webnovel

Ch - 21 : Bisnis!

Shin terpaksa tidur di Asrama Taman Bermain, karena sudah terlalu malam dan juga karena Apartemennya lumayan jauh, jadi dia sangat malas untuk bepergian lagi setelah menerima banyak masalah dalam satu hari.

Rikka meneleponnya, mereka sempat bertukar nomor telepon, dan Shin mengatakan kalau dirinya sedang sibuk sampai tidak bisa kembali sampai besok. Dia merasa sedikit bersalah meninggalkan Rikka, padahal Touka memintanya untuk mengawasi Rikka.

Malam itu, Shin tidak langsung beristirahat dan malah memikirkan rencana kedepannya agar Taman Bermain ini setidaknya bisa berkesan. Bisa saja dia mempromosikannya ke Akun Media Sosial Perusahaannya, tapi mengingat bahwa Taman Bermain ini sangat tidak seperti Taman Bermain, dia mengurungkan niatnya.

"Pertama-tama adalah Perbaikan." Shin mencaratnya. Dia ingat kalau wahana yang dia naiki di sini bisa membahayakan orang-orang, terlebih lagi wahananya tidak pernah diperbaiki ataupun diperiksa.

"Kedua adalah Pembersihan." Melihat betapa kotor dan tak terawatnya Taman Bermain ini, membuat Shin menetapkan bahwa Pembersihan adalah hal utama yang harus dilakukan.

"Semua itu membutuhkan Modal." Shin mempunyai banyak uang di Rekeningnya, belum lagi ada Rekening Perusahaannya jadi bukan masalah besar.

"Aku perlu menutup Taman Bermain kira-kira 3-4 hari untuk memperbaikinya." Tentu saja membutuhkan lebih waktu untuk melakukan itu, tapi Shin yakin kalau orang-orang yang bekerja dalam Perbaikan bukanlah Makhluk biasa, mereka memiliki Sihir dan bukan Manusia, seharusnya 3-4 hari sudah cukup.

"Terakhir adalah Promosi sederhana." Shin juga akan membuat Akun Media Sosial sendiri untuk Taman Bermain ini agar bisa dengan mudah menyebar luaskan Pemberitahuan tentang Potongan harga untuk masuk ke sini.

"Promosi sederhana, ya. Jika aku hanya menggunakan Kertas promosi saja, itu tidak akan mungkin. Pastinya orang-orang akan langsung mengabaikannya, apalagi Taman Bermain ini sudah tidak seterkenal Taman Bermain lainnya."

Dia bisa meminta bawahannya untuk mempromosikan Taman Bermain ini, tapi masalahnya … apa ada yang spesial di sini? Jawabannya tidak ada. Jadi, dia yang harus menciptakan sesuatu yang 'spesial' di Taman ini. Shin memutar otaknya untuk memikirkan banyak hal.

"Ah, bodohnya diriku. Aku sudah membuat proyek tentang Teknologi Virtual dengan Kayaba. Hmm . . Kalau begitu, aku akan membuat sebuah Avatar yang bisa bernyanyi layaknya Manusia."

Teknologi Virtual Reality. Belum ada satupun Perusahaan yang benar-benar bisa mencapai atau membuat Game seperti itu, namun Shin bekerja sama dengan seseorang untuk membuatnya. Tapi, Shin tertarik dengan Virtual saja.

Ayahnya pernah mengatakan ataupun memberi saran kepadanya agar membuat sebuah Penyanyi yang terbuat dari Avatar Virtual. Artinya Penyanyi itu adalah sebuah Program yang bekerja layaknya Manusia.

Dia pikir itu ide bodoh, tapi saat ini … dia ingin mencobanya. Lagipula, belum ada orang yang membuatnya, dengan kata lain hal ini bisa dia manfaatkan untuk mempromosikan Taman Bermain ini.

"Kemungkinannya kecil dan orang-orang juga belum tentu datang, namun yang paling penting adalah 'Kesan' serta 'Spesial'. Moffle adalah Maskot utama, begitu juga dengan Macaron dan Tiramie. Aku tidak menggantikan mereka seenaknya." Shin mencatatnya.

"Namun, Avatar Virtual ini akan menjadi Penyanyi Unggulan di sini. Aku bisa menggunakan Elementario untuk berkolaborasi dengan Avatar Virtual ciptaanku." Shin tersenyum dan mencacatnya lagi.

Elementario adalah Grup Penyanyi di Taman Bermain ini, terdiri dari empat orang. Seperti namanya, Penyanyinya sesuai dengan Elemen, seperti Peri Air, Peri Api, Peri Tanah, dan Peri Angin. Nama mereka pun sesuai dengan julukan mereka.

"Masalah selesai." Shin menyimpan berkas-berkas dan dokumen di dalam kotak. Lalu, dia keluar dari Kantor Manager dan membeli kopi dingin dari mesin penjual otomatis.

"Kamu belum tidur, Sas— Arkmanh-kun?"

Sento datang menghampiri Shin, entah darimana dia tapi Shin tidak mau tahu juga.

"Belum. Ada beberapa hal yang harus dikerjakan sebagai Manager di tempat ini."

"Yah."

"Tenang saja. Aku bisa menanganinya, tapi sejujurnya … hutang kalian banyak sekali, ya."

"A - Ah, soal itu … aku juga tidak tahu harus bagaimana." Sento merasa agak bersalah, karena sejujurnya dia pernah mengelola Taman Bermain ini selama satu tahun. Sama seperti Shin, dia juga kaget dengan hutang dan berusaha meminimalisir jumlah hutangnya, tapi justru semakin bertambah.

"Cup, cup." Shin menepuk-nepuk kepala Sento.

"Apa ini, Arkmanh-kun? Jika kamu memegangku seenaknya, aku akan menembakmu." Tatapan Sento menjadi tajam layaknya pisau yang siap menusuk Shin. Tangannya sudah siap mengambil senjata dari dalam roknya.

"Baik, baik. Serahkan saja semuanya kepada Tuanmu ini."

"Tuan ..?"

"Bukankah tadi aku bilang kalau aku ingin kau menjadi Pelayanku? Nah, mulai sekarang kau adalah Pelayanku."

"Ughmm." Sento baru mengingatnya dan merasa malu ketika membayangkan dirinya mengenakan Pakaian Maid.

"Aku tidak sabar."

***

Keesokan harinya, Shin bangun lebih awal dari yang lain, karena dia ingin menyiapkan banyak hal. Walaupun Sento bisa mengurusnya sebagai seorang Sekretarisnya, tapi dia masih ragu dengan Sento.

Shin mengenakan kemeja putih, lalu jaket merah tua dengan aksen emas, aiguillettes emas di kanan bahu, dasi merah, celana abu-abu kehitaman, dan ban lengan merah di lengan kirinya dengan tulisan "Manager".

Sekarang dia masih berada di Kantor Manager, mengetik keyboard yang bersuara nyaring, lalu melihat tumpukan dokumen.

"Jumlah hutangnya … yah, ini lumayan mengerikan." Bahkan jika Shin mampu membayar semuanya, tapi dia akan berpikir dua kali. Bagaimanapun juga, belum tentu Taman Bermain ini akan Sukses dalam waktu singkat, jadi lebih baik biarkan saja hutangnya.

"Arkmanh-kun?"

Sento datang, membuka pintu, terkejut mendapati Shin sudah lebih awal ada di Kantor. Sento bertanya-tanya apakah artinya Shin serius mengelola Taman ini? Sento pun berharap begitu, membuatnya tersenyum kecil dan mendekati Shin.

"Apa yang sedang kamu lakukan?"

"Memikirkan banyak hal." Shin menutup dokumen, lalu melihat jam ditangannya. "Langsung saja. Kita akan menutup Taman Bermain ini untuk 3-4 hari ke depan." Katanya dengan santai.

"Huh? Itu …"

"Kita akan membahasnya di Rapat nanti. Aku ingin mengatakan semua keluhan dan rencanaku kepada semua Ketua di sini." Tatapan Shin fokus ke dokumen, lalu menggelengkan kepalanya sesaat. "Melelahkan sekali …"

"Baiklah." Sento mengangguk, berbalik dan membuka pintu, tapi sebelum itu …

"Hei, Sento."

"Apa?"

"Kenapa kau tidak mengenakan Pakaian Maid?"

"Aku ... aku tidak punya." Jawab Sento dengan wajah tersipu.

"Tapi kau sama sekali tidak berniat membelinya."

"..." Sento terdiam, karena mengenakan pakaian semacam itu memang memalukan dan melukai harga dirinya sebagai Anggota Militer di Kerajaan Maple.

"Tenang saja, aku sudah membelinya. Kau bisa mengenakannya kapanpun." Shin mengangkat sebuah kotak, lalu membukanya, memperlihatkan isinya yang ternyata pakaian Maid berwarna hitam.

"..." Sento hanya bisa termenung sambil menatap pakaian itu dengan tatapan kosong.

***

Shin dan Sento berkeliling ke satu persatu tempat yang harus mereka Periksa keadaannya. Bukan cuma itu saja, mereka juga harus mengecek stok makanan dan keadaan Mesin dari setiap wahana. Jika sekiranya membutuhkan perbaikan, maka harus segera diperbaiki.

Ngomong-ngomong, Sento saat ini tidak mengenakan Pakaian Maid, karena merasa malu dan memilih nanti menggunakannya. Dia mengenakan seragam full dress berwarna merah tua dengan aksen hitam, aiguillettes di bahu kanan, rok hitam, dan stocking putih setinggi paha dengan pita hitam.

Mereka melihat-lihat kondisi wahana di tempat Tiramie. Shin jelas sangat ingat bahwa rel kereta di sini sangat membahayakan, apalagi tempatnya lumayan kotor dan memiliki bau karatan.

"Catat. Kita akan memperbaiki dan membersihkan wahana ini."

"Baik." Sento mencatatnya.

Mereka pindah ke tempat Macaron, peri musik, yang kemarin Shin tidak sempat melihat wahananya. Tapi tempatnya lebih bersih dan nyaman dari tempat Tiramie, hanya saja Peralatan musik di sini sudah termasuk rusak.

"Kita akan membeli peralatan musik untuknya."

"Tapi, bukankah kita sedang krisis keuangan? Membeli peralatan musik bukan hal yang tepat, k—"

"Tenang saja. Aku sudah memikirkan hal itu."

Sento menatap mata Shin yang penuh dengan rasa antusias, dia mengangguk dan mencatatnya. "Baik. Selanjutnya kita ke tempat Moffle-san." Ucap Sento sambil menuntun Shin.

Tempat Moffle bisa dibilang adalah wahana paling dijaga di Taman Bermain ini, semua itu tidak lepas dari Moffle yang memiliki wahana ini sebagai area khusus baginya. Shin harus mengakui kalau Tikus cebol yang diejek dirinya sebelumnya, ternyata memiliki kinerja luar biasa.

"Dia menjaga tempatnya dengan baik."

"Walaupun Moffle-san memiliki kepribadian yang agak keras, pemarah dan suka memukul seenaknya, tapi dia adalah orang yang Pekerja keras dan setia."

Shin mengangguk mengerti, lalu dia meminta Sento untuk mencatat bahwa ada beberapa peralatan yang rusak dan perlu diperbaiki. Kemudian, dia menyadari ada sebuah serangan datang ke arahnya, jadi dia memiringkan sedikit badannya, menghindari serangan tersebut.

"Bocah!"

"Apa?" Tanya Shin tanpa menatap Moffle.

"Kau … Apa yang kau lakukan!?!"

"Memeriksa setiap wahana."

"Bukan itu! Kenapa kau menutup Taman Bermain ini?! Selama puluhan tahun aku bekerja di sini, kam—"

"Apa kau sadar kalau Taman Bermain ini sangat bobrok?"

"Itu …"

"Kau sadar, maka seharusnya mengerti apa yang sedang kulakukan. Kita harus memperbaiki Taman Bermain ini terlebih dahulu. Kita tidak bisa membiarkan para Pengunjung merasa tidak nyaman."

"Tch!" Moffle tidak bisa berkata-kata lagi, karena yang Shin katakan memang benar. "Lalu, bagaimana dengan para Pengunjung di luar yang sudah terlanjur datang ke sini? Kita tidak bisa membiarkan mereka, kan!"

"Memang benar. Untuk tugas itu, kuserahkan semuanya kepada kalian."

"Maksudmu kita tetap mengadakan pertunjukan untuk mereka meskipun Taman ini sedang tutup?"

"Kau bisa mengabaikan mereka, tapi sayangnya kau tidak bisa melakukannya, kan?"

"Benar. Membiarkan mereka yang berharap Taman ini terbuka kemnali, sikap itu sangat kurang ajar."

"Begitulah, jadi aku tidak peduli apa yang kalian lakukan. Lakukan sesuka kalian."

"T - Tapi, di sana tidak apa-apa, bagaimana menghibur mereka?"

"Aku tidak tahu. Bukankah kau yang ingin melakukannya?

"A - Aku tahu! Aku bisa melakukannya, moffu!"

Shin heran, datang darimana kesombongannya Tikus cebol di depannya ini? Padahal seharusnya Moffle bisa mengabaikan para Pengunjung, bagaimanapun juga Taman ini sedang ditutup. Namun, seperti yang Sento bilang sebelumnya bahwa Moffle sangat setia dan pekerja keras.

Moffle berjalan keluar. Shin menggelengkan kepalanya sambil mendesah tak berdaya. "Ayo kita lanjutkan, Sento." Ucap Shin menuju wahana berikutnya.