webnovel

1 : Opening - Hawtorn

Prolog - Pembuka

Hawtorn, orang di dunia gelap menyebut organisasi ini sebagai legenda sensasional lambang perkumpulan dari para pembunuh atau orang-orang menyebutnya dengan cara yang khas, assassin. Mereka lah yang mengawal induk organisasi terbesar di sebuah organisasi ilegal yang berkuasa di ranah peradangan senjata tajam, narkoba, bahkan perbudakan seks modern. Hawtorn bukan sembarang organisasi yang menyebut diri mereka sebagai pengawal dan pengawas. Menyewa tugas mereka, berarti bertaruh pada satu nyawa yang disebut dalam perjanjian. Dikatakan dalam legenda turun temurun di tengah padatnya jalanan kota yang terang, Las Vegas, bahwa mereka, orang-orang dari Hawtorn adalah si ahlinya dalam kerajinan pembunuhan, penyiksaan tiada henti, dan taktik licik dalam dunia pasar gelap. Tak ada yang berani menyentuh area Hawtorn tanpa membawa taruhan yang besar, seperti nyawa dan kehidupan misalnya.

Tahun demi tahun membawa perkembangan kabar yang semakin melegenda. Kabar menyebar pesat dari satu penjuru ke penjuru kota lainnya. Cerita seram dan menggairahkan dari berbagai aspek kehidupan mulai menyertakan nama organisasi assassin yang satu ini, Hawtorn. Siapapun yang menyewa mereka, maka tak akan pernah menemui kata kecewa. Mereka bertugas dengan begitu baik dan rapi. Setiap jejak pembunuhan, penyiksaan tiada hentinya, dan perbuatan keji yang orang-orang ini lakukan tak pernah terendus oleh pihak hukum sebab mereka punya hukumnya sendiri.

Cerita singkat berhenti di sebuah gedung besar yang tak bisa berbaur dengan orang-orang di luar sana. Gedung besar ini dibangun di sisi padatnya kota Las Vegas, sengaja menepi sebab di dalamnya bukan bahan konsumsi untuk umum. Inilah markas utama Organisasi Hawtorn. Induk peradaban berdirinya lambang belati iblis yang digadang-gadang adalah sumber pembunuhan dari segala macam bentuk pembunuhan. Bukan hanya melibatkan manusia, bahkan iblis terkadang datang dan ikut andil dalam tugas yang diembankan. Namun, sayangnya modern melahap semua itu. Tak ada lagi pemujaan terhadap apa yang tak nampak, mengandalkan ritual di tengah peradaban modern hanyalah bak menelan pil pahit saja. Semua bergerak dengan begitu cepat. Globalisasi mengubah cara pandang orang-orang di dalam organisasi Hawtorn. Belati iblis tak lagi populer. Masanya ditelan oleh waktu yang berputar mengelilingi organsiasi ini. Reorganisasi dan segala bentuk perubahan dari tahun ke tahun menjadikan Hawtorn bergerak dengan cara yang berbeda.

Induknya adalah Hawtorn dengan si pemimpin yang menjadi pusat kendali. Di bawah pimpinan seorang pria berusia kepala tiga, sebuah organisasi kecil tetapi tak pantas untuk diremehkan. Mereka menyebut organisasi ini sebagai Black Wolf. Hawtorn tak lagi bergerak secara mandiri, Black Wolf mewakilinya. Induk hanya mengawasi anak-anak mereka untuk berjalan dan menapaki dunia bukan? Ya, begitulah peran Black Wolf untuk Hawtorn.

Black Wolf mengawal siapapun yang mau berpihak dan membuat perjanjian dengannya. Akan tetapi, kategori 'siapapun' itu tak bisa diambil dari sembarang orang di luar sana. Siapapun yang dimaksudkan adalah mereka-mereka si pejabat politik yang sedang berselisih paham. Si orang-orang tinggi berpangkat yang sedang mengalami sengketa lahan dan perusahaan besar miliknya, atau orang-orang terpandang yang ingin mempertahankan kedudukan, kekuasaan, dan popularitas di mata dunia dengan menyingkirkan hama-hama yang tak pantas. Black Wolf berkerja dengan cara yang unik dan modern. Bukan pembunuhan biasa, Black Wolf melakukan semua yang ditugaskan dengan cara yang elegan dan mewah. Jauh berbeda dari assassin di luar sana. Itulah mengapa, Black Wolf mengambil alih organisasi ilegal di berbagai aspek dalam pasar gelap dunia.

Siapa pemimpinnya? Ah, benar! Orang menyebut namanya dengan Mr. Tonny Ayres.

••• Big Man season 01 •••

Markas Besar Assassin Hawtorn - pusat kebijakan Black Wolf

- 2003, Las Vegas, Nevada -

Hanya perlu jeda waktu dalam beberapa detik berjalan, pria besar itu membuat langkah yang paling mengejutkan. Semua orang ternganga. Anak muda yang duduk di kursi rotan bak sedang melihat adegan laga di film internasional yang sering ia tonton kalau waktu senggang tak sedang berlatih. Tinju mendarat di wajah pria kurus itu. Giginya copot, mungkin. Sisi bibirnya membiru sebelum akhirnya darah jatuh menetes di luka itu. Pria besar itu segera menjatuhkannya. Lautan jasad manusia kini menjadi penutup adegan laga yang disaksikan oleh si anak muda.

Tak pernah disangka, kalau ini adalah hadiah ulang tahun yang digembor-gemborkan padanya jauh-jauh hari. Ayahnya adalah si pria besar, begitu orang menyebutnya. Bukan sembarang pria. Si berewok mantan buronan polisi sudah membentuk sebuah organisasi besar yang beroperasi 'di bawah lampu'. Artinya, itu semua ilegal.

Segalanya menjadi berantakan, pesta perayaan tak jadi dilakukan selepas seorang musuh hidup kembali, lebih tepatnya ia bangkit dari keadaan sekarat. Menodong jalannya si pria besar dengan menarik ujung celananya. Memohon ampun, itulah yang bisa disimpulkan. Namun, si pria besar bukan malaikat atau hamba Tuhan yang murah hatinya. Keputusan yang salah, kalau ia meminta kehidupan lagi setelah melakukan pengkhianatan.

Tinju cepat mendarat di wajahnya, lagi! Salah siapa tidak mau berpura-pura mati?

Udara di sekitar mulai berubah, tatkala ia melihat si pria besar menjejalkan moncong pistol ke dalam mulut si pria kurus. Memaksanya untuk menelan peluru nantinya. Tunggu, ini bukan adegan yang bisa dilihat oleh anak yang baru saja menginjak usia 17 tahun. Seharusnya, ia dibawa pergi dari tempat ini dulu sebelum akhirnya si pria besar melancarkan aksinya.

Dor! Tanpa ampun! Bak balon berisi cairan sirup kental yang meletus, bahkan si wajah anak muda terkena cipratan darah segar itu. Kepalanya hancur, sebab bukan sembarang pistol yang dijejalkan pada si mulut pria. Ini baru pertama kalinya, si anak muda melihat mata manusia menggelinding tepat di depan ujung sepatu kulitnya. Baru kali ini pula, ia melihat isi kepala manusia. Sungguh, hadiah ulang tahun yang berbeda. Ini lebih mirip dengan acara Halloween akhir bulan.

"Ketahuilah, Nak!" Suaranya menggema. Sepatunya berjalan, bahkan ia hampir saja menginjak mata bulat itu. "Kau akan menjadi penerusku," katanya lagi. Dia tertawa aneh di bagian akhir kalimat.

Mendekati sang putra. Membelai sisi wajahnya yang terkena noda darah. "Kakekmu menyerahkan kemampuannya padaku saat usiaku 17 tahun, Nak. Persis sama sepertimu malam ini." Ia menyerahkan pistol yang ada di dalam genggamannya. Melirik anak buahnya yang begitu banyak. Ia menang, tak ada satu pun anak buahnya yang terluka. Bukannya mujur atau beruntung, memang ini bukan sebuah pertarungan. Ayahnya datang, mengajaknya kemari untuk memberi hukuman pada seorang pengkhianat. Tanpa ampun, ayahnya membantai semua keluarga yang bersangkutan.

"Tembak lah," perintahnya. Mengarahkan sang putra tepat menatap siapapun yang ada di depannya. "Kamu bebas memilih, Nak. Arahkan pistolnya pada salah satu kepala pria di depanmu dan tarik pelatuknya, maka kau akan menjadi bagian dari kami."

Si anak muda hanya diam. Tangannya dipaksa untuk mengangkat pistol yang sebenarnya tak berat sama sekali. Namun, ia masih punya nurani. Selama ini dirinya dibesarkan oleh sang ibunda, baru sekarang ayahnya menyeret dirinya datang ke tempat seperti ini.

"Tembak, Nak!" Ia membentak. Semakin keras suaranya, seakan semakin keras pula ia harus membentuk tekad dan keberanian.

"Tonny! Tarik pelatuknya, sekarang!"

Jari jemari mungil itu mulai bergerak. Bukan hanya kedua tangannya saja yang gemetar, tetapi juga kedua lututnya. Ia ingin merengek, sebab dirinya masih dianggap bocah di sini. Namun, ia tak bisa. Suaranya hilang, seakan ia menjadi bisu dan tuli sekarang.

"Tonny! Shoot now!" --Dor! Inilah awalnya! Si bocah malang berubah menjadi menjadi pembunuh di usia yang muda.

... To be continued ...