"Pak, istri Bapak sudah meninggal sebelum datang ke sini. Tadi saya memeriksa Ibu ini sudah tidak bernyawa karena kehilangan banyak darah," jawab Dokter.
Roni merasa sangat bersalah. Kepalanya sakit seperti tersambar petir. Ia tidak mau dikatakan sebagai seorang pembunuh.
"La-lalu bagaimana janin yang dikandung, Dok?" tanya Roni terbatas.
"Janinnya pun juga tidak bernyawa. Karena sabetan pisau bahkan janinnya juga sudah terbelah. Kami akan membersihkan semuanya. Tetapi Bapak silakan urus administrasinya dulu. Nanti kalau sudah selesai jenazah bisa dibawa pulang," jawab Dokter.
Roni menjadi lemas. Di tangannya sendiri, istri dan calon anaknya meninggal. Ia kemudian tidak bisa berkata-kata lagi. Bahkan untuk berdiri saja tidak sanggup. Ia hanya memandangi kain putih yang menutupi jenazah Laila.
Padahal baru saja mereka akan memperbaiki hubungan. Tetapi kini Laila sudah meninggal. Bahkan di tangannya sendiri Laila kehilangan nyawa.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com