webnovel

BERMAIN CINTA

Angelin dan Anggara merupakan musuh sejak kecil keduanya bertekad untuk saling bersaing, Angelin bahkan sudah mengklaim Anggara sebagai musuhnya seumur hidup namun berbeda dengan Anggara yang sudah menyimpan rasa sejak dulu kepada Angelin.

Arsitaaa24 · Histoire
Pas assez d’évaluations
12 Chs

SERBA SALAH

"ANGELINNNN!" teriakan nyaring seseorang dari pintu kelas IPA 1 begitu menggelegar dikelas tersebut membuat beberapa orang yang berada di kelas menggerutu kesal.

"Lo bisa gak sih pake mulut lo dengan benar."

Wanita yang berucap tersebut langsung mendapatkan tataoan tajam dari Tasya.

"Mau ngelawan lo sama Ketua Kelas?"

Wanita itu kemudian bungkam nyalinya seketika menciut saat melihat tatapan garang Tasya.

"Angelin kau benar-benar membuatku khawatir bodoh."

Tasya memeluk sahabatnya itu dengan erat, sedangkan Angelin hanya diam.

"Kenapa semalam kau pergi begitu saja meninggalkan aku dengan..ohhh tuhan aku jadi mengingatnya lagi."

Angelin menatap geli pada sahabatnya yang bertingkah layaknya anak Abg yang baru mengenal cinta.

"Kau tidak berbuat macam-macam kan dengan pak Dahlan?"

Tasya mengatupkan kedua bibirnya menahan senyum yang semakin mmebuat Angelin bertambah curiga. Wajah bahagia Tasya seketika berubah dengan wajah terkejut, tatapannya tertuju pada kerah seragam Anggelin tidak! lebih tepatnya pada bahu gadis itu yang terlihat seperti memar. Tapi Tasya yakin jika itu bukan sebuah tanda yang di ciptakan oleh pukulan.

"Angelin kau.." Anggelin mulai panik saat Tasya tak berhenti menatap nya, terlebih sahabatnya itu menatap ke...

"Selamat pagi anak-anak."

"Kau berhutang cerita padaku Angelin."

"Begitupun dengan kau Tasya."

***

Pelajaran berjalan dengan lancar setelah guru B. Indonesia mengakhiri pelajarannya bertepatan dengan bel istirahat yang berbunyi saat itu.

Angelin memasukan bukunya kedalam tas lalu menutup resleting ranselnya.

Tasya menghadapkan tubuhnya pada Angelin, siap untuk mendengar penjelasan dari sahabatnya itu. 

"Angelin."

Tidak itu bukan Tasya tapi Anggara yang kini tengah berdiri di samping mejanya.

"Aduh Anggara, untuk saat ini pliss jangan mengganggu ku dengan Anggelin karena aku sedang ada urusan penting dengannya." protes Tasya kepada Anggara yang menganggu kegiatannya.

"Urusanku lebih penting dengannya." ujarnya yang langsung menarik lengan Angelin dan menyeretnya keluar kelas.

"awwwhh, Anggara lepas!" Angelin meronta-ronta minta dilepaskan tapi Angga tak mengubris ringisan wanita itu.

"Dasar kepala kodok, emangnya ada urusan apa dia dengan Angelin. Paling juga mendebatkan nilai peringkat huh membosankan." Tasya menggerutu.

Sedangkan pria yang terduduk di bagian pojok belakang hanya diam melihat kejadian tersebut.

Devan lantas bangkit dari tempat duduknya lalu melewati Tasya yang masih terduduk di tempatnya Ia pun menaruh sebatang coklat di atas meja Tasya, membuat gadis itu melihatnya dengan bingung.

"Kau... Memberiku coklat?" tanyanya pada Devan.

"Untuk sahabatmu." jawabnya kemudian beranjak keluar kelas. Tasya tertawa kecil.

"Dingin-dingin romantis juga tuh cowok."

***

"Anggara lepas,  tanganku sakit bodoh!"

Mendengar bentakan Angelin, Anggara pun menuruti. Gadis yang di seretnya itu lantas melihat pergelangan tangannya yang memerah.

"Kau benar-benar tak punya perasaan, ada apa denganmu sebenarnya kenapa kau menyeretku seperti ini?" Anggara terdiam, Ia menatap Angelin yang terlihat berkata-kaca.

Apakah sesakit itu?  Tanyanya dalam hati.

Anggara hendak meraih kembali tangan Angelin tapi dengan cepat gadis itu menghindar.

"Maumu apa sih Anggara?"

Angelin menatap pria didepannya dengan wajah marah. Tak seperti biasanya pria itu melakukan kontak fisik yang membuatnya kesakitan seperti ini, biasanya pria itu hanya akan menggodanya dengan berbagai gombalan sampai Angelin bosan mendengarnya.

"Ada hubungan apa kau dengan anak baru itu?"

"Kalau pun aku katakan itu bukan urusanmu Anggara."

"Jika mengangkut tentangmu itu sudah termasuk urusanku."

Angelin menatap tak percaya pada pria di depannya itu apalagi dengan perkataannya.

"Sejak kapan urusan pribadiku menjadi urusanmu?"

"Sejak pertama kali kita bertemu."

"Kau bukan siapa-siapa ku Anggara, urusanku tak ada hubungannya denganmu, kau tak berhak mencampurinya."

"Aku berhak."

"Atas dasar apa kau berhak mencampuri urusanku Anggara. Kau memang berteman baik dengan Kakak ku tapi kau harus ingat tidak akan ada kata teman diantara kita berdua. Kau musuhku begitupun sebaliknya kita hanya dipertemukan untuk menjadi musuh bukan menjadi teman atapun lebih dari sekedar teman."

Perkataan Angelin mampu membuat Anggara terpaku, semua yang di katakan gadis itu memang benar, bagi Angelin tapi tidak bagi Anggara karena selama ini Anggara tak pernah melihat Angelin sebagai Rivalnya. Ia melihat Angelin sebagai wanita, Ya sebagai wanita.

"Kurasa kita akhiri permainan bodoh kita ini."

"Tidak bisa Angelin." gadis itu menghentikan langkahnya Ia lantas berbalik.

"Sebenarnya apa maumu Anggara?"

"Kau sudah membawa masuk anak baru itu dalam permainan kita." Angelin membelalak kan matanya tak percaya.

"Kau yang membuatnya masuk Anggara bukan aku." belanya pada diri sendiri. Anggra membalikan tubuhnya menghadap Angelin.

"Kau yang membuatku memasukan dia Anggelin." Anggelin mengernyit tak mengerti.

"Apa maksudmu? Kenapa kau menyalahkanku atas apa yang tidak aku lakukan."

"Bagaimanpun juga jika anak baru itu kalah kau harus menuruti 2 permintaanku Angelin. Ingat itu!"

Anggara beranjak pergi dari tempat tersebut meninggalkan Angelin yang terdiam di tempat. Ini menjadi awal yang buruk untuk kedepannya, Anggara seolah bukan bertanding dengannya lagi melainkan bertanding melawan Devan.

Lalu apa yang harus Angelin lakukan?

***

"Angelin kenapa kau diam saja?" tanya Tasya yang merasa heran dengan sahabatnya karena terlihat murung setelah kembali dari penarikan paksa Anggara tadi.

"Jika kau tak siap bercerita tak masalah biar aku saja yang bercerita, aku akan selalu siap mendengar kalau kau sudah siap bercerita."

Angelin tersenyum kecil menanggapi perkataan sahabatnya. Ia terlalu memikirkan perkataan Anggara tadi Ia tak ingin membuat Devan masuk dalam permainan bodoh Angelin dan Anggara, bagaimana pun juga Angelin tak ingin membuat Devan salah paham.

Jika nanti Anggara yang memenangkan permainan ini dan Devan pasti akan marah jika mengetahui hal ini.

Angelin tak ingin pria itu sedih ataupun sampai benci dengannya, jujur Anggelin saja telah menaruh hati pada Devan Ia tak bisa mengelak lagi jika pria itu adalah pria pertama yang membuatnya merasakan perasaan aneh ini, entah sejak kapan perasaan muncul yang Ia rasa saat ini Ia begitu merindukan Devan.

"Jadi bagaimana dengan pak Dahlan?"

"Shuttt, jangan kencang-kencang ini benar-benar sangat rahasia,  hanya kau yang kuberi tahu." Angelin menaikan sebelah alisnya. Lalu Tasya mendekatkan diri dan berbisik.

"..."

"APA?"

Angelin segera menutup mulut menggunakan tangannya, melihat sekeliling kantin yang tengah melihat kearahnya dengan tatapan bingung sekaligus penasaran.

"Sudah ku bilang pelan-pelan." ucap Tasya pelan terdengar seperti bisikan.

"Kau benar-benar sudah tak waras Tasya."

"Awalnya aku menolak tapi dia bilang akan bertanggung jawab jika aku sampai hamil."

Angelin masih terdiam tak tahu harus berkata apa lagi wanita di depannya sudah benar-benar melakukan hal yang tak seharusnya di lakukan seorang siswi.

Pak Dahlan memang memiliki wajah tampan dengan tubuh profesional beliau juga sangat baik kepada para muridnya bahkan banyak para siswi yang menyatakan cintanya secara terang-terangan pada beliau.

"Aku hebat bukan?" ungkap Tasya menaik turunkan kedua alisnya.

"Lalu bagaimana jika kau benar-benar mengandung anaknya?"

"Dia bilang akan bertanggung jawab."

"Lalu bagaimana jika dia tak menepati ucapannya."

Wajah ceria Tasya seketika murung, Angelin yang melihat itu merasa bersalah. Tidak seharusnya Ia mengatakan hal yang membuat sahabtnya itu bersedih di hari bahagianya tapi Ia hanya khawatir tidak menutup kemungkinan kan jika para laki-laki jaman sekarang hanya sekedar berucap tanpa membuktikanya.

"Tasya maaf aku tak bermaksud..."

"Tak masalah Angelin, jika dia melanggar ucapannya aku akan memotong miliknya." katanya di sertai tawa, membuat Angelin ikut tertawa sekaligus senang melihat Tasya kembali ceria.

"Oh iya, anak baru itu menitipkan ini untukmu."

Tasya mengambil sesuatu di kantong rok seragamnya lalu mengelurkan sebatang coklat silverqueen yang di hiasi dengan pita di atasnya.

"Kau tak salah alamat kan?" tanya Angelin.

"Emangnya ini jaman Ayu ting-ting segala salah alamat." Angelin terkekeh lalu mengambil coklat tersebut, bibirny tak bisa berhenti tersenyum mendapat sebuah kejutan manis dari Devan. Mereka bahkan baru bertemu kemarin tapi sekarang mereka bertingkah seperti sepasang kekasih yang sedang backstreet.

Oh tidak wajahnya pasti memerah saat ini.

"Jika ku perhatikan tingkahmu saat menerima coklat ini, aku bisa langsung menebak kalau tanda itu ada hubungannya dengan anak baru itu."

"Maybe."

"Angelin jangan membuatku penasaran." katanya dengan manja.

"Baiklah aku akan menceritakannya."

Jika di katakan cemburu juga tidak 

Tapi bila dikatakan tidak cemburu juga.....serba salah. 

Perasaan dan pikiran memang sulit di mengerti dan terkadang seringkali berselisih.