webnovel

Chapter 92 – Mencari Keadilan

Saat mereka sampai di kantor desa, kepala desa sudah diberitahu tentang kejadian tersebut.

Saat melihatnya, Gu Xiangnan langsung berkata, "Kepala Desa, aku tahu banyak orang di desa selalu menganggap kami, pemuda terpelajar, sebagai orang luar. Namun, kami datang ke pedesaan sebagai respons terhadap seruan negara untuk berkontribusi pada pembangunan pedesaan, bukan untuk dipermalukan.

Penduduk desa yang ingin melakukan pembunuhan hanya karena mereka tidak puas dengan tindakan para pemuda terpelajar, adalah alasan yang tidak dapat kami terima!

Kami bekerja sama dengan penduduk desa setiap hari, ikut bekerja dan dalam segala aktivitas apapun, dan kami yakin kalau kami tidak melakukan kesalahan apapun terhadap penduduk desa. Jika penduduk desa benar-benar terus bertindak seperti ini, maka kami berencana untuk pergi ke kantor pemuda terpelajar dan menanyakannya. Apakah kita ditugaskan ke pedesaan memang untuk ditindas dan disia-siakan?"

Mendengar hal ini, kepala desa jadi cemas dan segera menjelaskan, "Pemuda Terpelajar Gu, bukan seperti itu. Penduduk desa tidak mempunyai pemikiran seperti itu. Kami tidak pernah menganggap pemuda terpelajar sebagai orang luar."

Pernyataan ini terkesan dipaksakan, karena kedua belah pihak tahu betul di dalam hati mereka bahwa pemuda terpelajar memang tidak pernah menerima perlakuan yang sama dengan yang diterima oleh penduduk desa.

Gu Xiangnan memahami hal tersebut, tapi dia tidak ingin memperburuk situasi karena itu bukanlah tujuannya.

"Aku mengerti maksud bapak, Kepala Desa, tapi tidak semua orang di desa memiliki pemikiran yang sama. Ambil saja contoh, insiden yang terjadi pada Pemuda Terpelajar Jiang. Seorang penduduk desa terus mengganggunya, dan tidak peduli sekeras apa dia menjelaskan kalau dia tidak tertarik, semuanya sia-sia.

Sampai akhir pun, setelah ia menikah dan memperoleh akta nikah, dengan alasan marah dan tidak mau menerima kenyataan tersebut, warga desa itu langsung mendorongnya sampai jatuh ke sungai.

Apakah kita punya kewajiban untuk memenuhi setiap keinginan warga desa? Kalau kami menolak, apakah mereka berhak untuk menggunakan cara lain? Kalau begitu, apa aku boleh berasumsi bahwa kita bahkan tidak bisa menjamin keselamatan kita sendiri di desa ini?

Kalau memang begitu permasalahannya, aku benar-benar harus pergi ke kantor pemuda terpelajar dan bertanya, atau mungkin meminta keluarga ku untuk membantu ku pindah ke tempat lain untuk melakukan pembangunan pedesaan."

Mendengar perkataannya, kepala desa tidak hanya menjadi cemas, tapi sekretaris yang sebelumnya diam pun ikut cemas dan buru-buru berbicara, "Pemuda Terpelajar Gu, kamu berpikir berlebihan. Kejadian ini hanya sebuah kecelakaan. Shi Chunyan hanyalah anak kecil dan juga perlakuannya tidak mencerminkan kepribadian seluruh orang di desa. Tenang saja, kami akan membuatnya meminta maaf pada Pemuda Terdidik Jiang. Dia memang bersalah."

Namun, permintaan maaf yang sederhana jelas bukan hasil yang diinginkan semua orang.

Pada saat ini, Sun Shengnan, mewakili perempuan muda terpelajar, angkat bicara.

"Kepala Desa, Sekretaris, kalian tahu bagaimana pandangan penduduk desa terhadap kami, generasi muda terpelajar. Kalian pasti sudah menyadari bagaimana beberapa pemuda terpelajar menikah dengan penduduk desa di masa lalu. Kasus seperti yang dialami oleh Remaja Terpelajar Jiang juga pernah terjadi sebelumnya.

Di masa lalu, kami, generasi muda terpelajar, tidak berdaya dan tidak bisa melawan. Namun, jika kami didorong sampai tepi jurang, kami akan melakukan apapun!

Kami percaya bahwa sebagian besar penduduk desa adalah orang-orang baik, namun tolong pastikan bahwa penduduk desa lainnya juga tahu batasan yang ada. Jika pemuda terpelajar memang benar-benar punya perasaan yang sama dengan penduduk desa, kami tidak akan mengatakan apapun. Tapi, jika mereka menggunakan trik kotor untuk memaksa kami tunduk, kami pasti akan angkat bicara."

Kata-katanya merupakan peringatan yang jelas, dan baik kepala desa maupun sekretaris tidak memiliki ekspresi yang baik di wajah mereka.

Namun, mereka tidak bisa berkata apapun karena bagaimanapun juga mereka adalah pihak yang salah di sini.

Mereka hanya bisa berjanji pada para pemuda terpelajar bahwa mereka akan mengawasi penduduk desa setelah ini serta memperlakukan penduduk desa dan pemuda terpelajar secara setara.

Dengan janji tersebut, mereka dengan enggan menenangkan para pemuda terpelajar dan membuat mereka pergi.

Setelah mereka pergi, kepala dan sekretaris desa masih memasang ekspresi tidak menyenangkan di wajah mereka.

"Sekelompok bocah nakal, berani mengancamku!"

Mendengar perkataan sekretaris, kepala desa menggelengkan kepalanya. "Itu karena ada seseorang yang mendukung mereka dari belakang. Aku menghadiri pertemuan di kota, dan direktur bertanya tentang Pemuda Terpelajar Gu, mengatakan seseorang dari daerah meminta untuk menjaganya."

"Benarkah? Bukankah keluarganya dari Beijing? Bagaimana bisa mereka mempunyai pengaruh di sini?"

Kepala desa menghela nafas. "Siapa yang tahu, tapi bagaimanapun juga, mereka memiliki wewenang lebih dari ku, yang hanya seorang kepala desa kecil. Aku hanya bisa menuruti permintaan mereka."

"Huh," sekretaris itu juga menghela nafas.

Kepala desa merenung sejenak. "Mari kita coba menahan penduduk desa. Apa yang mereka lakukan sebelumnya memang keterlaluan."

Sekretaris itu mengangguk. "Bagaimana dengan Tuan Shi?"

"Mau bagaimana lagi? Dia harus meminta maaf dan memberikan kompensasi. Untungnya, kita bisa menyelamatkan anak itu tepat waktu hari ini. Kalau seseorang sampai kehilangan nyawanya, kita tidak akan bisa lepas dari konsekuensinya!"

"…Menurutku dia tidak akan mau."

Wajah kepala desa menjadi dingin. "Mau atau tidak, dia harus melakukannya. Tidak ada jalan lain. Baiklah, aku akan pergi dan berbicara dengannya."