webnovel

BERAKHIR CINTA

Baru lulus sekolah Bela harus menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya yang bernama Raka yang tidak lain adalah kakak kelasnya ketika duduk di bangku SMA yang terkenal dingin dan cuek. Bela menikah tidak atas nama cinta melainkan karena keterpaksaan. Dimana keluarga besar Raka yang berasal dari orang kaya, tidak ingin nama baik keluarganya tercoreng hanya karena skandal mereka di masa lalu ketika masih sekolah. Bela harus menerima kenyataan kalau suaminya itu masih mendambakan cinta pertamanya yang bernama Dona. Bela berusaha menjadi istri yang baik dan belajar mencintai Raka ditengah getirnya menahan rasa sakit karena harus memperjuangkan seseorang yang tidak mencintainya.

clarasix · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
430 Chs

Bab 15 Disayang

Setibanya di rumah, Bela langsung masuk kedalam kamar. Dia ingin mengganti pakaiannya itu. Apalagi sekarang dirinya masih memakai hoodie milik Raka. Jadi dia tidak mau membuatnya semakin kotor.

"Baunya enak juga. Kayaknya parfumnya mahal deh. Buktinya harum terus hoodinya."batin Bela sambil menciumi hoodie Raka yang sudah terlepas dari badannya.

Sekarang giliran dia mencuci hoodie milik Raka itu. Kalau dilihat-lihat hoodie milik Raka itu mewah dan sangat bagus bentuk dan bahannya. Nampaknya berbeda dari hoodie hoodie lain yang pernah dia temui.

"Dia kayaknya orang kaya ya? Kalau dilihat dari hoodienya sih mahal."batin Bela sambil melihati bahan hoodie Raka itu.

Bela langsung memasak setelah mencuci hoodie milik laki-laki yang selama ini selalu membuatnya takut dan kesal. Raka adalah satu-satunya laki-laki di sekolahnya yang dia benci karena selalu mengganggunya. Padahal dia tidak pernah mengganggu Raka sebelumnya. Hanya karena terkena santeran bola basket, Raka jadi sering menggangu dan membuatnya kesal.

"Kak hoodie yang sedang dijemur dibelakang itu milik siapa kok bagus sekali?"Rian baru duduk di kursi meja makan setelah sebelumnya melihat hoodie Raka yang sedang dijemur Bela di belakang rumah.

"Oh itu milik teman kakak."jawab Bela sambil menyiapkan piring untuk Rian.

"Kok bisa ada di kakak?"

"Nggak mungkin kalau tadi aku dikunci dan basah kuyup di kamar mandi. Terus dipinjami hoodie sama dia"batin Bela sambil mengingat kejadian sebelumnya di sekolah.

"Nggak papa tadi dipinjami saja dek."jawab Bela langsung ikut duduk di kursi untuk bersiap-siap makan.

"Aku jadi pengen punya hoodie itu deh kak, Bagus banget."ucap Rian sambil mengingat hoodi Raka tadi.

"Nanti ya dek kalau kakak punya uang banyak, pasti aku belikan."jaawb Bela sambil menggenggam tangan Rian.

"Nggak kok kak. Bercanda aja, lagian aku nggak minta untuk dibelikan."

Mereka berdua kini tinggal menunggu Bi Devi bangun dari tidurnya. Seperti biasa Bi Devi akan bangun dari tidurnya pada sore hari. Memang kalau pagi sampai siang, bi Devi selalu tidur karena malamnya harus bekerja.

"Sudah makan dulu sana. Bibi mau mandi dulu."Bi Devi baru keluar dari kamarnya hendak menuju kamar mandi.

Baik Bela dan Rian sama-sama diam ketika disuruh Bi Devi untuk makan duluan. Bagi mereka, tidak akan makan dulu sebelum Bi Devi ikut juga. Mereka sudah menganggap Bi Devi seperti ibunya mereka sendiri menggantikan peran ibu kandungnya. Mereka berdua merasa berhutang budi pada Bi Devi selama ini.

"Kok nggak dimakan, ayo dimakan."setelah menunggu cukup lama, Bi Devi kembali ke meja makan.

"Nunggu bi Devi dulu."jawab Bela.

"Eh ya Bel, sementara pakai uang kamu dulu ya makannya. Nanti kalau bibi sudah punya uang nanti bibi ganti."ucap Bi Devi sambil meletakkan kakinya di kursi.

"Ya bi nggak papa. Nggak usah diganti. Kebetulan uang Bela masih ada kok."kata Bela.

"Nggak nanti bibi ganti. Ini uang kamu tinggal sedikit?"tanya BI Devi sambil mengunyah.

"Khmmm ya bi."

"Ya nanti kalau bibi udah gajian, nanti bibi bayar."kata Bi devi.

"Kamu masih jualan keliling kemarin?"

"Ya bi."

"Kalau capek nggak usah. Pokoknya kamu harus prioritasin sekolah dulu."pesan Bi Devi kepada Bela.

Selama ini Bi Devi tidak pernah memaksa Bela untuk bekerja jualan keliling. Justru malah Bi Devi selalu berpesan dan menyuruh Bela dan Rian untuk giat belajar agar bisa jadi orang sukses nantinya.

Memang selama ini, Bi Devi selalu galak dan tegas pada mereka berdua. Tapi itu semata-mata untuk mendidik Bela dan Rian agar menjadi anak yang rajin menuntut ilmu.

Dan uang hasil jualan, Bi Devi tidak pernah memintanya. Kalaupun terpaksa menggunakan uang bela dari hasil jualan pasti akan diganti oleh Bi Devi lain hari. Makanya Bela dan Rian sudah menganggap Bi Devi seperti ibunya sendiri. Dan segalak-galaknya bI Devi tetap saja mereka berdua akan menghormati dan tidak marah.

"Oh ya Rian, bayar uang piknikmu terkahir kapan?"tanya Bi Devi setelah minum.

"Masih lama sih bi."jawab Rian,

"Bagus kalau begitu. Biar bibi kumpulin uangnya dulu."kata Bi Devi sambil menatap Rian.

"Eh bi kalau Rian nggak ikut piknik juga nggak papa."Rian terlihat tidak memaksa Bi Devi.

"Nggak boleh. Pokoknya kamu harus ikut piknik. Masalah biayanya biar bibi yang tanggung. Kamu nggak usah takut. Kamu juga Bela kalau ada apa-apa bilang ke bibi. Jangan takut."ucap Bi Devi sambil memandangi Bela dan Rian bergantian

Hati Bela dan Rian seketika merasa terharu pada kebaikan Bi Devi itu. Memang mereka tidak lahir dari Bi Devi tapi kasih sayang yang mereka dapat malah justru berasal dari Bi Devi. Itulah salah satu alasan buat mereka untuk selalu menghormati dan sayang pada Bi Devi apapun yang terjadi. Mau mereka pernah dipukul dan dimarahi hingga meangis dulu, tetap saja Bi Devi adalah orang yang baik yang bisa menggantikan peran ibunya selama ini yang telah meninggalkannya.

"Sudah ini mau malam. Sana kalian belajar. Bibi mau siap-saiap bekerja."Bi Devi langsung bangkit dari kursinya dan hendak bersiap-siap berangkat kerja di café sebagai pelayan.

"Ya bi.hati-hati."pesan Bela kepada Bi Devi.

"Ya. Bel jangan lupa dikunci semua nanti kalau bibi sudah pergi."

Setelah Bi Devi pergi, kini giliran Bela dan Rian belajar bareng di kamar. Sudah biasa mereka berdua belajar bareng sepeninggal Bi Devi berangkat kerja.

"Kak bi Devi itu baik banget ya sama kita."Rian mengajak Bela membahas kebaikan Bi Devi itu.

"Ya dek. Makanya kita nggak boleh marah ataupun membangkang perintahnya. Biar bibi galak dan sering marah sama kita itu semata-mata demi kebaikan kita."kata Bela sambil menceramahi Rian adiknya itu.

"Ya kak."

"Oh ya kak, aku baru ingat. Laki-laki kemarin yang berdiri didekat kakak pas aku jemput kemarin itu siapa?"Rian mengajak bicara Bela membahas Raka.

"Siapa sih dek?"Bela lupa sama laki-laki yang dimaksud Rian itu adalah Raka.

"Itu lho kak, pas kakak kakinya sakit kan aku jemput. Yang ganteng."ucap Rian sambil menjelaskan kepada Bela.

"Oh itu."Bela langsung ingat dengan Raka.

"Kenapa dia bahas laki-laki itu sih."batin Bela dengan kesal.

"Ganteng banget ya kak dia itu."puji Rian kepada Raka saat dijumpainya kemarin

"Itu pacarnya kakak ya?"Rian menggoda Bela.

"Hiihhh kamu. Pacaran gimana. Kita harus fokus sekolah dulu. Jangan mikir kesitu."Bela kaget dengan pernyataan Rian barusan.

Bela benar-benar kaget dengan pernyataan Rian barusan. Memang Bela akui kalau Raka adalah laki-laki yang memilik paras wajah tampan. Dan dia tahu kaau kebanyakan teman-temannya menaruh hati sama Raka. Tapi kalau bagi Bela, Raka itu biasa saja seperti laki-laki pada umumnya.

"Sudah sudah ayo kita belajar. Jangan bahas laki-laki itu terus."Bela mengalihkan topik pembicaraan Rian.

"Hmm."

Bela tidak mau membahas lebih jauh mengenai Raka. Karena baginya itu tidak memiliki manfaat. Apalagi selama ini Raka selalu membuatnya kesal dan ketakutan sendiri bila berhadapan dengan Raka.

"Tapi dibalik menyeramkan wajahnya itu, dia baik juga. Mau minjami hoodie untuk aku."batin Bela.

"Kok aku mikirin dia terus sih."batin Bela sambil memukuli kepalanya sdndiri.