webnovel

BERMAIN CINTA

Angelin dan Anggara merupakan musuh sejak kecil keduanya bertekad untuk saling bersaing, Angelin bahkan sudah mengklaim Anggara sebagai musuhnya seumur hidup namun berbeda dengan Anggara yang sudah menyimpan rasa sejak dulu kepada Angelin.

Arsitaaa24 · Histoire
Pas assez d’évaluations
12 Chs

TERSAKITI

"Baiklah anak-anak dengarkan bapak baik-baik." Suara murid kelas IPA 1 yang tadinya gaduh kini sepi seketika saat pak Dahlan mulai berbicara. Baik anak-anak kelasnya maupun Tasya yang memadang pak Dahlan dengan tatapan memuja terkecuali anak laki-laki dan kedua gadis lain yaitu Angelin dan Talitha.

"Minggu ini adalah pertemuan terakhir kita di semester 4, dan seperti yang telah kalian ketahui minggu depan adalah ujian akhir semester 4 yang akan menentukan naik atau tidaknya kalian menuju kelas 12 nanti. Bapak harap kalian belajar dengan rajin agar kita bisa bertemu lagi di kelas 12 nanti."

"Memangnya bapak akan menjadi wali kelas kita lagi setelah kenaikan kelas nanti?" tanya seorang murid laki-laki di kelas tersebut yang bernama Dodit. Pak Dahlan tersenyum selagi matanya menatap ke arah Tasya yang juga sedang menatapnya.

"Tentu saja bapak akan menjadi wali kelas kalian lagi, tidak apa kan?"

"TIDAK!"

"Tasya apa-apaan kau ini, membuat malu saja." protes Angelin sedangkan Tasya tak mempedulikan nya. Ia masih terus memandang ke depan dimana pujaan hatinya tengah berdiri dengan tubuh tegapnya yang terlihat sexy dimatanya.

Ohh tidak aku menginginkannya.

"Baiklah hanya itu yang bisa bapak sampaikan, semoga sukses dengan ujiannya, good luck."

Suara gaduh kembali hadir setelah wali kelas tersebut keluar,  Tasya bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan keluar kelas mengikuti pak Dahlan bahkan tak menghiraukan panggilan Angelin yang di tunjukan untuknya.

Angelin mendengus kesal.

Ia mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kelas dan melihat Devan yang tengah mengobrol dengan beberapa temannya, Lalu tatapannya terkunci pada seorang pria yang tengah melakukan kebiasaannya yaitu 'tidur dikelas'.

Siapa lagi jika bukan Anggara. Angelin merasa tenang karena selama semester 4 ini pria itu jarang mengganggunya bahkan bisa dibilang tak pernah mengganggunya lagi, meskipun sedikit bersyukur tapi Ia juga merasa sedikit sedih dan tak tenang karena sikap Anggara yang jauh berbeda dari sikapnya yang seperti biasanya, pria itu jauh lebih dingin dan tak tersentuh. Bahkan beberapa kali Angelin melihat Anggara selalu menyendiri tak di temani Anthony yang biasanya mereka selalu terlihat menempel.

Semenjak pertengkarannya 5 bulan lalu Anggara seolah menjauh darinya, meskipun Angelin senang tapi Ia juga jadi merasa tak enak kepada pria itu apalagi Anggara sudah tak pernah terlihat bersama kakaknya lagi.

Sudahlah untuk apa Angelin memikirkannya, jalani apa yang ada saat ini dan jangan melihat kebelakang,  karena mengingat masa lalu pun akan membuat kepalanya bertambah pusing. Kurang lebih 11 tahun terakhir hidupnya selalu penuh dengan ketegangan dan amarah Ia takut jika dirinya akan terlihat tua di usianya yang masih muda karena terus menerus meladeni sikap Anggara.

***

"Pak Dahlan..." bukan sebuah panggilan melainkan sebuah desahan yang keluar dari mulut kecil Tasya, saat pak Dahlan meremas gundukan kenyal muridnya tersebut. 

Tak mempedulikan dimana mereka berada yang terpenting saat ini hasratnya harus terpenuhi. Pak Dahlan mengunci ruangannya lalu membawa Tasya ke sebuah sofa dan mendudukannya di atas pangkuannya.

Tasya tak tinggal diam Ia mulai mencium bibir pria yang menjadi wali kelasnya tersebut dengan rakus, sesekali meremas rambutnya saat Dahlan meremas pantatnya.

"Pak...."

"Shutt... Nikmati saja."

Sial Tasya sudah benar-benar kabut akan gairahnya, Ia hanya mampu mengerang dan menerima setiap sentuhan Dahlan pada setiap jengkal tubuhnya.

***

"Si Tasya kemana sih, pake segala ngikutin pak Dahlan, dia pikir bisa ena-ena di sekolahan? Awas aja kalau aku memergokinya, aku akan menonton."

"Aisshh apa yang kupikirkan dasar otak mesum." gerutu nya pada dirinya sendiri tangannya Ia gunakan untuk memukul kepalanya. Hingga sebuah suara menghentikan kegiatannya memukul kepala.

"Misskuinn." Angelin menatap Talitha dengan sinis saat gadis itu memanggilnya dengan kata Miss Queen tapi Ia berkata seolah mengucapkannya menggunakan bahasa indonesia yaitu Misskuin.

"Ada apa Ondel-ondel?" balasnya tak kalah membuat gadis di depannya itu memasang wajah kesal.

"Jangan terus memanggilku dengan sebuatn itu."

"Seharusnya kau intropeksi dirimu Ondel-ondel, memangnya kau sendiri menyebutku bagaimana tadi?"

"Panggilan itu memang pantas untukmu."

"Oh ya? Kurasa panggilan Ondel-ondel juga pantas untukmu."

"Angelin." kedua gadis yang tengah berdebat tersebut menoleh ke sumber suara.

"Ada apa Anthony?" tanya Angelin.

"Bisa aku bicara berdua denganmu?" katanya, tanpa melihat ke arah Talitha. Gadis yang mendapatkan kecupan 5 bulan lalu merasakan sakit di dadanya tepat nya di hatinya melihat Anthony yang bahkan tak menoleh sedikitpun padanya.

"Ada apa? Tumben sekali?"

"Sudahlah Ayo cepat." katanya selagi menarik lengan Angelin menjauh dari tempat tersebut dan dari Talitha yang melihat pemandangan menyakitkan tersebut dengan memegangi dadanya yang terasa bercenat-cenut.

***

"Ada apa ini?" tanya Angelin saat melihat keramaian di dalam kelasnya.

"Anggara sama Devan berantem." jawab Anthony.

"Apa? Berantem?"

"Gak ada yang berani buat misahin mereka, kurasa kau bisa melakukannya Angelin. Sebelum pak Dahlan datang."

Angelin berjalan memasuki kerumungan tersebut dan ternyata benar saja bahwa Anggara dan devan tengah bergulat tanpa ampun seolah keduanya memiliki dendam dan siap untuk saling membunuh, bahkan teman-teman yang melihatnya tak ada yang berani memisahkan mereka. Bangku beserta meja-meja sudah terlihat berantakan.

"Anggara Devan stop!" teriakan Angelin hanya di anggap sebagai angin lewat oleh mereka berdua, tentu saja mereka tak akan mendengarkan ucapannya jika dalam kondisi menegangkan seperti ini. Saat matanya melihat Anggara yang hendak melayangkan pukulan pada Devan Angelin berlari dan berdiri di tengah-tengah mereka menghalangi kejadian buruk yang akan terjadi,  Angelin pun menutup matanya rapat-rapat dengan wajah mengerucut.

Merasa tak ada hal apapun yang terjadi Angelin membuka matanya perlahan untuk mengintip. Hingga matanya terbuka sempurna dan melihat Anggara yang berdiri tegak di depannya dengan wajah yang berlumuran darah, beberapa saat matanya bertemu dengan mata hitam pekat Anggara, Angelin dapat melihat dengan jelas jika ada kemarahan dan ketakutan di mata pria tersebut entah benar atau tidak tapi Ia merasakan hawa dingin dari Anggara, Angelin lantas membalikan tubuhnya untuk melihat keadaan Devan, keadaan pria itu tak jauh berbeda dengan Anggara mereka sama-sama babak belur.