webnovel

BERAKHIR CINTA

Baru lulus sekolah Bela harus menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya yang bernama Raka yang tidak lain adalah kakak kelasnya ketika duduk di bangku SMA yang terkenal dingin dan cuek. Bela menikah tidak atas nama cinta melainkan karena keterpaksaan. Dimana keluarga besar Raka yang berasal dari orang kaya, tidak ingin nama baik keluarganya tercoreng hanya karena skandal mereka di masa lalu ketika masih sekolah. Bela harus menerima kenyataan kalau suaminya itu masih mendambakan cinta pertamanya yang bernama Dona. Bela berusaha menjadi istri yang baik dan belajar mencintai Raka ditengah getirnya menahan rasa sakit karena harus memperjuangkan seseorang yang tidak mencintainya.

clarasix · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
430 Chs

Bab 9 Menang Lomba

Kini semua orang yang mengikuti perlombaan di sekolah itu sedang berdebar-debar menunggu pengumuman siapa juaranya. Termasuk Bela juga sedang menunggunya.

Bela sadar diri kalau menyanyinya tadi hanya seadanya. Jadi dia tidak terlalu mengharapkan untuk menjadi juara. Namun yang membuatnya aneh, Puteri teman sebangkunya itu malah memujuinya tadi saat bernyanyi.

"Udah kamu itu pasti menang nanti. Secara kamu tadi bagus sekali menyanyinya. Aku nggak nyangka lho Bel, kalau kamu pandai menyanyi juga."Puteri terlihat terus menatap heran kearah Bela. Dia baru tahu kalau Bela punya bakat menyanyi yang terpendam.

Sebenarnya bukan bakat terpendam, hanya saja Bela tidak mengasahnya lagi setelah keluarganya pisah itu. Dia melupakan bakat menyanyi itu untuk melupakan kenangannya bersama orangtuanya dulu.

"Kamu itu ya, lebay."Bela terlihat malu saat dipuji Bela.

"Ih beneran tahu."kata Puteri dengan serius.

"Hmmm."Bela hanya mengiyakannya saja.

"Kamu tahu nggak? Tadi kan kamu nyanyinya dengan mata terpejam, banyak anak-anak yang merekammu tadi pas kamu masih menyanyi."Puteri memberitahu Bela.

"Ah masak?"Bela kaget karena baru tahu. Jujur ketika dia menyanyi di panggung tadi dia benar-benar menganggap semua orang yang ada didepannya tidak ada dan hanya membayangkan masa lalunya bersama keluarganya dulu.

Memang selama menyanyi tadi, dia akui kalau matanya terus terpejam. Dia memejamkan matanya lantaran sambil membayangkan kenangan masa lalunya saat berkumpul dengan keluarganya. Dia ingin meresapi dan menghayati setiap lirik lagu "Bunda" sambil membayangkan kasih ibunya yang begitu sulit untuk dilupakan.

"Ya kamu nggak percaya ?"tanya Bela dengan mata melotot.

"Ok, pasti semua orang sudah menunggu dan pengen tahu siapa yang jadi juara disini. Iya kan?"pembawa acaranya terlihat mulai siap untuk membacakan pemenang lomba menyanyi.

Semua orang termasuk Bela dan Puteri juga tidak sabar untuk mendengarkannya. Terlihat semua mata tertuju pada pembawa acara tersebut. Semua pemenang perlombaan yang diadakan sekolah itu ada di tangannya. Tidak hanya pemenang lomba menyanyi saja.

"Untuk lomba basket, juara 3 jatuh pada kelas 12 ipa 3. Dan juara 2 jatuh pada kelas 11 ipa 1. Dan juara pertamanya jatuh pada kelas 12 Ipa 4."semua yang duduk di kelas tersebut langung bersorak-sorak bahagia ketika kelasnya dinyatakan menang. Semua bersorak gembira.

"Ye. Kita menang bro."Dirga dan teman-teman seperjuanggannya yang menikuti lomba basket langsung terlihat kegirangan.

"Dan sekarang giliran lomba dancenya, juara 3 jatuh pada kelas 10 Ipa 6, juara keduanya jatuh pada kelas 12 Ipa 9 dan juara pertamnya jatuh pada kelas 11 ipa 1."

"Sudah kuduga kita pasti menang."kata Raisa kepada teman-temannya yang ikut lomba dance tadi termasuk Dina juga. Semua anak kelas 11 ipa 1 merasa senang sekali akhirnya bisa menang terus.

"Dan yang terakhir yang kita tunggu-tunggu adalah siapa pemenang lomba menyanyinya. Pasti semua penasaran. Dan tanpa lama-lama saya akan umumin hasil juri tadi. Selamat Kak Andin Soraya dari kelas 12 ipa 5 sebagai juara 3nya. Selamat buat kak Dilan dari kelas 10 Ips2 sebagai juara keduanya. Dan yang juara pertamanya jatuh pada…..Kak Bela Larasati dari kelas 11 Ipa 1. Selamat kak Bela Larasati."

"Apa, aku menang Put?"tanya Bela sambil menoleh kearah Puteri dengan muka tidak percaya.

"Tuh kan sudah aku duga tadi."kata Puteri sambil menunjuk Arini.

"Apa dia kok bisa menang?"Raisa dan Dina terlihat tidak percaya, mana mungkin Bela bisa menang secara selama ini anak itu tidak pernah menunjukkan kebisaannya dalam menyanyi.

"Ya ya, kok dia bisa menang. Emang suaranya bagus tadi?"tanya salah satu teman Raisa yang ikut lomba dance tadi.

"Mana aku tahu, tadi kita kan ngedance. Jadi nggak sempat lihat."kata Raisa terlihat ketus saat tahu orang yang dibencinya itu menang.

Jujur ini semua diluar dugaannya, bukannya Bela dipermalukan malah ini jadi pemenangnya. Selama ini, Raisa dan Dina mengira kalau Bela tidak bisa menyanyi. Eh malah ini menang lomba menyanyi itu berarti Bela bisa bernyanyi dong. Gagal sudah rencananya untuk mempermalukan Bela di hadapan semua anak murid di sekolah itu..

Semua yang dinyatakan menang tadi langsung maju dan naik ke podium untuk menerima penghargaan dari kepala sekolah. Meskipun itu perlombaannya hanya tingkat sekolah saja, tapi Bela tetap bangga. Jujur dia juga masih tidak percaya bisa menjadi juara pertama tadi.

"Aku senang banget bisa menang."batin Bela dalam hati sambil berdiri ditengah-tengah kerumunan juara-juara disana.

"Suara kamu bagus banget tadi."Bela kegat tiba-tiba Dirga datang dari sampingnya dan memujinya. Keebtulan Dirga mewakili kelasnya yang menang dalam perlombaan basket juara 2.

"Eh DIrga. Ah masak. Makasih lho ya."kata Bela sambil tersipu malu dipuji tadi.

"Aku baru tahu kalau kamu bisa nyanyi juga."ucap Dirga tepat ditelinga Bela. Secara disana sound microfon dari pembawa acaranya sangat keras.

"Wkwkwk."Bela menanggapinya dengan santai.

"Ternyata dia menang juga. Memang dia menang apa tadi?"batin Raka dari kejauhan sambil menatap Bela. Dia tidak sempat melihat perlombaan menyanyi yang diikuti Bela tadi.

Kini giliran semua pemenang mendapatkan penghargaan dari kepala sekolah. Bela sangat senang sekali bisa mendapatkan penghargaan dari lomba menyanyi tadi. Sudah lama dia tidak mengikuti ajang kontes menyanyi dan sekarang dia ikut lagi ternyata menang.

"Makasih pak"ucap Bela setelah menerima sebuah bingkisan dari kepala sekolah yang bernama Pak Juan.

Setelah kepala sekolah memberikan hadiah kepada semua pemenang kini giliran berfoto bersama. Terlihat ada seseorang yang menata posisi mereka. Saat hendak dofoto itu, ternyata Bela berdiri disamping Raka.

"Ih harus sama dia lagi."bain Raka yang terus menatap Bela. Tapi Bela tidak tahu kalau Raka yang sudah mengambil ikat rambutnya kemarin berada disampingnya.

"Loe bisa menang juga ternyata."Raka terlihat sinis kearah Bela.

"Dia."Bela kaget saat menoleh ternyata Raka sudah menatapnya dengan tajam.

Bela hanya diam saja dan tidak menggubris omongan Raka. Bahkan Bela terlihat langsung meninggalkan Raka begitu saja. Jujur Raka marah, baru kali ini dia dicuaki seorang cewek. Padahal banyak cewek diluaran sana yang ingin berbicara dengannya. Tapi dia tidak menanggapinya.

"Eh langsung nylonong pergi saja."teriak Raka sambil melihat Bela pergi begitu saja. Dia tidak terima kala Bela mencuekinya. Dia merasa tidak dihargai.

"Selamat ya kak Raka. Menang jadi juara pertama. Kita memang cocok, sama-sama pemenang juara pertamanya."disaat Bela pergi, malah Raisa datang dan langsung mendekati Raka.

"Raisa suka sama orang itu?"Bela sempat menoleh sebentar karena ingin memastikan cewek yang terlihat mendekati Raka itu.

"Cowok kayak gitu disukai."Bela menatap sini earah Raka dan langsung pergi.

Di dalam kelas, Bela langsung duduk dibangkunya. Dia mengobrol dengan Puteri teman sebangkunya. Sembari menunggu jam pulang tiba, Bela terlihat asyik bertukar cerita dengn Puteri.

"Eh teman, disini ada yang menang lomba nyanyi tadi."sindir Raisa yang baru datang dari luar kelas sambil diikuti Dina dibelakangnya.

Bela dan Puteri langsung berhenti sejenak dan menatap Raisa. Jelas Bela merasa disinggung sekarang. Karena memang dia tadi menang lomba nyanyi tadi. Tapi Bela diam saja.

"Loe ternyata punya bakat nyanyi juga. Aku kira kamu bakatnya cuma caper sama guru doang. Wkwkwk."Raisa tertawa sambil diikuti semua teman-temannya.

"Kalau punya mulut itu dijaga dong. Jangan gitu."Puteri tidak terima meskipun bukan dirinya yang diajak bicara Raisa..

"Kenapa kamu yang marah. Dia aja nggak marah."Raisa menatap Puteri yang terlihat tidak terima dengan ucapannya itu.

"Sudah ya Put. Sabar."kata Bela sambil menenangkan Puteri.

Bela tidak terpancing dengan kata-kata Raisa itu. Dia sudah biasa diperlakukan tidak baik oleh Raisa. Kalau hanya kata-kata dia bisa terima. Tapi kalau sampai bertindak pada kekerasan jelas dia akan marah.

Dia juga sadar, tujuannya bersekolah adalah menuntut ilmu dan bukan untuk berkelahi jadi dia seberusaha mungkin untuk mengontrol emosinya. Terlebih lagi Raisa berasal dari orang kaya membuatnya takut untuk berurusan sama orang seperti itu.