webnovel

Bestfriend With Too Much Benefits

Zoey Aretta Risty adalah seorang aktris terkenal berusia 27 tahun, semasa karirnya yang terus meroket dia memiliki sahabat yang selalu ada untuk mendukungnya. Sahabatnya sejak SMA. Seorang pria yang menghilangkan segala kepolosan Zoey, lebih tepatnya mereka bersama menghilangkan rasa penasaran dari kepolosan mereka menuju obsesi yang memuaskan. Jeffrey Keenan Abigail adalah direktur finance perusahaan property, pewaris tertinggi dalam perusahaan keluarga J Corp. Dirinya merupakan pria yang selalu dituntut untuk bisa lebih dari siapapun dan Zoey lah seseorang yang bisa membuatnya berada dalam kenyamanan. Jeffrey yang selalu dipilihkan jalan hidupnya oleh Ayahnya, murka. Bagaimana pun caranya kali ini Jeffrey tidak ingin menuruti Ayahnya. Jeffrey akan menentang sebuah perjodohan dari Ayahnya atas nama memperluas bisnis. Tentu dengan berbagai cara Jeffrey menentang Ayahnya, hingga ia memilih jalan yang tak terduga dengan mengajak Zoey untuk menikah dengannya. Selama bertemu dengan Jeffrey, apa yang dilakukannya tanpa disadari terus mengikuti Jeffrey. Apapun yang dilakukan, Zoey akan meminta pendapat dari Jeffrey termasuk mengambil keputusan dalam karirnya. Tetapi, kali ini jelas berbeda. Meski Zoey senang bermain dalam hubungan tapi jika menikah maka dia hanya ingin satu kali seumur hidup bersama dengan orang yang dicintainya. Lalu, bagaimana sekarang dia disaat Jeffrey memberikannya pilihan seperti ini?

Namnam_Meow · Politique et sciences sociales
Pas assez d’évaluations
17 Chs

Chapter 7 : Be My Wife (1)

Hari ini adalah hari sabtu, dimana kebanyakan orang akan menggunakan hari ini untuk beristirahat ataupun berlibur bersama keluarga dan teman. Seperti halnya dengan apa yang dilakukan oleh Jeffrey sekarang. Pukul 10 pagi dirinya sudah menekan bell pintu apartemen milik Zoey berkali-kali.

Sudah sekitar 5 menit dirinya berdiri di sana dan menelfon Zoey namun, pemilik apartemen ini tidak juga menjawab. Sudah sangat dipastikan oleh Jeffrey bahwa Zoey masih ada dalam alam mimpinya. Tidak ada jadwal selama satu minggu ini untuk Zoey yang baru saja menyelesaikan syuting filmnya dan hari libur sangat dimanfaatkan oleh Zoey untuk tidur, makan, dan tidur.

Mengetahui kebiasaan Zoey, Jeffrey sudah membawa bahan makanan di dalam dua plastik yang sedang dipegangnya. Setelah terlalu lama menunggu, Jeffrey memilih untuk masuk menggunakan password yang dibuatnya bersama dengan Zoey. Password mereka yang merupakan tanggal saat pertama memulai janji pertemenan mereka.

140413.

Klik

Pintu dibuka dan Jeffrey mengambil langkah masuk. Benar, suasana apartemen Zoey masih sepi, tidak ada tanda-tanda orang sudah menyentuh dapur, meja makan, ataupun ruang tamu. Seperti sudah terbiasa dan familiar, Jeffrey merapihkan bahan makanan di dapur. Memasukan sayuran ke dalam kulkas, daging di freezer, dan cemilan bersama coklat di laci meja dapur. Coklat yang ia belikan minggu lalu tersisa dua batang di sana, Jeffrey tepat membeli coklat untuk mengisi ulang gudang cemilan milik Zoey.

"Bawa coklat lagi?" Suara serak seorang wanita baru bangun tidur memasuki dapur. Jeffrey membalikan tubuhnya dan melihat Zoey berdiri sambil bersandar dengan dinding. Wajah mengantuk masih terlihat jelas di wajah wanitanya itu. Tetapi, Jeffrey lebih melihat betapa seksinya Zoey dengan rambut dikuncir asal hingga membuat tampilannya sedikit berantakan. Aneh sekali Jeffrey tidak merasa muak dan tidak melihat di depannya ini adalah suatu keburukan Zoey melainkan sebuah panggilan untuknya membawa Zoey ke tempat tidur untuk Melakukan hal dewasa dan liat.

"Hm, gue udah beli bahan makanan, nanti gue bikin sandwich mau?" Jeffrey bertanya sambil menatap Zoey.

"Iya, gue mau cuci muka sama gosok gigi dulu" ucap Zoey melenggang masuk ke dalam kamar mandi. Jeffrey menyinggunf senyum miring, langkahnya maju mengekori Zoey. Menyadari Jeffrey sedang mengekorinya di belakang, Zoey berbalik badan untuk menghentikan langkah Jeffrey.

"Jeff, bikin sarapan ya! Gak ada mandi bareng!" Seru Zoey.

"Semalam gue abis main sama cewek tapi, dia gak kayak lo. Dia membosankan, she doesn't know how to play, but, She's pretty" Jeffrey mulai bercerita mengenai apa yang terjadi semalam. Zoey menarik nafas dalam lalu dihembuskan kembali.

"Cari aja yang bisa main sama lo, mesum" balas Zoey memilih untuk melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi. Tunggu, Zoey tersadar dan mengapa dia tiba-tiba saja emosi. Seharusnya reaksi Zoey tidak seperti ini. Zoey kembali berbalik menghadap Jeffrey yang masih diam di tempat.

"Jeff, semalam lo pergi ke Bar sama Kak Dion dan calon istri lo yang dijodohin itu kan?" menjawab pertanyaan Zoey, Jeffrey menganggukan kepalanya.

"Gue pikir lo sama dia tau gak ke hotelnya. Jeff, kenapa sih?" Zoey mengentikan kalimatnya di atas udara. Banyak pikiran dan keraguan untuknya mengungkapkan kalimat selanjutnya.

"Apanya kenapa? Gue gak mau dijodohin dan Clarissa bukan calon istri gue" ucap Jeffrey berbalik menuju dapur. Zoey terbengong, kenapa sekarang kesannya jadi Jeffrey yang marah?.

Zoey tidak peduli, lebih baik dia bersih-bersih sehabis pesta kecil semalam. Teman-teman Daniel sangat menyenangkan sampai membuatnya tidak sadar akan waktu dan kesadaran dari alkohol.

Selesainya Zoey membersihkan diri, Ia keluar dengan pakaian rumah yang nyaman, kaps putih longgar dan celana pendek di atas lutut. Langkahnya berhenti di depan meja dapur untuk melihat Jeffrey yang sudah selesai menyiapkan sarapan.

"Maaf" ucap Zoey lebih dulu karena melihat Jeffrey masih mendiamkannya. Jeffrey menghentikan aktivitas mengelap noda saus di meja. Pandangannya menatap langsung pada Zoey yang ada di hadapannya.

"You're not at fault, Aretta. It's mine" ucap Jeffrey menyelesaikan aktivitasnya dan membawa dua piring berisi sandwich ham ke meja makan. Zoey berjalan di belakang mengikutinya.

"Tetap aja, tadi aku ikut campur urusan kamu. Aku tau kamu gak suka" Zoey berkata seraya mengambil duduk berhadapan dengan Jeffrey di depannya.

"Tapi, kalian berdua kelihatan cocok kok semalam. Kenapa lo nolak? Lo udah kenal dia kan? Tatapan lo ke dia juga beda" lanjut Zoey, Jeffrey terkekeh karena kekonyolan Zoey yang baru meminta maaf sudah ikut campur, lalu sekarang melanjutkan topik awal mereka tentang Clarissa.

"Clarissa terlalu baik buat jadi istri gue, dia gak akan bisa bertahan kalau jadi istri gue" ucap Jeffrey menjawab serius tentang pertanyaan Zoey.

"Kata terlalu baik itu klise, ya kalo misalnya lo mau dia bertahan bisa kan jadi diri lo yang lebih baik" balas Zoey mengambil satu potong sandwich buatan Jeffrey, di matanya terlihat sangat enak dan dia lapar.

"Gue gak mau, maunya nikahnya sama lo aja gimana? Lo jadi istri gue ya?"

Byurrr

Semburan dari isi kunyahan Zoey tepat sasaran mengenai wajah tampan Jeffrey. Dengan kesabarannya yang masih ada, Jeffrey menyingkirkan remehan roti dan sayuran di wajahnya dengan tissue.

"Eh maaf maaf" ucap Zoey mengitari meja untuk sampai di samping Jeffrey. Tangannya bergerak lebih cepat untuk mengambil tissue dan mengelap wajah Jeffrey. Pun Jeffrey pasrah membiarkan Zoey yang membersihkan wajahnya. Sebenarnya tidak terlalu banyak juga yang menempel di wajah Jeffrey tapi, tetap saja Zoey merasa sangat bersalah.

Pandangan Jeffrey tertuju pada wajah panik Zoey. "Padahal kalau kita jadi suami istri kayak gini lebih enak" ucap Jeffrey meraih tangan Zoey untuk ia genggam, perlahan menuruninya.

"Buat ketemu, lo gak perlu pake penyamaran"

"Kita teman Jeffrey, ingat perjanjian kita sebagai teman?" Zoey menarik tangannya dari genggaman Jeffrey dan melangkah menuju kursinya kembali.

"Tapi pertemanan kita ini lebih dari apa yang dilakukan teman" ucap Jeffrey. Zoey tidak ingin menjawabnya, dia memilih kembali makan dan diam. Harapannya bisa seperti itu tapi, mulutnya sangat gatal tidak bisa diam saja.

"Jeff, lo yang memulai perteman kita, lo yang mulai janji pertemanan kita. Gue gak bisa jadi istri lo, gue juga sekarang statusnya jadi pacar Daniel"

Sunyi. Kalimat akhir itu membuat Jeffrey terdiam tanpa kata. Rencananya akan gagal begini saja? Tentu tidak. Jeffrey masih memiliki berbagai cara untuk membatalkan perjodohan dan tetap pada tujuan awalnya, membawa seseorang yang akan dinikahinya di depan sang Ayah.

"Gue serius, kita nikah dan lo boleh pacaran sama Daniel" suara datar dan serius itu berbalik membuat Zoey terdiam.

"Aretta, mau lo nikah sama gue atau enggak, lo tetap melakukan perjanjian teman kita untuk berhubungan badan, okay just call it We're friend with benefits. Dari pertemanan kita itu sejak dulu juga tidak ada masalah kita ingin berpacaran dengan siapa—"

"Jeff, buat gue pernikahan itu gak sembarangan. Gue cuma mau nikah satu kali seumur hidup" Zoey mengakhiri topik tersebut dengan dia kembali melanjutkan makan dan berkata, "Setelah ini lo pulang? Gue mau nonton netfl*x and maybe.. with chill?"

"We're crazy, after all this serious conversation we're still do what we shouldn't do"

"You're the master of this game and I am your lady that can not go out, anymore. Kita gak bisa normal karena sudah terlalu lama di dalam permainan ini"

"So, you're stuck with me then, be my wife" Zoey memutar bola matanya malas, ada aja kesempatan untuk Jeffrey membicarakan tentang menikahinya.