webnovel

Chapter 157 – Sun Shengnan bisa Melihat Semuanya dengan Jelas

Saat Sun Shengnan pulang ke rumah, reaksi keluarganya lebih ke terkejut daripada gembira. Mereka melihatnya pulang dengan tangan kosong dan langsung bersikap dingin terhadapnya, meskipun mereka tahu dia sudah melakukan perjalanan yang jauh selama berhari-hari naik kereta dan pasti kelelahan. Alih-alih menyuruhnya untuk istirahat, mereka malah langsung menyuruhnya bekerja.

Selama berada di rumah, dia selalu disibukkan dengan tugas-tugas yang tidak ada hentinya.

Orangtuanya sepertinya tidak merindukannya, dan adik-adiknya tidak menunjukkan kekhawatiran apakah dia menderita selama hidup di pedesaan. Mereka bertanya dengan dingin kenapa dia pulang dan kapan dia akan pergi lagi ke desa.

Yang lebih membuatnya kesal adalah mengetahui bahwa dia tidak lagi mempunyai tempat di rumahnya sendiri.

Kamarnya menghilang, dan orang tuanya menggunakan alasan kalau dia tidak boleh tinggal di rumah lebih dari beberapa hari. Kemudian, menyuruhnya tidur di ruang tamu yang sederhana dan melarangnya untuk mengganggu adik perempuannya yang sedang mempersiapkan ujian untuk masuk sekolah menengah.

Dia tidak pernah membayangkan bahwa dia akan menjadi orang asing di rumahnya sendiri!

Menghadapi anggota keluarga yang bersikap seperti itu, Sun Shengnan merasa agak putus asa.

Dia tidak mengerti kenapa keluarga dekat yang ada di ingatannya tiba-tiba menjadi seperti ini.

Setelah menghabiskan beberapa hari di rumah, orang tuanya sudah menanyakan kapan dia akan pergi ke desa, dan mereka bilang kalau mereka tidak bisa memberikan bantuan apapun, khawatir dia akan datang untuk meminta uang.

Jadi, meskipun awalnya dia berencana untuk tinggal di rumah sampai Festival Lentera, dia berangkat pada hari kelima bulan pertama.

Selama tiga hari perjalanan kembali ke desa, dia sudah bisa menerima kenyataan pahit itu.

Mungkin mereka benar-benar mengira dia tidak akan pernah bisa kembali ke kota lagi.

Itu sebabnya mereka memperlakukannya seperti ini, karena tak seorang pun di kota menginginkan kerabat miskin dari pedesaan.

Mendengar ceritanya, Lu Xia juga merasa agak sedih.

Memang benar, dia sengaja meminta Sun Shengnan pulang dengan tangan kosong untuk melihat sifat asli keluarganya dan memutuskan keterikatan yang masih ada.

Bagaimanapun juga, dia benar-benar menyukai Sun Shengnan secara pribadi – orang ini begitu jujur, bijaksana, dan baik hati. Jarang sekali ada orang seperti dia yang bisa mempertahankan jati dirinya selama bertahun-tahun hidup di pedesaan.

Jadi, saat dia mendengar bahwa Sun Shengnan mengirimkan sebagian besar uang dan barang-barang nya ke rumah serta hidup berhemat untuk keluarga nya, Lu Xia merasa kasihan padanya.

Tapi dia tidak menyangka keluarga Sun Shengnan akan lebih buruk dari yang dia bayangkan. Mereka bahkan tidak membiarkannya masuk ke kamarnya sendiri dan sangat menyakiti hatinya.

Lu Xia langsung menghiburnya, "Jangan terlalu memikirkannya. Terkadang, hubungan orang tua dan anak adalah soal takdir. Mulai sekarang, hiduplah untuk dirimu sendiri."

Menarik napas dalam-dalam, Sun Shengnan menjawab perlahan, "Aku tahu. Pada awalnya, sulit bagiku untuk menerimanya, dan aku merasa sangat sedih. Tapi setelah beberapa hari terakhir ini, aku mulai bisa menerimanya.

Aku mengerti kenapa mereka memperlakukan ku seperti itu. Mereka pasti mengira kalau aku tidak akan pernah bisa kembali ke kota, kalau aku akan menghabiskan seluruh hidup ku di pedesaan. Mereka mengira aku tidak berguna, dan mereka meremehkan ku. Mereka takut aku akan menyeret mereka ke bawah.

Bahkan adik perempuanku, yang menikah pada musim gugur lalu, tidak berterima kasih kepadaku atas hadiah yang kupilih dengan hati-hati untuk kuberikan padanya. Sebaliknya, pertanyaan pertamanya adalah kenapa aku repot-repot pulang ke rumah kalau aku tidak bisa tinggal di kota."

Saat ini, Sun Shengnan menertawakan dirinya sendiri. Memikirkan bagaimana dia sudah berhemat dan menabung begitu lama hanya untuk membelikan sepasang sarung bantal membuatnya merasa seperti dia menyia-nyiakan perasaannya yang tulus.

Namun meski tertawa, dia tidak bisa menahan tangisnya.

Melihat hal ini, Lu Xia menghela nafas dan mengeluarkan saputangan untuk menyeka air matanya, sambil berkata, "Jangan menangis. Kamu adalah orang yang baik. Merekalah yang tidak bisa melihat ketulusan mu. Karena mereka sangat meremehkanmu, kamu harus hidup dengan baik di masa depan dan membuktikan bahwa mereka salah!"

Mendengar kata-kata ini, Sun Shengnan tidak bisa menahan tawanya, "Kamu benar-benar…"

Setelah tertawa, Sun Shengnan perlahan-lahan mendapatkan kembali ketenangannya. "Aku minta maaf. Aku sudah menahan emosiku beberapa hari terakhir ini, jadi aku sedikit terbawa emosi."

Lu Xia menggelengkan kepalanya, "Tidak apa-apa. Terkadang ada baiknya untuk melampiaskannya; kalau tidak, rasanya akan terlalu menyesakkan."