webnovel

Akibat Perang 200 Tahun

Akibat Perang 200 Tahun

Terlihat seorang remaja laki laki sedang berbaring di bawah derasnya hujan. Dia terlihat sedang memikirkan sesuatu tentang perang 200 tahun lalu. Manusia berbondong bondong membuat Manshin(Manusia setengah mesin) mereka berperang perang untuk membuktikan siapa yang terkuat. Hingga perang itu berakhir dengan perdamaian. Ada seseorang yang menjadi musuh mereka atau bahkan musuh dunia. Demi mencapai kedamaian. Kini Manshin saling bekerja sama untuk membangun peradaban baru. Namun Manshin di saat ini memiliki kelemahan. Manusia membuat Manshin dengan melalui tombol Off dan On. Dikarenakan manusia takut terjadi perang itu kembali

"Pohon yang besar ini berada di pusat kota ya?" tanyaku dengan kebingungan

"Sangat indah..."

Aku adalah Aezard Chinami. Salah satu Konduktor yang memiliki Manshin di Terminal Manshin. Tugasku sebagai penyalur energi dan membantu Manshin bertarung. Masih banyak Manshin jahat diluar sana. Tugas kami adalah membunuh semua Manshin yang jahat itu

"Aezard... Kopimu nanti dingin lho"

"I-iya, aku segera datang" ucapku dengan berlari ke arah kopi milikku

Aku pun bersandar pada mejaku dan berbincang bincang dengan rekan kerjaku

"Kau sudah mendapatkan tugas tingkat A Aezard?" tanya rekan kerjaku

"Belum... Kau sudah?"

"Aku belum.. Tapi, akhir akhir ini aku mendengar bahwa tugas tingkat A lebih sulit dari yang dulu"

"Kenapa?"

"Dikarenakan Manshin di tugas tingkat A itu tidak memiliki Konduktor"

"Jadi Manshin itu tidak terkendali ya?" tanyaku dengan khawatir

"Seperti itulah"

Tiba tiba pintu ruangan kerja Terminal Manshin terbuka. Dimana kami Melihat Manager Terminal Manshin ini memasuki ruangan kerja kami. Kami pun menyapanya

"Yo Aezard, bagaimana kabarmu?" sapa Manager itu

"Aku sehat! siap melaksanakan tugas" jawabku dengan semangat

"Wahhh hebat... Ayo kita memulai rapat pagi"

"Hah rapat?" aku terkejut karena ada rapat

Rapat dimulai, dimana kami membahas tentang penyelidikan Manshin dan Konduktor yang jahat. Mereka sedang panas panasnya di jadikan buah bibir oleh orang orang. Manager memberi tahu kepada kami semua tentang tugas tugas yang akan diterima oleh kita

"Aezard"

"Siap pak!"

"Kau akan menyelidiki kasus pembunuhan di supermarket. Walaupun mungkin saja itu bukan ulah Manshin, tapi tempat kerja kita juga sebagai polisi di kota ini"

"Aezard. Aku akan membantumu. Lagi pula aku hanya duduk duduk saja disini" dia adalah Zein, sahabat laki lakiku yang selalu mendampingiku

"Terima kasih, Zein"

"Oiya satu lagi Aezard. Aku akan menjadikan kalian 1 tim. Zein, Aezard dan Emma"

"Siapa Emma?" terdengar suara pintu terbuka, dan masuklah seorang gadis yang sangat cantik

"Nah baru saja kubicarakan" "Dialah Emma"

"Ada apa?" tanya Emma

"Kamu akan kumasukan dalam satu tim bersama mereka" ucap manager kita

"Oh begitu. Yasudah" ternyata dia adalah orang yang dingin

"Kamu kenapa Aezard?"

"Aku gak kenapa kenapa" wajahku memerah karena Emma sangat cantik

"Oke kalian, ini kunci mobilnya. Hati hati ya" kami bergegas berangkat dan menuju ke Supermarket. Aku duduk bersebelahan dengan Zein didepan. Zein yang mengemudikan. Sedangkan Emma di belakang. Aku menoleh ke arah Emma. Emma pun menatapku balik

"Kenapa?"

"Eghh... Gak papa" aku langsung menghadap ke depan

"Supermarketnya sudah terlihat"

"Oke! Waktunya menyelesaikan misi kita!" uacpku dengan semangat. Zein pun tersenyum

Kami bergegas menuju tempat dimana pembunuhan terjadi. Emma menanyakan kepada tukang parkir disana. Kebetulan pembunuhanya terjadi di tempat parkir

"Darahnya sengaja tidak dihilangkan. Supermarket juga sementara ditutup" ucap Zein dengan berpikir keras. Aku pun mengelilingi sekitar tempat parkir bawah tanah ini. Aku melihat pantulan cahaya. Ya benar. Ternyata itu adalah pisau yang masih berdarah. Pisau yang masih berdarah? kenapa tidak dibawa oleh pembunuh itu? pikirku.

"Zein. Aku menemukan pisau ini" Zein pun berlari ke arahku dan terkejut

"Pisau yang berdarah?" kami pun memutuskan untuk pergi ke labolatorium yang ada di Terminal kita.

"Emma" Emma melihat ke arahku "Bagaimana hasil introgasimu?" tanyaku

"Dia berkata pembunuhan kira kira menggunakan senjata tajam. Dan orang itu memakai jaket hitam"

"Kami menemukan pisau yang masih berdarah segar. Kemungkinan terjadi pembunuhan baru lagi disekitar situ. Namun kita belum menemukannya" ucap Zein dan membuat Emma dan aku terkejut

"Pemikiranmu bagus! nanti pagi kita akan memeriksa tempat parkir bawah tanah tersebut" ucapku dengan semangat

"Zein, Aezard. Apakah pemikiran kita sama?"

"Aku sedikit mencurigai tukang parkir tersebut. Bagaimana dengan kalian?" tanya Emma

"Aku mencurigainya" ucap Zein

"Aku juga. Mana mungkin jika ada pembunuhan yang barusan terjadi, tukang parkir itu tidak tahu kan?" ucapku dengan mengyakinkan opiniku

"Benar. Kita akan segera menangkap pelakunya" kami pun tiba di laboratorium kita dan langsung memeriksa pisau itu. Aku menanyakan pada Emma tentang apa keahlian Emma

"Keahlianku..." Wajahnya memerah

"Aku pandai memasak lho!" aku pun terkejut

"Benarkah?"

"Iya. Aku bahkan suka memasak Omurice" ucapnya dengan tersenyum padaku. Aku pun juga tersenyum

"Zein. Kamu sedang apa?"

"Huffhhh... Alatnya rusak. Mungkin ada beberapa skrup yang jatuh"

Tiba tiba pintu terbuka. Dimana seseorang masuk ke ruangan kita

Siapa dia?

"Oh. Nameda Chiyo" ucap Zein dengan antusias

"Zein. Siapa dia?"

"Dialah Nameda Chiyo. Mantan kepala anggota pasukan pengintai"

"Yo" sapa Chiyo dengan santai

"Kalian kok malam malam kesini" tanya Chiyo dengan merangkul Zein

"Kami ingin memeriksa pisau ini" ucap Zein dengan memberikan pisau itu kepada Chiyo

"Darahnya masih segar ya?"ucapnya dengan menyentuh darah dari pisau itu

"Kalian tahu. Di labolatorium ini sangat ramai orang. Cuman kalian saja yang terburu buru dan tidak menyapa kami" ucap Chiyo dengan melepaskan rangkulannya

"Kalian bertanyalah kepada yang ahli ahli disini" ucapnya sembari melangkah ke pintu keluar

"Tunggu. Omong omong... Apakah kau bisa memperbaiki alat ini?" ucap Zein dengan mengulurkan alat pemindai golongan darah

"Bisa. Tunggu saja" ucapnya dengan tersenyum

"Kalian tetaplah disini, bikinkan aku kopi atau semacamnya. Kalian juga melihatku cara memperbaikinya. Agar kalian tahu" ucapnya, Emma pun bergegas menuju dapur labolatorium untuk mengambil kopi dan air panas

"Kita akan begadang ni?" ucapku dengan antusias

***

"Tuan manager" teriak seorang karyawan dengan tergesa gesa

"Ada apa?" tanya managernya

"Ternyata selama ini, Manshin yang kita buat,bisa kita reset jika Manshin itu kehilangan kendali"

"Maksudnya?"

"Dengan kata lain... Jika hal buruk terjadi pada Manshin... Kita bisa mengreset ingatannya" terlihat Emma yang sedang membikinkan kopi di ruangan tempat mereka berkumpul

"Kopi siap" ucap Emma dengan polos. Aku pun mengambil kopi milikku sembari mencatat hal hal yang terjadi di hari ini untuk buku harianku. Tiba tiba Emma melihatku menulis buku dan menanyakannya

"Kamu sedang apa?" tanyanya dengan polos

"Aku menulis buku harianku" ucapku dengan tersenyum

"Buku harian... Apa itu?" tanyanya dengan kebingungan dan dengan wajah yang imut

"Yah seperti buku untuk menulis kegiatan kegiatanmu, curahan isi hatimu, banyak pokoknya"

"Aku... Ingin mencobanya"

"Menulis buku harian"

"Silahkan..."

"Bagaimana caranya menulisnya?"

Aku terkejut, karena perempuan secantik dia, tidak tahu cara menulis buku harian

"Berhasil!!!" teriak Zein dan Chiyo yang membuat aku dan Emma terkejut

"Huffhhh sulit juga ya..."

"Ini akan mudah jika kau sering berlatih" ucap Chiyo dengan tersenyum

"Aku pergi dulu ya... Hubungi aku jika ada perlu" ucap Chiyo dengan meninggalkan kita

"Dadah"

Kami pun memulai kembali pekerjaan kita dan mendapati hasil yang cukup. Dimana terdapat golongan darah A di pisau itu dan terdapat sidik jari

"Aku bingung" ucapku dengan memegang kepalaku karena sedikit pusing

"Aku akan menelfon manager" ucap Zein dengan bergegas. Emma pun menyuruhku berbaring dan memijat kakiku agar aku tidak pusing lagi

""Pak Manager. Ini Zein. Saya ingin bertanya... Apa golongan darah korban yang dibunuh di supermarket itu?""

""Golongan darahnya. B" semua orang yang berada di ruangan itu terkejut

"Emma?" aku pun tertidur karena kelelahan

Pagi tiba. Dimana aku melihat Emma yang tertidur di samping kakiku

"Kau sudah bangun?" tanya Zein dengan membawakanku sarapan. Aku pun perlahan mencoba untuk duduk

"Emma sangat lelah. Biarkan dia tidur seperti itu" ucap Zein dengan mengulurkan secangkir teh padaku

"Terima kasih" aku pun meminumnya

"Kita ini 1 tim. Kita harus akur dan saling menyayangi" ucap Zein dengan tersenyum padaku, aku pun membalas senyuman Zein

"Omong omong, ini dimana?" tanyaku kebingungan

"Ini Apartemen kita yang disediakan oleh manager kita" tiba tiba terdengar suara pintu terbuka

"Oh kamu sudah bangun toh?" tanya Ichi padaku

"Ichi?" tanyaku

"Aku membawakanmu buah buahan... Tapi bukan berarti aku peduli padamu. Ini perintah Zein. Aku udah berusaha menolaknya" ucapnya dengan malu malu. Aku pun tersenyum

"Sejak kecil... Kamu tak pernah berubah ya"

"Aku udah berubah lho!"

"Nih dadaku semakin besar saat aku berusia 12 tahun kan. Hmph" ucapnya dengan meremas dadanya dengan wajah yang merah. Emma perlahan membuka matanya dan melihatku

"Kamu sudah bangun?" tanyaku, perlahan wajah Emma memerah dan langsung terkejut karena bertatapan denganku. Emma pun terjatuh

"Emma?" tanyaku terkejut. Zein tertawa

"K-K-kenapa aku bisa tertidur disitu?" tanya Emma gemetaran

Kami pun bersiap siap untuk ke supernarket lagi. Toh ini sudah jam 3 pagi. Kali ini, Ichi ikut bersama kami. Dia yang mengemudikan Mobil kami, Emma duduk di sebelahnya. Aku dan Zein duduk dibelakang

"Ichi"

"Apa?"

"Apakah kamu sudah memiliki rekan kerja?"

"Sudah. Tapi dia adalah seorang gadis Manshin"

"Ouh begitu..." "Apakah kamu menikmati kerja bersamanya"

"Sedikit. Dia terkadang sering menyendiri saat di kamar apartemenku"

"Mungkin dia hanya merasa bersalah padaku. Setiap kali ada misi, dia selalu mengacau"

"Ya begitulah Manshin. Barang ciptaan manusia tidaklah sempurna, begitu juga dengan manusianya" ucap Zein dan membuat seluruh yang berada di Mobil ini terkesan dengan kata kata Zeind

"Ichi. Apakah kamu sudah memiliki pacar?" Ichi langsung salah tingkah dan hampir menabrak.

"Bodoh! jangan menanyakan itu saat aku mengemudi!"

"Heee wajahmu merah tuh!"

"Grggghhh... Bukan berarti aku punya pacar"

"Lalu, kok dadamu bisa tumbuh secepat itu?"

"Itu karena aku udah remaja!" ucapnya dengan kesal padaku. Aku dan Zein pun tertawa

***

"Aezard" tanya Emma. Aku yang tadinya melihat keluar jendela langsung menoleh ke arah Emma

"Kenapa?" tanyaku

"Bagaimana kamu, Zein dan juga Ichi saling kenal?" tanyanya dengan wajah yang polos

"Itu sudah lama sekali. 4 tahun lalu... saat umur kami masih 11 tahun"

Terlihat Aezard kecil yang sedang duduk di tepi sungai. Di jalan setapak pun terlihat Zein kecil yang memandang Aezard dari atas. Kebetulan jalan setapaknya berada di atas gundukan tepi sungainya. Zein kecil pun menghampiri Aezard yang sedang merenung

"Halo. Siapa namamu?" tanya Zein padaku

"Namaku... Aezard" jawabku dengan meneteskan air mataku

"Kamu kok nangis" ucap Zein dengan berjongkok dan mengusap air mataku

"Enggak papa. Aku hanya ingin tahu dunia luar kota ini seperti apa" ucapku dengan tersenyum memandang sungainya yang mengalir dengan tenang

"Diluar kota ini ada Manshin yang jahat. Ibuku tidak memperbolehkanku untuk keluar kota ini" ucapku

"Bagaimana jika kau ikut pasukan pengintai saja?" ucap Zein dengan antusias

"Pasukan pengintai? apa itu?" tanyaku kebingungan

"Pasukan pengintai di Terminal Manshin. Tugasnya itu menyelidiki kota lain lho. Dan juga sebagai detektif di kota ini. Siapa tahu kita bisa dapat informasi kota lain!" ucapnya dengan antusias. Aku pun juga langsung antusias

"Wahhh!!! kelihatanya keren! aku akan ikut. Kau juga ikut kan?" tanyaku dengan bersemangat

"Iyah! pasti!" aku pun menggandeng tangan Zein untuk menuju kerumahku

"Ayo ikut aku untuk ijin ke orang tuaku" kami pun saling tertawa dan sangat gembira, karena kami memiliki tujuan yang sama

"Tidak boleh! pokoknya tidak boleh!" teriak ibukku

"Apa kamu tahu ada berapa orang yang mati karena menyelidiki tentang kota lain?! apa kamu tahu berapa orang yang mati karena dibunuh oleh Manshin jahat?! apa kamu tahu?!"

"Sudahlah... Meila" ucap ayahku dengan memegang pundak ibuku

"Rasa penasaran manusia tidak bisa dicegah oleh aturan. Biarkan anakmu untuk mengetahui dunia lebih luas lagi"

"Tapi sayang... bantu aku untuk mengyakinkan Aezard"

"Dia sudah memiliki tekadnya sendiri sejak kecil. Dia akan menjadi konduktor yang hebat" ucap ayahku dengan mengelus kepalaku

"Ayah mau kemana?" tanyaku

"Ayah akan pergi untuk menyelidiki kasus pembunuhan di Supermarket" aku tersenyum antusias untuk hasil kerja ayahku

"Hati hati ya!" entah kenapa dia terlihat ketakutan

----------

"Seperti itulah caraku bertemu Zein" ucapku

"Lalu bagaimana caramu bertemu dengan Ichi?" tanya Emma dengan polos

"Oh. Dia teman kelasku" dia pun langsung kesal denganku

"Buset marah"

"Berisik! ini kita dah mau sampai di supermarketnya! bersiap siaplah"

Kami pun langsung berlari menuju ruang parkir bawah tanah. Ichi dan Emma langsung menemui tukang parkir itu. Sedangkan aku dan Zein akan mencari informasi mengenai tukang parkir itu di gudang supermarket untuk mencari data resminya. Karena menurutku, tukang parkir di supermarket biasanya resmi dan memiliki data. Di datanya, dia mempunyai gadis Manshin

"Manshin?" ucap Zein kebingungan

"Aku sudah menemukan jawabannya" Zein pun langsung berlari menuju tempat parkir. Aku segera menyusulnya dengan cepat

"Zein. Beritahu aku!" ucapku dengan berlari, namun Zein hanya terdiam dengan raut wajah menyesal dan sedih dan takut yang bercampur. Kami pun tiba di tempat parkir. Tanpa lama lama Zein langsung menembak kaki tukang parkir itu. Tukang parkir itu kesakitan. Emma dan Ichi terkejut aku pun juga, karena Zein menembak orang tak bersalah

"Zein!" aku pun memukul Zein karena kupikir Zein melakukan itu karena dia curiga kepada tukang parkir itu

"Apa kau sudah gila? nembak orang sembarangan" ucapku dengan berteriak didepan wajah Zein sembari memegang kerah bajunya

"Pak. Kau baik baik saja?" tanya Ichi dengan khawatir

"Jadi... Aku ketahuan ya?" ucap tukang parkir itu. Emma, Ichi dan aku terkejut. Sedangkan Zein hanya diam merenung. Zein perlahan bangkit dan menuju ke tukang parkir tersebut

"Kau anak yang cerdas" ucap tukang parkir itu kepada Zein dengan menahan rasa sakitnya

"Maafkan aku" Zein pun menembak kakinya lagi untuk kedua kalinya. Emma dan Ichi terkejut. Aku langsung berlari menuju Zein dan langsung mengambil pistol milik Zein

"Sejak kapan kau membawa pistol Zein?!" tanyaku dengan kesal

"Apa kau lupa dengan tujuanmu kesini... Aezard"

"Untuk pergi keluar kota bukan?"

"Aku membawa pistol untuk jaga jaga dalam misi kita"

"Kenapa kamu menembak 2 kali?"

"Aku hanya ingin dia menyesal atas tindakannya" ucap Zein dengan meneteskan air matanya

"Pak tukang parkir. Jelaskan apa yang terjadi" tanya Emma dengan kebingungan

"Aku hanya melindungi anakku. Dia hampir ditikam oleh sebuah organisasi kejahatan. Aku tidak tahu organisasi apa... Yang jelas aku hanya melindungi anakku dari kejaran mereka. Mereka mengejar anakku di supermarket dan menuju ke tempatku bekerja, yaitu tempat parkir. Disinilah aku langsung reflek menusukkan pisau kepada salah satu orang yang mengejar anakku. Hingga dia kehabisan darahnya. 2 hari setelah kejadian itu masuk televisi, aku melukai diriku sendiri dengan pisau untuk menyembunyikan identitasku. Agar orang orang mengiraku sebagai korbannya juga" ucapnya dengan menyesal

"Anakmu... Itu Manshin kan?" tanya Zein. Tukang parkir itu menangis

"Jangan menyebutnya Manshin. Aku sudah menganggapnya sebagai anakku sendiri"

"Kau tahu akibat perang 200 tahun lalu. Seharusnya masyarakat awam tahu itu"

"Aku tidak tahu"

"Seseorang yang mempunyai Manshin, jika melanggar aturan, Manshinnya juga akan dihukum. Itulah kenapa sekarang Manshin sangat memperihatinkan. Mereka akan punah oleh sifat manusia yang main hakim sendiri. Tapi aku hanyalah pegawai. Jadi aku akan mengorbankan Manshinmu juga" ucap Zein dan membuatku terkejut

"Tunggu Zein. Apakah benar begitu?" ucapku dengan khawatir

"Seseorang yang menghilangkan hal berharga bagi orang lain, hal berharga orang yang menghilangkan hal berharga orang lain itu juga akan menghilang"

"Apa maksud perkataanmu?"

"Karma. Itulah kehidupan. Semua hal yang kita lakukan, akan ada balasannya"

"Panggil Manshinku kemari" ucap Zein

"B-baik" jawab tukang parkir itu dengan menangis

Tak lama, Manshin itu pun datang. Dimana dia adalah gadis yang cantik. Manshin itu langsung berlari menuju pemiliknya

"Ayah!" teriaknya dengan berlari menuju tukang parkir itu

Ichi meneteskan air matanya, Emma memasang wajah kasihannya, Zein memasang wajah bersalahnya

"Ruli... Terima kasih sudah menemaniku selama 10 tahun ini. Kamu juga akan terkena hukuman atas tindakan bodohku ini" Ruli pun memeluk tukang parkir itu

"Ayah.... 10 tahun bersamamu, walaupun itu sebagai anak tirimu... itu sangat menyenangkan" ucapnya dengan meneteskan air matanya

"Aku sudah tahu bahwa hal ini akan terjadi padamu. Aku diberi tahu oleh seseorang di mimpiku, bahwa aku akan mati" ucapnya dan membuat semua orang yang ada disana terkejut

"Apa?!" ucapku kebingungan

"Meskipun begitu. Aku tetap berusaha mencegah hal itu, namun tidak bisa" ucapnya dengan menangis semakin menjadi jadi

"Pak tukang parkir" mereka menoleh ke arah Zein "Aku lupa memberi tahukan hukuman untuk Manshinnya"

"Hukumannya adalah mereset ingatannya. Bertujuan untuk menghilangkan hal buruk yang Manshin itu alami. Karena di era yang damai ini, Manshin perumahan melambangkan kedamaian dan keceriaan" ucap Zein

"Artinya... Aku masih bisa melihat Ruli walaupun ingatannya tentangku tidak ada?"

"Kemungkinan seperti itu. Dan ada juga kemungkinan ingatannya akan kembali jika kau melakukan hal yang membuat kenangan kalian berdua menjadi indah" ucap Zein dan membuat kami semua terkejut

"Baiklah... Aku akan menerima hukumannya. Selamat tinggal ayah"

"Selamat tinggal Ruli" mereka berpelukan kembali

"Emma. Sekarang" Emma pun mengeluarkan semacam kalung, dan kalung itu dipakaikan ke Ruli, Emma juga memakai kalung itu. Emma menempelkan jidat mereka berdua dan Emma membisiki sesuatu kepada Ruli sebelum Ruli dihilangkan ingatannya. Tukang parkir itu hanya bisa tersenyum dan meneteskan air matanya kembali

"Pak tukang parkir. Anda hanya akan dipenjara 2 tahun. Aku akan sering berkunjung ke kamar anda" ucapku dengan menenangkannya

"Terima kasih..."