webnovel

Be Your Wife

Judul lama : FAKE WIFE Simpan dulu siapa tahu suka ;) * Diculik dan di paksa menyamar sebagai sepupunya untuk di jodohkan, adalah hal yang tidak pernah Clarisa duga semasa 21 tahun hidupnya. Clarisa dibawa paksa pergi ke kota New York untuk bertunangan dengan seorang pria tua bangka. Kejutan demi kejutan Clarisa dapatkan begitu berada di sana. Mulai dari sepupunya yang memiliki keluarga kandung, lalu dari tunangan sepupunya yang ternyata sangat tampan dan juga sangat kejam. Namanya adalah Leo, pria 30 tahun yang tampan, yang menyembunyikan identitasnya sebagai pengusaha tua bangka. Apakah identitas Clarisa yang sebenarnya akan terungkap? Apakah Clarisa akan tetap aman di saat Leo mulai terobsesi padanya? * Hei, yang sudah mampir terima kasih ya... Jangan lupa beri power stone, komentar yaa.. Biar semangat nih authornya!

Chuuby_Sugar · Urbain
Pas assez d’évaluations
31 Chs

17. Kesempatan dalam kesempitan

"DOKTER!!"

"DOKTER!! ADA PASIEN DISINI!"

Teriakan Leo membahana memenuhi satu ruang UGD yang luas. Di punggungnya ada Alan yang sudah tidak sadarkan diri dan bersimbah darah.

Seorang dokter dan dua orang suster yang berjaga dirumah sakit pagi buta itu menghampiri Leo dan segera memindahkan Alan kesebuah ranjang dorong.

"Satu tusukan di bagian lengan kiri dan dua bagian perut. Luka bagian perut yang ini sepertinya sedikit dalam. Cepat pindai CT."

Leo yang kebingungan hanya bisa mengikuti para dokter itu yang membawa Alan kesebuah ruang yang Leo sendiri tidak tahu ruang apa itu.

"Maaf pak, bapak tunggu diluar." Cegah suster itu yang melihat Leo mengikuti mereka.

"Tapi dok, ada apa dengan Alan dok?"

"Saya juga belum tahu pak, kita akan tahu setelah hasil pindai CTnya keluar, yang pasti dokter akan melakukan yang terbaik."

"Kau harus selamatkan dia! Jika tidak kau akan tahu akibatnya!"

Suster itu merasa terintimidasi oleh bentakan dan ancaman Leo. Namun begitu suster itu melihat noda darah yang ada dikemeja bagian perut Leo, pekerjaan ini tidak mungkin bisa membuatnya mengabaikan Leo begitu saja.

"Sepertinya kau butuh pengobatan juga pak." Leo mendecak sebal.

"Apa kau buta?! Aku baik-baik saja."

"Ok. Kalau begitu bapak bisa urus administrasinya saja. Saya permisi."

Leo menatap tajam kepergian suster itu, Leo memang kasar dan tak tahu sopan santun kepada orang yang lebih tua. Leo sama sekali tidak peduli dengan ucapan kasar yang dilontarkannya tadi pada suster yang sudah nampak senja itu.

*

Setiap orang yang memandang Clarisa saat ini bertanya-tanya. Hendak melakukan apa gadis cantik itu? Bukankah pemeran utama acara ini belum waktunya untuk muncul?

Siapapun yang melihatnya tahu bahwa Clarisa-lah pemeran utama wanita dalam acara ini. Dilihat dari paras eloknya yang membuat siapapun menoleh saat Clarisa melewati mereka. Jangan lupakan gaun rancangan khusus yang pastinya sangat sulit di dapatkan, tapi akan sangat mudah mengingat Clarisa adalah tunangan Leo pemilik dari perusahaan IT terbesar di negara ini.

Dibalik itu semua, saat ini tidak ada yang tahu isi yang ada didalam otak Clarisa yang sedang kalang kabut karena Leo memintanya datang ke tangga darurat dengan membawa jas baru dan beberapa perban.

Masalahnya dimana Clarisa bisa mendapatkan semua yang diminta Leo.

Clarisa memundurkan langkahnya saat melewati sebuah pintu bertuliskan 'ruangan Leo'. Clarisa rasa ia bisa mendapatkan pakaian milik Leo disana.

Tanpa ragu Clarisa segera membuka pintu itu. Ini bukan Clarisa tak punya sopan santun atau bagaimana. Tapi juga tentang bagaimana Mama Anya, Mama Karina dan Papa Robert yang terlihat kewalahan menangani tamu karena acara belum juga dimulai. Tapi juga tentang dirinya yang mungkin saja akan berakir di upacara pemakaman saat tidak segera membawakan apa yang Leo minta.

Clarisa melihat sebuah setelan yang terpajang pada manekin yang diletakkan di tengah ruangan itu. Dengan cepat Clarisa mengambil setelan itu dan segera keluar dari ruangan.

Malangnya Clarisa menubruk ayahnya yang hendak masuk kedalam ruangan.

"Ayah."

"Loh, kamu kok ada disini Jasmine. Kamu belum boleh keluar dan kenapa membawa baju Leo? Mau kamu bawa kemana?"

Untunglah ruangan betemperatur sangat dingin ini mampu menutupi keringat kegugupannya.

"Leo minta tolong yah. Untuk membawakan baju ini padanya?"

"Loh? Kenapa kamu yang harus bawakan kepada dia? Leo saja yang diminta kesini. Waktunya sudah mepet."

"Ini juga supaya Jasmine mempersingkat waktunya yah." Sungguh Clarisa adalah pencari alasan yang buruk.

"Maksud kamu bagamana Jasmine? Leo dimana sekarang?"

"Leo, dia ada di kamar mandi. Dia sakit perut jadi dia memintaku membawakan pakaiannya untuk dipakai sekalian disana."

"Kalau begitu biar ayah saja. Lagipula kamu tidak bisa masuk kamar mandi pria."

Gawat! Clarisa kehabisan kata-kata sekarang.

"Kenapa diam saja? Kemarikan baju Leo." Spontan tangan Clarisa yang memegang setelan milik Leo menghindar dengan cepat. Papa Robert menatapnya kebingungan.

"Tapi sepertinya Ayah sedang ditunggu." Robert menoleh kearah dimana tatapan mata Jasmine tertuju. Benar saja, ada lima orang tamu yang sedang menunggunya.

"Ayah temui saja mereka. Biar aku yang bawakan baju Leo." Tidak membiarkan papa Robert mencegahnya, Clarisa segera berlari menjauh.

Pandangan matanya was-was kekanan dan kekiri memastikan tidak ada yang menyadari kehadirannya disini dan tidak ada yang mengkutinya.

"LEO!" Clarisa memekik dengan keras begitu melihat Leo sepersekian detik setelah membuka pintu tangga darurat.

Leo terduduk lemas dengan tangan yang memegangi perutnya yang teluka dan bersimbah dengan darah.

Clarisa menghampiri Leo yang sudah terlihat mulai tidak sadarkan diri.

"Leonard! Bangun! Kamu kenapa?!" Clarisa mulai terisak, ia benar-benar khawatir tapi juga tidak tahu apa yang harus di lakukannya saat ini.

"Kenapa bisa terluka? Bangun Leo!" Clarisa menangis sampai sesegukan, benar-benar menakutkan saat melihat Leo terlihat tak berdaya seperti ini.

"Aku panggilkan bantuan dulu." tangan Claris tertahan saat hendak bangkit.

"Jangan." Apa maksud Leo? Lukanya separah ini tapi dia malah melarang Clarisa untuk memanggil bantuan.

Tunggu, apa ini balas dendam untuk prank yang direncanakanya? Tapi sungguh ini tidak lucu.

Tanpa permisi, Clarisa membuka jas dan kemeja yang Leo gunakan. Tangannya bergetar saat menyentuh setiap bagian perut Leo yang memiliki otot sempurna. Ini Clarisa lakukan lantaran ingin memastikan letak luka yang tidak terlihat karena perut Leo sudah tertutupi oleh noda darah dan luka itu benar-benar ada bukan hanya sebuah prank balasan.

"Apa yang kamu lakukan?!" Sentak Leo merasa terganggu oleh sentuhan Clarisa.

"Diamlah. Aku sedang mencari letak lukamu." Leo terdiam pasrah membiarkan Jasmine melakukan apapun yang diinginkannya.

"Kau sudah bawa jas dan kemeja baru?" Tanya Leo dengan nada serak. Rasa sakitnya menguap entah kemana tergantikan kegelian oleh sentuhan ringan yang Clarisa ciptakan. Katakan saja Leo gila.

Dengan kasar Leo menangkap tangan Clarisa dan mencekalnya dengan kuat.

"Kau mengotori tanganmu sendiri?!" Clarisa menundukkan kepalanya saat Leo menatap tajam kearahnya seolah sedang menghunuskan pedang tepat di jantungnya.

"Kau membawa yang kuminta?" Clarisa mengangguk.

"Tapi, aku tidak bisa menemukan dimana perban." Leo menghela nafas kasar.

"Kau tahu mobilku kan? Ambil disana. Ini kuncinya." Clarisa megangguk patuh, segera bangkit menuju basement untuk mengambil perban.

*

Tubuh Clarisa membeku saat kembali dari mengambil perban di mobil Leo, sekarang Clarisa menemukan Leo sudah tidak sadarkan diri. Apa Clarisa terlalu lama?

Leo mati semudah itu? Clarisa rasa itu sulit dipercaya, Leo yang Clarisa tahu terlihat sangat kuat. Bahkan setelah menerima tusukan sebanyak seribu kalipun.

"Leo! Bangun! Leo! Kau kenapa?"

"Diamlah Jasmine, aku hanya beristirahat sebentar dan kau sudah sepanik itu." Clarisa menghela nafas lega dan segera mengatur nafasnya yang sudah sesegukan akibat menangis.

Leo terkekeh, namun segera menahan kekehannya saat merasakan perihnya luka di perutnya semakin terasa saat tertawa.

Sial!! Leo hanya berniat mengerjai Jasmne namun malah mendapat luka sungguhan.

"Kau pakaikan aku perban ini." Ucap Leo segera setelah melepas seluruh atasannya. Dengan memalingkan wajah Clarisa mendekat dan mulai memebersihkan noda darah Leo dengan tisu basah yang sudah didapatkannya tadi sebelum kembali kesini.

Leo kembali terkekeh saat melihat Jasmine yang memalingkan wajah setelah baru beberapa menit lalu tanpa tahu malu meraba seluruh perutnya, namun kekehan itu dengan cepat tergantikan dengan geraman karena kesakitan.

"Makanya tertawa saja terus biar tambah sakit."

Setelah Clarisa membersihkan noda darah hampir diseluruh perut dan tangan Leo. Clarisa bisa melihat sebuah luka tusukan diperut Leo yang tampak sangat nyata. Sepertinya ini bukanlah sebuah prank semata.

Sepertinya Clarisa akan menjadi seorang ahli perban karena Leo membuatnya sering melakukan pekerjaan ini.

Halllooo!!!!

Jangan lupa untuk terus dukung cerita ini (flying kiss) ^^

Chuuby_Sugarcreators' thoughts