beberapa berada di dalam apartemen Taehyung saat ini.

Tak lama cengkeraman Taehyung ke sweaternya pun melemas dan akhirnya lepas.

Kana pun merasa bebas dan ia kini mengalihkan tangan kanannya, memastikan Taehyung sudah melepaskan cengkeramannya sehingga ia bisa segera pergi dari tempat itu.

Kana terbangun, lalu hendak segera meninggalkan Taehyung. Sampai di pintu, Kana membalikkan badan. Ia tidak tega meninggalkan Taehyung dengan keadaan melintang tempat tidur dengan separuh badan menggantung seperti itu.

Setelah sebuah helaan napas panjang, Kana berbalik berjalan ke arah Taehyung dan meluruskan badannya.

Setelah memastikan badan Taehyung lurus, Kana mengambil selimut dan menyelimuti Taehyung tapi hanya sebagian tubuh karena ia takut suhu Taehyung malah naik jika ia kegerahan.

Anehnya, Kana lagi-lagi tertarik dengan wajah Taehyung. Bukannya pergi dari tempat itu, Kana malah melihat ke wajah Taehyung lekat-lekat. Bukannya Kana murni ingin menatap Taehyung lekat-lekat karena terobsesi, namun ia mulai merasa Taehyung dan seorang anak kecil di dalam mimpinya ternyata memang memiliki wajah yang mirip.

Di saat itu pula Taehyung membuka matanya.

Lengan kirinya ia gunakan untuk menopang tubuh. Wajahnya ia majukan ke arah wajah Kana.

Kana tidak cukup cepat untuk mengelak.

Pertemuan bibir mereka pun terjadi.

Kana terkejut. Ia memang nyaman berada di dekat Taehyung namun tak senyaman itu untuk melakukan sebuah kontak fisik secepat ini.

Kana tidak membalas ciuman Taehyung. Ia terkaget lalu mundur perlahan dari Taehyung.

Taehyung sudah dapat membaca gerak-gerik Kana tersebut hingga yang ia lakukan adalah menarik lengan Kana. Setidaknya dengan itu harga dirinya tidak serta merta jatuh seluruhnya.

"Jangan ceroboh. Bagaimanapun juga aku adalah seorang pria."

Ia lalu melepaskan eratan tangannya ke Kana. Kana pun melangkah cepat setengah berlari keluar dari kamar. Tak lupa ia menutup pintu kamar Taehyung.

Kakinya terasa lemas.

Ia terduduk di depan pintu seraya mengutuk degup jantungnya yang tak kunjung melambat.

"Bodoh. Itu adalah ciuman pertamaku."

Sementara di dalam Taehyung terus menerus mengutuk dirinya sendiri. Pikirannya sedang kacau. Demam tinggi memperburuk hal itu. Hampir saja ia tidak bisa mengkontrol dirinya sendiri. Tak ayal ia mengacak-acak rambutnya menyesali perbuatannya yang begitu gegabah. Ia khawatir kepercayaan yang telah ia buat akan runtuh begitu saja. Namun ia juga berada di dalam posisi sulit. Sudah selama hampir seminggu ia berada dalam satu atap bersama wanita yang ia sayangi. Dihadapkan dengan keadaan seperti tadi tak ayal membuat hormon-hormon lelakinya bergejolak.

Taehyung memegang kepalanya lantaran rasa pusing dan sakit kepala yang sangat. Ia melihat ke arah meja samping tempat tidur dan tampak Kana menyiapkan obat penurun panas dan segelas air putih. Taehyung lalu meminumnya.

Tak lama ponsel Taehyung berdering. Dari ringtonenya ia tahu bahwa itu dari ayahnya.

"Kenapa tidak segera membalas? Are you seriously passed out? Dont use your power too much."

Taehyung lalu membuka pesan, bermaksud untuk melihat pesan ayahnya sebelum pesan tsb.

"Its confirmed. He is there,Tae. He is in Seoul. We dont have much time. Lets get him before Venom does. "

Tanpa Taehyung perlu menanyakannya ia sudah tahu betul lelaki yang ayahnya maksud adalah ayah Kana, Song Seunghoon.

Taehyung semakin merasakan kepala berdenyut-denyut. Kali ini ia mengambil beberapa stok obat antinyerinya dan menelannya lagi untuk yang kedua kalinya menggunakan sisa air putih yang ada di gelas.

"Brukk" sebuah suara dentaman yang keras terdengar.

Perasaan Taehyung tidak enak. Ia pun bergegas menuju ke ruang tengah. Ia melihat ke sekeliling sambil memegang kepalanya yang masih terasa berat.

"Kana-ssi?" Refleks Taehyung memanggil Kana menggunakan bahasa Korea. "Kana-ssi??" Tidak ada jawaban

Taehyung mulai panik. Ia akhirnya menemukan pintu apartemennya tidak tertutup rapat. Ia lalu mencari di setiap sudut ruangan hanya untuk menambah keyakinannya bahwa hanya dia seorang lah yang sekarang berada di ruangan apartemennya itu.

Berlari sebisanya, Taehyung mengambil ponsel dan mantelnya. Saat hendak memakai sebuah sandal ia melihat sebuah bungkusan laundrian yang terbuka dan seperti mengeluarkan sedikit asap putih tipis.

Taehyung segera keluar dari ruang apartemennya dan membuka ponselnya. Berulang kali menelpon Kana namun dengan hasil yang sama. Nomornya tidak aktif.

Ketakutan Taehyung menjadi nyata.

Ia kehilangan Kana, bahkan sebelum ia dapat membawa Kana ke tanah kelahirannya di Korea.