webnovel

Ch - 3 : Percobaan Pertama!

Mereka bertiga sampai di kantin, melihat Kantin penuh dengan Murid yang sedang makan atau mengobrol. Namanya juga Kantin.

Lupakan itu. Shin memilih tempat duduk yang nyaman, tapi tetap saja Komi selalu menarik perhatian banyak orang yang membuat Shin dan Shirogane kewalahan karena terus-menerus mendengar kata-kata tak enak dari sekelilingnya.

"Kalian mau pesan apa?" Tanya Shirogane.

"Aku ingin Ramen. Sudah lama rasanya tidak makan Mie kembali." Jawab Shin.

Komi melihat-lihat makanan yang ada di menu, lalu memutuskannya untuk memesan makanan yang ingin di makan. ( Aku juga ingin Ramen, sama seperti Sasaki-san. )

"Oh, gitu." Shin tersenyum kecil, lalu melanjutkan kata-katanya. "Sekarang adalah tugasmu untuk memesannya, Komi-san. Ini untuk meningkatkan kepercayaan dirimu dan keberanianmu. Pesan dengan suaramu."

Komi merasa kurang percaya diri, bagaimanapun dia sangat jarang mengeluarkan suaranya di depan orang selain Keluarganya. Oleh karena itu, memesan makanan menggunakan suaranya agak sulit baginya yang mudah gugup serta panik.

Tapi setelah Shin menyemangatinya berkali-kali, Komi menjadi lebih percaya diri dan siap untuk memesan makanan.

"Hei, aku belum memilih makananku!" Shirogane merasa kesal saat diabaikan oleh kedua orang itu yang fokus pada diri mereka berdua saja.

"Kalau begitu cepat. Apa yang ingin kau makan?"

"Ramen juga."

"Kenapa sama?"

"Aku tidak peduli mau Ramen atau apapun itu, asalkan perutku terisi itu sudah cukup."

"Huft." Shin menghela nafas singkat, lalu melirik Komi. "Kalau begitu, Komi-san, tolong pesankan tiga Ramen."

( Baik! ) Hanya itu jawabannya, sebelum Komi pergi menuju kedai yang menjual Ramen.

Shin dan Shirogane mengamati Komi dari kejauhan. Komi terlihat gugup saat berada di depan Penjual Ramen itu, terlalu gugup untuk mengeluarkan suaranya dan itu berlangsung selama lima belas menit hingga membuat antrian panjang.

"Oi, Shin, apa dia baik-baik saja?"

"Selama dia mau berusaha untuk berubah, itu lebih baik ketimbang diam tanpa melakukan apapun."

"Kau menerapkan hal yang serupa pada Ishigami, ya. Pantas saja kau tertarik dengannya, karena kasusnya agak sama seperti Ishigami."

"Benar."

Pada akhirnya, Komi tidak bisa melakukan apa yang Shin minta. Komi memesan dengan menuliskan kata-katanya di buku kepada si Penjual, yang akhirnya mengakhiri antrian panjang di belakangnya.

Komi kembali sambil membawa nampan yang di atasnya terdapat tiga mangkuk Ramen. Tapi, wajah Komi agak murung dan terlihat agak tak bersemangat dari sebelumnya.

( Maafkan aku. Aku tidak bisa melakukannya. )

"Tidak apa-apa. Kamu sudah bekerja keras, Komi-san. Itu sangat hebat."

Komi menjadi lebih baik dan mengangguk seolah meyakinkan kepada dirinya sendiri bahwa dia akan bisa melakukannya di lain waktu.

Kemudian, mereka bertiga menyantap Ramen hangat dengan nikmat, meski agak terganggu oleh tatapan orang-orang di sekeliling mereka yang kagum akan kecantikan Komi.

***

"Aku ingin melihat-lihat Sekolah ini."

"Kalau aku ingin kembali ke Kelas. Perutku sudah kenyang, nah aku bisa melanjutkan belajarku kali ini."

( Begitu juga denganku. Aku akan kembali ke Kelas. )

Shin ingin melihat-lihat Sekolah barunya ini, tapi niat awalnya dia cuma ingin mengisi waktunya dengan berjalan-jalan santai daripada berdiam diri di kelas tanpa melakukan apapun.

Mulai dari kelas ke kelas dan ruangan klub, dia juga mendapatkan tawaran dari Ketua Klub yang dikunjungi, tapi tidak ada satupun dari mereka yang menarik perhatiannya.

"Mau bergabung dengan Klub Voli?! Kebetulan, hari ini Klub kami sedang berlatih untuk mengecek performa dari Murid-murid baru."

"Boleh."

"Ayo ikuti aku."

Shin berjalan mengikuti gadis di depannya yang jelas adalah Senpai-nya di Sekolah ini. Mereka menuju bangunan lain yang terpisah, masuk ke dalamnya dan melihat banyak orang menonton pertandingan Voli antar gadis yang masih berlangsung saat ini.

Pertandingan itu memang pertandingan antar gadis, tetapi salah satu tim memiliki Pemain yang jelas kekuatan fisiknya melebihi laki-laki, sehingga mereka bisa menang dengan mudah kalau hanya mengandalkan gadis itu.

Gadis itu memiliki paras yang cantik tak kalah dari Komi, tetapi dia memiliki ekspresi wajah layaknya seorang Harimau yang lemah lembut tapi juga ganas, rambut merah mudanya yang cerah berkibar seiring dia berlari ke sana-kemari.

Shin memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana sambil berpikir kalau ... dia memang tidak tertarik dengan kegiatan Klub seperti ini. Jadi, Shin pergi sebelum bola datang dengan kecepatan tinggi ke arahnya.

"Awass..!!"

*BANG*

Semua orang mengira kalau bola Voli itu akan menghantam Shin karena bola tersebut sangat cepat dan kuat, tapi justru sebaliknya ... Bola itu berhenti total tepat di cengkraman Shin tanpa membuat Shin goyah sedikitpun.

"..." Semua orang kaget melihatnya. Setidaknya Shin terpental atau Bola itu ditangkis oleh Shin mengingat Bola Voli itu di Smash dengan kuatnya, tapi ... Shin sama sekali tidak terlihat kesakitan saat menangkapnya.

"Boleh juga." Seringai Shin terbentuk di wajahnya, lalu dia mengembalikan bola itu dengan cara dilempar.

"Maaf! Maafkan aku!" Gadis berambut merah muda itu, membungkuk minta maaf kepadanya berkali-kali dengan nada menyesal. "Apa kamu tidak terluka?" Tanyanya setelah ucapan permintaan maaf.

"Tidak. Lain kali, hati-hati. Itu saja."

"T - Tunggu!"

"Ada yang lain?"

"Kamu dari kelas mana? Namamu?"

"Buat apa?"

"Aku akan meminta maaf dengan cara yang benar. Saat ini aku sedang bertanding, jadi ..."

"Itu terlalu merepotkan, baik bagiku dan bagimu. Lagipula, bagaimana caranya meminta maaf cara yang benar? Tapi yah ... namaku Sasaki Shin. Anak dari kelas 1-5."

"Namaku Shikimori Micchon. Aku akan lebih berhati-hati lain kali."

"Oke. Aku pergi dulu."

***

Bel berbunyi menandakan pulang Sekolah. Shin berjalan dengan wajah lesu dan lelah, karena tadi dia terkena masalah lain. Di tangannya terdapat banyak sekali kertas yang diberikan untuknya, kertas itu adalah kertas milik Klub-klub yang menginginkan Shin bergabung.

Setelah kejadian bola Voli itu, banyak Ketua Klub meliriknya karena kekuatan fisik Shin. Shin mencoba beralasan dengan cara mengatakan kalau itu cuma kebetulan, tapi siapapun pasti tahu kebohongannya.

Siapa yang bisa melakukan hal itu dalam waktu sedetik saja. Dari kecepatan, kekuatan hingga refleks Shin, jelas sangat bohong kalau dia mengatakan itu cuma kebetulan.

"Gadis itu, Shikimori-san, dia juga menimbulkan masalah kepadaku. Dia meminta maaf kepadaku yang membuat orang seperti membenciku ... Tidak, mereka memang membenciku setelah melihat gadis cantik meminta maaf kepadaku. Merepotkan sekali."

Mungkin, dia akan berusaha untuk tidak bertemu dengan Anggota dari Klub Voli lagi, karena tak menginginkan hal yang serupa di kemudian hari.

"Hei, ada apa? Kau terlihat lesu sekali dari biasanya." Shirogane datang dari belakang, langsung merangkul Shin yang tampak kelelahan.

"Lihat ini." Shin menunjukkan semua kertas dari Klub Olahraga yang diberikan kepadanya. "Tidak wajar, bukan?"

"Kau juga pasti melakukan hal yang tak wajar sehingga mereka memberikan kertas itu kepadamu. Itu sangat banyak."

"Sepele, kok."

"Sepele? Aku tidak akan percaya lagi setelah melihat ini kedua kalinya. Ingat saat SMP kau juga diberikan kertas oleh Ketua dari Klub Olahraga? Kau berkata kepadaku kalau kau melakukan hal yang sepele, padahal sangat luar biasa."

"Ini berbeda."

"Sama."

"Heh." Shirogane tersenyum kecil sebelum mengeluarkan dua tiket dari dalam tasnya. Tiket itu adalah tiket...

"Bioskop?"

"Ya. Aku berniat mengajakmu. Mau nonton bersamaku?"

"Setidaknya ajaklah gadis untuk menonton."

"Kau tahu sendiri kan kalau aku sama sekali tidak punya hal yang begituan."

"Benar juga, ya. Kita sama-sama jomblo."

"Tapi ... kau lebih hebat dalam hal ini."

"Maksudnya?"

"Bodoh. Lupakan itu, ayo kita nonton bersama!"

Setelah sampai di Bioskop, mereka baru sadar kalau tiket Bioskop itu untuk menonton film romantis yang seharusnya cocok ditonton oleh pasangan bukan sahabat. Jadi ... lebih baik mereka menghentikan niat mereka untuk menonton atau akan terjadi yah ... sebuah kesalahpahaman.

"Lebih baik jangan nonton."

"Benar. Aku setuju."

"Cari alternatifnya."

"Ah, kalau gitu, mau makan? Kebetulan aku punya voucher makan gratis."

"... Aku baru tahu kalau kau suka mengoleksi tiket dan voucher. Berapa banyak yang sudah kau kumpulkan?"

"Apa terdengar aneh?"

"Entahlah. Ayo makan."

"Benar."