Yudha menggeleng. "Aku sudah tidak apa-apa, Ayah. Tak perlu ke rumah sakit."
"Lalu, untuk apa kau menahan tangan ayah? Kau ingin ditemani, begitu?" tebak Tuan Rendi. Putra bungsunya yang sok dewasa itu memang terkadang suka manja jika sakit.
"Memangnya aku anak kecil yang butuh ditemani, huh?" gerutu Yudha sembari mengerucutkan bibirnya. Ah, dia jadi lupa ingin menanyakan sesuatu tadi. "Oh iya, ayah tahu siapa yang menemukan kucingku, tidak? Soalnya semalam Kak Qiran bilang sudah membunuh dan memutilasi kucingku," sambung Yudha.
"Jadi, kau percaya ucapan kakakmu itu?" tanya Tuan Rendi.
Yudha mengangguk.
"Sepertinya, kau belum mengenal kakakmu seutuhnya, ya?" Tuan Reno kembali mengulas senyum. "Memang kau pikir Rafael akan mau mengotori tangannya untuk membunuh kucing, eum?"
Yudha mengerutkan kening. Benar juga yang diucapkan ayahnya itu. Bahkan Qiran akan berteriak heboh saat melihat darah. Lalu, kenapa Yudha dengan bodohnya mempercayai ucapan kakaknya kemarin, coba?
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com