webnovel

Chapter 154: Janji di dalam Kegelapan

Lu Xia: "…Oke, aku tidak bisa memikirkan alasan lain lagi untuk menolak." Akhirnya, dia pasrah pada nasibnya, melepas jaketnya, dan masuk ke dalam selimut.

Untung saja tempat tidurnya cukup besar sehingga tidak terasa sempit saat berbagi selimut.

Setelah beberapa saat, Jiang Junmo mematikan lilin dan naik ke tempat tidur di sisi yang lain. Dia tidak mendekat, sehingga ketegangan di tubuh Lu Xia sedikit berkurang.

Mereka berdua berbaring di sana, tidak tahu berapa lama waktu telah berlalu. Lu Xia tidak merasa mengantuk sama sekali, mungkin karena dia sudah tidur siang. Lalu, dia tiba-tiba merasakan Jiang Junmo memegang tangannya.

Lu Xia menjadi sedikit gugup.

Pada saat itu, Jiang Junmo dengan lembut bertanya, "Apa kamu sudah tidur, Xia Xia?"

Lu Xia: "…Belum."

Jiang Junmo: "Aku juga belum."

"…" Lu Xia terdiam. Tentu saja, kalau kamu sudah tidur, kamu tidak akan berbicara denganku!

Jiang Junmo sepertinya menyadari hal itu dan tidak bisa menahan tawanya.

"Xia Xia, aku sangat senang."

"Senang karena apa?"

"Senang akhirnya kita bisa bersama!"

Lu Xia tidak bisa tidur, jadi dia pikir dia akan mengobrol dengannya sebentar ketika dia menyadari Jiang Junmo ingin mengatakan sesuatu. Tapi kata-katanya yang terus terang membuatnya bingung bagaimana harus merespons.

Jelas sekali, Jiang Junmo juga tidak mengharapkan Lu Xia untuk memberikan respon. Jiang Junmo terus berbicara, sementara Lu Xia hanya mendengarkan dengan tenang.

"Dulu, aku tidak mengerti kenapa ibu ku, setelah mengetahui ayah ku mengalami kecelakaan, memutuskan untuk mencarinya segera setelah melahirkan ku dan tidak pernah kembali lagi. Sebagai seorang anak, aku membenci mereka berdua, dan aku tidak mengerti mengapa seorang ibu bisa dengan mudah menelantarkan anaknya seperti itu.

"Tapi sekarang aku paham. Itu karena cinta. Dia bukannya tidak mencintaiku, tapi dia lebih mencintai ayahku.

"Dia tahu meskipun aku kehilangan orang tua, aku masih memiliki kakek, paman, dan yang lainnya, dan aku akan hidup dengan baik. Tapi tanpa suaminya, dia tidak bisa melanjutkan hidupnya.

"Jadi dia pun pergi…

"Xia Xia, aku mengerti sekarang. Karena aku juga punya seseorang yang kucintai.

"Dan yang membuatku lebih bahagia adalah kasih sayang itu tidak bertepuk sebelah tangan. Kamu juga menyukaiku!"

Lu Xia tersipu dalam kegelapan saat mendengar ini. 'Apa maksudnya aku juga menyukainya? Omong kosong, kapan aku pernah mengatakan itu?!'

Dia hendak menyangkalnya, tapi Jiang Junmo melanjutkan, "Xia Xia, kamu adalah seseorang yang pantas untuk disayangi dan baik hati. Aku senang aku memilih untuk menjadi sukarelawan di daerah pedesaan, karena hal itu memungkinkan ku untuk bertemu dengan mu."

Saat dia mengatakan ini, Lu Xia merasakan cengkeraman tangan Jiang Junmo di tangannya semakin erat.

"Xia Xia, aku akan memperlakukanmu dengan baik. Aku akan memperlakukanmu dengan baik selama sisa hidupku. Mari kita jalani hidup yang baik dan bersama selamanya, oke?"

Dalam kegelapan, Jiang Junmo menunggu jawaban untuk waktu yang lama tapi tidak mendengar apa pun.

Tidak tahu berapa lama waktu sudah berlalu, ketika dia hampir kehilangan harapan, dia akhirnya mendengar suara Lu Xia.

"Oke…"

Jiang Junmo tidak bisa menahan kegembiraan dan kecemasannya lagi. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengulurkan tangan dan memeluknya.

Pada saat yang sama, Lu Xia juga dipenuhi dengan emosi dan kegembiraan yang campur aduk.

Pada awalnya, saat dia menikah dengan Jiang Junmo, dia berpikir bahwa pernikahan akan membantunya menghindari banyak hal yang menyusahkan.

Namun, setelah menghabiskan waktu bersama, dia perlahan-lahan menyadari bahwa Jiang Junmo sebenarnya adalah orang yang luar biasa dan baik. Jiang Junmo bukanlah manusia yang tidak berperasaan, dan tentu saja, Lu Xia mendapati dirinya semakin tertarik padanya tanpa disadari.

Namun jauh di dalam lubuk hatinya, dia selalu merasa bahwa hubungan mereka dimulai secara dramatis, mungkin terlalu santai, dan dia tidak sepenuhnya yakin apakah pernikahan ini bisa bertahan lama.

Oleh karena itu, mengenai hubungan mereka sebagai pasangan dan perkembangannya di masa depan, Lu Xia selalu merasakan adanya ketidakpastian.