webnovel

BERMAIN CINTA

Angelin dan Anggara merupakan musuh sejak kecil keduanya bertekad untuk saling bersaing, Angelin bahkan sudah mengklaim Anggara sebagai musuhnya seumur hidup namun berbeda dengan Anggara yang sudah menyimpan rasa sejak dulu kepada Angelin.

Arsitaaa24 · Histoire
Pas assez d’évaluations
12 Chs

ADA APA DENGAN ANGGARA DAN DEVAN?

"Ya ampun Angelin, kamu menjengukku tapi tidak membawa apa-apa? Teman macam apa kau ini? Menyebalkan." wanita itu berdecak pinggang melihat sahabatnya yang tengah bersantai di atas tempat tidurnya.

"Aku kan hanya ingin melihatmu, lagi pula diluar hujan. Kau tau sendiri aku tak suka hujan."

"Alasan." Angelina terkekeh, mendengar nada suara sahabatnya yang terdengar kesal, Ia pun segera bangkit dan berjalan keluar kamar mengikuti Tasya.

"Kau ini sebenarnya sakit atau tidak?" Angelina bertanya heran, lantaran Tasya terlihat baik-baik saja. Masih bisa berjalan dengan baik dan wajahnya pun tak terlalu pucat.

"Sebenarnya aku hanya sekedar pusing biasa, tapi kau tahu sendiri ibuku seperti apa." Angelina mengangguk mengerti, ibunda Tasya memang selalu memanja kan anaknya meskipun Tasya selalu risih dengan segala perhatian yang berlebihan dari ibunya untuk itu dia lebih memilih tinggal di apartement dari pada di rumah agar sedikit memiliki ketenangan tetapi setelah Ia pindah ke apartement ibunya semakin protektive dan itu sangat mengganggu bagi Tasya.

Disaat semua orang ingin mendapatkan kasih sayang orang tuanya Tasya memilih jalur berbeda dengan menjauh dari kedua orang tuanya, bukan karena dia tak sayang hanya saja diumur 17 tahun ini Tasya ingin hidup mandiri dan jauh dari perintah. Gadis itu tak suka di perintah.

"Ku dengar ada anak baru di kelas kita." Tasya berkata selagi menempatkan pantatnya di atas kursi.

"Dari mana kau tahu?" Angelina bertanya dengan bodohnya.

"Ya ampun Angelina, untuk apa fungsinya grup kelas kalau tidak saling memberikan informasi." Angelina memutar bola matanya.

"Ya, ya kau memang ketua kelas hebat."

"Aku terima itu sebagai pujian."

"Oh iya, anak baru itu tampan juga."

"Dari mana kau tahu."

Pertanyaan bodoh lagi.

"Sudah ku bilang untuk apa adanya grup kelas jika tak saling memberikan informasi, tentu saja mereka mengirimkan foto anak baru itu yang di ambil secara diam-diam ke grup kelas." Angelina hanya diam mendengar penjelasan Tasya.

"Ngomong-ngomong dia cocok untukmu." ucap Tasya asal.

"Apa maksudmu?"

"Ayolah Angelin, sudah lama aku tak melihatmu berkencan kau__"

"Jika kau menyukainya dekati saja." Angelin memotong, dan membuat Tasya melotot tak percaya.

"Aku tidak akan mencari pria lain selain Pak Dahlan! Angelin."

"Kau ini, pak Dahlan itu guru kita dan umurnya pun jauh berbeda denganmu."

"Aku tak peduli, lagi pula umur hanyalah sebuah angka aku menerima dia apa adanya." Angelina lagi-lagi memutar bola matanya jengah. Tasya dan dirinya memang sama-sama keras kepala dan begitu banyak memiliki perbedaan meskipun begitu, keduanya merasa cocok untuk berteman apalagi Tasya termasuk teman yang tak pilih-pilih.

"Terserah kau saja, aku mau pamit." Tasya bangkit dari kursinya saat melihat Angelin berjalan ke arah sofa disana untuk mengembil ransel dan jaket?

"Jaket siapa itu Angelin?"

Angelin terlihat diam, Ia baru ingat jika itu jaket Devan. Ia bahkan lupa untuk mengembalikannya karena saat keluar lift tadi pria itu juga tak meminta jaketnya.

"Angelin?"

"Ah, ini. Jaket seseorang." jawabnya yang kemudian mengambil jaket serta ranselnya hendak pergi tetapi Tasya mencegahnya.

"Kau tak sedang menyembunyikan sesuatu dariku kan?" Tasya bertanya dengan menatap curiga , semakin membuat Angelin gugup.

"Tidak tasya aku berkata jujur ini jaket seseorang yang memberikan kehangatan padaku."

"Apa?" Angelin menutup mulutnya yang berkata dengan cerobohnya, gila? Menghangatkan? Apa yang dia katakan?

"Tidak, tidak ini tidak seperti yang kau pikirkan."

"Jujur saja jika kau sedang dekat dengan seseorang Angelin, aku ini sahabatmu kenapa kau jadi main rahasia-rahasian seperti ini?"

Angelin terlihat menghela nafas kasar lalu menceritakan apa yang terjadi termasuk jaket siapa yang di bawanya itu.

"Jadi anak baru itu tinggal disini?" tanya Tasya dengan mulut menganga. Angelin mengangguk lemah.

"Omg, ini takdir Angelin." gadis itu mengerutkan keningnya bingung.

"Apa maksudmu?"

"Kau dan anak baru itu sudah di takdirkan akan bersama."

Lagi-lagi.

"Sudahlah Tasya aku harus mengembalikan jaket ini sebelum pulang." Angelina berlalu begitu saja, dengan Tasya yang mengekor di belakang.

Ketika Angelin keluar dari apartemen sahabatnya itu, tepat sekali seorang pria janggung tengah berdiri di depan lift, pria yang memakai hoddie berwarna Army dengan celana levis hitam sedang menunggu untuk menaiki lift.

"Kau!" teriakan Tasya membuat pria itu menoleh ke arah Angelin dan Tasya yang tengah berdiri di depan pintu apartement.

"Kau anak baru itu kan?" Tasya bertanya selagi berjalan menghampiri Devan. Seketika membuat Angelin panik tapi tidak bisa berbuat apa-apa, tubuhnya merasa lemah ketika berhadapan dengan pria bermata coklat tersebut.

"Iya." jawab pria bermata coklat tersebut.

"Kenalkan, aku Tasya sahabatnya Angelin." disertai senyuman kecil Devan menyambut jabatan tangan Tasya.

"Devan."

"Nama yang bagus." komentarnya sedangkan Devan hanya tersenyum kecil sekedar menanggapi pujian wanita di depannya.

"Tasya!" Angelin mengeram.

"Baiklah-baiklah aku tak akan mengganggu kalian, anak baru jaga sahabatku ya." ucapnya, meskipun Devan tak mengerti apa yang maksud perkataan gadis itu Ia hanya bisa tersenyum kecil. Tasya berjalan hendak masuk apartement nya sebelum benar-benar masuk dan menutup pintu, gadis itu sempat membisikan sesuatu pada Angelin.

"Dia sangat sexy." mendapat pelototan dari sahabatnya, Tasya pun segera masuk dan menutup pintu meninggalkan kedua lawan jenis itu yang terlihat canggung. Perlahan Angelin mendekati Devan yang masih menunggu lift.

"Hai Devan." sapa Angelin dengan kikuk.

"Hai."

"Aku ingin mengembalikan jaket ini padamu, terima kasih sudah meminjamkannya." ucap Angelin selagi menyerahkan jeket tersebut pada Devan.

"Untukmu saja."

"Hah?"

"Jaket nya untukmu saja." ulang Devan.

"Tapi__"

"Kurasa kau masih membutuhkannya."

"Kenapa kau berkata seperti itu."

"Diluar masih hujan." baru saja Angelin ingin membalas tiba-tiba pintu lift terbuka. Devan melangkahkan kakinya memasuki lift.

"Terima kasih." ucap Angelin, Devan hanya bergumam.

"Mau pulang?" Angelin menoleh lalu mengangguk.

"Mau bareng?"

"Ah tidak perlu, terima kasih tawarannya." tolaknya halus.

"Kenapa? Malu?"

"Apa?"

"Kejadian tadi?" Angelin menelan salivanya saat Devan menghadap ke arahnya dan berjalan maju hingga membuat Angelin mundur.

"Apa yang kau lakukan?"

"Mengulangi kejadian tadi siapa tahu kau lupa."

"Devan jangan macam-macam." sentak Angelin, gadis itu kembali pada sifatnya juteknya.

"Kenapa? Kau takut?"

"Apa mau mu?" Devan tersenyum, membuat gadis di dalam kurungannya itu semakin gugup dengan keringat yang mulai keluar.

Tangannya terangkat menyentuh bibir merah muda Angelin.

"Dev." ucap Angelin dengan suara tercekat. Angelin ingin sekali melawan dan menjauhkan diri dari Devan tapi tubuhnya terasa seperti jelly. Sebenarnya apa yang terjadi padanya? Ini pertama kalianya Angelin bertemu dengan pria yang tak mampu membuatnya berkutik sedikit pun.

"Angel." suara berat Devan terasa begitu menggoda di telinga Angelin. Pria di depannya itu menarik pingganya dan semakin membuat tubuh mereka dekat.

"Angel." tanpa sadar Angel menutup matanya merasakan nafas pria itu mengenai telinganya.

"Dev_van..." Angel tak peduli lagi dengan otaknya yang ingin menolak segala perlakuan devan karena tubuhnya memberikan respon berbeda, untuk saat ini Angelin ingin mengikuti apa yang di inginkan tubuhnya. Gila memang! Tapi perlakuan Devan begitu memabukkan baginya.

Angelin membuka matanya saat merasakan benda kenyal menyentuh ujung bibirnya, dengar! ujung bibirnya! Hanya ujung bibirnya.

"Aku antar pulang." entah kenapa Angel hanya bisa mengangguk mengiyakan.

***

Mobil Devan berhenti si depan rumah gadis yang diantarnya pulang, siapa lagi jika bukan Angelin.

Angelin keluar dari mobil saat Devan membukakan pintu untuknya.

"Terima kasih." Devan mengangguk dengan senyuman.

"Anggara?" tak hanya Angelin yang terkejut melihat keberadaan Anggara disana tetapi Devan pun sama terkejutnya hanya saja pria itu selalu mampu menyembunyikannya dengan berekspresi datar.

Angelin berjalan menghampiri Anggara yang tengah berdiri di dekat motor ninja merahnya.

"Sedang apa kau disini?"

"Menunggu mu." Angelin mengerutkan keningnya tak mengerti, Anggara memang berteman dengan Reihan kakaknya, tapi untuk apa pria itu menemuinya.

"Jika kau ingin menemui kak Reihan, kurasa dia ada didalam."

"Aku ingin bertemu denganmu." katanya sedikit meningi dan semakin membuat Angelin bingung.

"Kau ini sangat aneh." Angelin berjalan memasuki rumah setelah berpamit pada Devan, pria itu lantas menanggapinya dengan menganggukan kepala.

Anggara dan Devan saling pandang, lebih tepatnya saling bertatapan dengan tajamnya. Meskipun Devan terlihat santai tapi orang lainpun bisa melihat bahwa ada kebencian di kedua tatapan mereka. Entah apa penyebabnya yang jelas tatapan itu bukan hanya karena masalah yang terjadi di sekolah, tatapan mereka melebihi dari benci bahkan seperti dendam satu sama lain.

Ada apa antara Anggara dan Devan sang anak baru?