Clarisa mengulum bibirnya kuat-kuat, selama apapun Clarisa menunggu rasa sakit itu tidak kunjung datang. Perlahan Clarisa membuka matanya.
Mata Clarisa menangkap pisau yang tertancap sempurna di meja dan nyaris menyentuh jarinya. Tipis sekali jarak antara pisau itu dan jarinya. Clarisa menghela nafas lega, jari-jarinya masih utuh dan baik-baik saja.
Refleks kaki Clarisa melemah, membuat tubuhnya bertumpu pada Leo sepenuhnya. Jika Leo tidak memeluk Clarisa mungkin tubuh Clarisa sudah luruh di lantai.
Leo tersenyum puas, dikala melihat ketakutan dimata Jasmine. Entah dorongan dari mana, Leo hanya sedang tidak berniat untuk melukai siapapun hari ini.
"Kau menghilangkan cincinnya?" Jasmine mengangguk lemah.
"Aku tidak sengaja. Aku berani bersumpah."
"Lalu bagaimana caramu akan menebusnya?"
"Aku akan ganti biaya cincin itu. Berapa harganya?" Kemarahan Leo kembali memuncak saat Clarisa malah menyebutkan kata harga untuk cincin yang Leo berikan, karena bukan itu tujuan dari maksud pertanyaan Leo.
Padahal Leo sudah berniat untuk memberi Jasmine cincin yang baru, namun Leo tidak menyukai ucapan Jasmine yang seolah-olah cincin pemberian Leo itu hanya dapat dinilai dengan uang. Leo marah.
Leo kembali menarik Jasmine mengabaikan perlawanan yang Jasmine berikan dan membanting tubuh kurus itu hingga terbaring di sofa ruang tengah apartemen.
Leo segera menindih tubuh Clarisa dan menarik tangan Clarisa keatas hingga Clarisa tidak dapat memberontak lagi.
"Berapa hargamu? Aku dengar kamu belum pernah tersentuh." Clarisa memberontak begitu tahu apa maksud dari ucapan Leo. Apa Leo kira Clarisa adalah wanita murahan? Tidak.
"Kau gila! Lepaskan aku!" Clarisa berusaha melawan disaat tubuh kuat Leo mencengkramnya dengan kuat.
"Kenapa? Bukankah kau suka bernegosiasi dengan harga?" Ucap Leo tepat ditelinga Clarisa.
Clarisa berusaha melawan saat Leo mulai menyesapi leher telanjangnya hingga meninggalkan bekas membiru disana. Clarisa tidak boleh lengah. Clarisa berusaha sebisa mungkin menahan suara aneh yang mungkin muncul dari bibirnya.
"Lepas! Aku bukan jalangmu!" Clarisa berontak semakin kuat, saat tangan Leo meraih kacing kemejanya. Apa yang akan Leo lakukan padanya?
Leo melepas tiga kancing teratas milik Clarisa.
Leo mengabaikan seluruh teriakan dan perlawanan dari Jasmine. Leo menarik Jasmine hingga terduduk tepat diatas pangkuannya.
Leo menyukai penampilan Jasmine sekarang, terkesan berantakan namun seksi. Leo meraih tengkuk Jasmine dengan cepat, hingga kedua bibir mereka bertemu.
Clarisa memejamkan matanya rapat-rapat saat bibir Leo dengan kasar mendarat di bibirnya. Clarisa hanya bisa terdiam, membiarkan Leo melakukan keinginannya sampai emosinya mereda.
Rasa ini, rasa yang tidak asing. Alkohol. Clarisa tidak suka itu. Walaupun bisa dibilang Clarisa hanya pernah mencicipinya sekali, namun bukan menjadi alasan Clarisa tidak tahu rasanya.
Leo menggeram, saat tak kunjung mendapat balasan dari Jasmine. Tangan Leo yang masih setia menyekal kedua tangan Jasmine agar tidak melawannya, kini terlepas dan beralih melingkar pada pinggang Jasmine.
Leo melepaskan tautan bibir mereka saat dirasa Jasmine tidak membalasnya. Mata Leo memandangi wajah cantik merona bagai bunga sakura milik Jasmine. Leo tersenyum simpul saat Jasmine masih memejamkan matanya.
Saat Leo hendak menyatukan bibir mereka kembali, Clarisa menahan bahu Leo dengan kuat. Membuat Leo mengernyit heran.
"Kau mabuk." Leo terkekeh.
"Satu gelas kecil tidak akan membuatku kehilangan akal." Entah mengapa, ketakutan luar biasa yang Clarisa rasakan tadi menguap pergi begitu saja.
Clarisa bersungguh-sungguh akan jatuh cinta pada pria tampan ini, jika Leo memiliki sikap yang sedikit lembut.
"Sekarang apa kau tahu apa maksudku?" Tanya Leo dan Clarisa mengangguk kecil.
"Cincin itu tidak bisa dihargai dengan uang. Sama sepertiku." Leo tersenyum.
"Pintar." Puji Leo, entah mengapa Clarisa senang mendengarnya.
Leo kembali mendekatkan wajahnya pada wajah Jasmine. Kali ini Leo menyatukan bibir mereka dengan lembut.
Setan apa yang sedang merasuki Clarisa saat ini, Clarisa tidak menolak Leo dan melingkarkan kedua tangannya pada Leo.
Leo mulai melumat pelan bibir Jasmine, mengajari gadis ini bergerak membalas setiap lumatannya.
Clarisa merasa berada diatas awan setiap kali Leo melumat lembut bibirnya. Dengan gerakan amatir Clarisa membalas ciuman Leo. Jantung Clarisa kembali berdetak dengan kencang, namun kali ini bukan karena rasa ketakutan. Melainkan berdebar kencang karena menerima perlakuan yang bisa dibilang belum pernah didapatkannya.
Clarisa tidak menyangka akan mendapatkan ciuman pertamanya dari seseorang sekejam Leo. Leo melakukannya dengan sangat ahli, Clarisa sama sekali tidak kesulitan bernafas karena tautan bibir mereka.
Ciuman Leo turun kebawah dan kembali membuat banyak tanda di leher Jasmine, menciptakan teman untuk tanda yang sudah Leo buat awal tadi.
Clarisa tidak menyadari bahwa tangan Leo dengan berani melepaskan seluruh kancing kemejanya, hingga bra hitamnya terpampang dengan jelas. Bahkan jas yang digunakan Leo tadi, kini sudah teronggok di lantai, menyisakan kemeja putih yang sudah tidak berbentuk lagi.
Clarisa harus sadar, mereka tidak boleh lebih jauh dari sekarang.
"Le..ah." Clarisa bodoh, kenapa harus bernada seperti itu? Leo membuat tanda tepat di bagian atas payudaranya yang tidak tertutup oleh bra.
"Ya, Jasmine." Bagaikan dipukul oleh rotan yang panjang. Nama yang Leo ucapkan membawa Clarisa semakin tertarik kedalam kenyataan.
"Aku rasa kita harus segera beristirahat. Besok kita masih ada acara perayaan ulang tahunmu sekaligus perayaan pertunangan kita." Leo mengusap wajahnya, hampir saja Leo melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukannya pada gadis baik-baik seperti Jasmine. Sepertinya Leo harus menahan hasratnya yang sudah memuncak ini.
"Benar. Kita harus istirahat sekarang."
Clarisa dibuat kebingungan pada ucapan Leo yang berkebalikan dengan tindakannya yang menahan tangan Clarisa untuk tidak bangkit.
Clarisa mengulum senyumnya melihat pria setampan dan segagah Leo terlihat menggemaskan, saat mencoba mengancingkan kembali seluruh kancing kemejanya. Clarisa membiarkan Leo melakukannya, walaupun setelah ini Clarisa akan melepasnya lagi dan menggantinya dengan sebuah piyama.
Mata tajam Leo menyipit ketika mencoba memasukan kancing kedalam lubang kemeja. Tangan Clarisa gatal ingin mengusap rahang tegas milik Leo.
Oh ayolah, Clarisa. Orang ini sangat kejam padamu. Jangan sampai lupa!
"Selamat ulang tahun." Tangan Leo berhenti mengancingkan kemeja Jasmine. Matanya melirik kearah jam dinding yang ada diruangan itu.
"Ini masih pukul sebelas malam. Apa tidak terlalu cepat bagimu untuk mengatakannya? Ulang tahunku masih satu jam lagi." Clarisa menggeleng.
"Bukankah ini artinya aku yang pertama kali mengucapkannya padamu?"
"Sudah lama tidak ada yang mengucapkan hal seperti itu padaku, kecuali kedua orang tuaku." Ucap Leo kembali pada aktivitasnya mengancingkan kemeja Jasmine.
Tentu saja, tidak ada yang akan mengucapkan kata selamat ulang tahun kepada orang sekejam Leo. Semua orang sudah ketakutan duluan untuk memberi Leo ucapan selamat.
"Berarti aku orang pertama setelah kedua orang tuamu."
"Dasar kekanak-kanakan." Clarisa mengernyit tidak suka. Apa salah bersikap kekanak-kanakan? Clarisa memang belum sepenuhnya dewasa.
"Jangan ganti kode akses pintumu."
"Kenapa? Kaukan bisa pergi saja ke apartemen Alexa." Ceplos Clarisa. Clarisa segera menutup mulutnya yang kurang ajar.
Leo menaikkan sebelah alisnya. "Kau kenal Alexa?"
"Tidak, hanya tahu saja. Dia satu kursus balet denganku."
"Aku peringatkan, jangan dekati dia!" Kenapa suasana hati Leo mudah berubah-ubah? Garis-garis kemarahan kembali muncul di wajah Leo.
Siapa juga yang mau mendekati Alexa? Kenapa Leo ketakutan, seolah-olah Clarisa akan mendekati Alexa dan merusaknya? Oh, itu artinya Alexa adalah berlian yang Leo jaga. Sampai-sampai takut jika Clarisa menggoresnya.
Clarisa bangkit dengan kesal, membuat Leo menghela nafas kasar. Leo segera meraih jasnya dan bangkit, segera beranjak pergi dari apartemen Jasmine sebelum kehilangan kontrol lagi.
Leo menoleh sebentar kearah Jasmine yang masih setia berdiri di tempatnya. Apa yang difikirkan gadis itu hingga terlihat kesal?
"Istirahatlah, sebelum aku berubah fikiran untuk melepasmu malam ini." Ucap Leo bergegas keluar dari apartemen Jasmine.
"Hish, siapa juga yang mau sama orang sekejam dia?!" Clarisa! Baru beberapa menit yang lalu. Namun sekarang sudah berubah.