webnovel

Ch - 10 : Menyesal Karena Percaya.

"Jawab aku, sialan! Bukan, kau sudah bajingan!"

"Aku? Bukan. Dia cuma temanku."

Shirogane menatap Shin lekat-lekat, mengamatinya apakah Shin berbohong atau tidak. Dia sudah belajar hal tentang Psikologi, membuatnya agak mengerti seseorang sedang berbohong atau tidak. Namun … dia sama sekali tak melihat kebohongan dimatanya maupun kata-katanya.

Nada Shin sama seperti biasanya, terdengar membosankan dan datar, meski begitu Shirogane tidak bisa langsung percaya. Bagaimanapun juga di depannya ini adalah Sasaki Shin, orang yang berkali-kali mengalahkannya dalam Pelajaran apapun di Sekolahnya tanpa belajar sedikitpun!

Tapi … Shin tampak tidak berbohong, sehingga Shirogane menyerah mengintrogasinya dan menghela nafas.

"Siapa dia? Jawab aku dengan jujur." Shirogane mengamati Shiina yang juga … cantik sama seperti gadis-gadis yang pernah Shin temui sebelumnya. Shiina juga menatapnya seolah bertanya-tanya siapa dia.

"Begini. Shiina-san, perkenalkan orang ini adalah teman baikku. Namanya Shirogane Miyuki, orang gila yang sangat suka belajar—"

"Oi! Lagi-lagi memperkenalkanku dengan cara seperti itu!"

"Jangan protes. Dan, Miyuki, disampingku ini adalah temanku yang baru kutemui beberapa jam yang lalu. Namanya adalah Shiina Mahiru."

"Salam kenal, Shirogane-san." Shiina membungkuk dengan gerakan sempurna seolah-olah dia bukan manusia, dia Malaikat!

"O - Oh, ya. Salam kenal juga, Shiina-san." Shirogane juga sedikit membungkuk ke arahnya.

"Nah, sudah kan? Kalau begitu, ayo, Shiina-san. Tinggalkan orang ini sendiri, kita lanjutkan tujuan utama kita datang ke sini."

"O - Oi, kampret! Jelaskan itu juga!"

"Hah?" Shin memasang wajah bingung dan memandang jijik Shirogane, dia menjauhkan dirinya dari Shirogane. "Kenapa kau sangat penasaran begitu? Cepat cari pacar sana!"

"Bukan begitu, sialan!"

***

Ujung-ujungnya, Shin dan Shirogane berdebat juga untuk beberapa menit sebelum keduanya dipisahkan oleh Shiina yang merasa terbabaikan, juga keduanya menarik perhatian orang-orang serta mengganggu, bahkan mereka bertiga hampir di usir oleh Kasir di sana.

Kemudian, mereka membeli apa yang mereka ingin beli di Supermarket, lalu membayar dan keluar Supermarket. Shirogane merasa tak enak karena telah merepotkan Shiina-san, kalau dengan Shin sih dia sudah biasa.

"Maafkan aku, Shiina-san." Ucap Shirogane.

"Tidak apa-apa, Shirogane-san. Angkat kepalamu."

"Yah, syukurlah kamu memaafkan aku. Tapi, kami berdua memang sering memperdebatkan hal-hal kecil, dan orang ini yang memulainya."

"Kenapa kau yang menyalahkan aku? Bukankah kau yang terlalu penasaran dengan urusan seseorang?"

"Hah?! Itu karena aku khawatir kalau kau melakukan sesuatu kepada gadis seperti Shiina-san!"

"Bisakah kalian tidak berdebat lagi?" Shiina-san mulai merasa khawatir dengan hubungan pertemanan Shin dan Shirogane, apakah mereka memang begini? Dia takut kalau hubungan keduanya bisa hancur.

"Ah, maafkan aku, Shiina-san." Shirogane kembali meminta maaf dan dijawab sepertu tadi oleh Shiina. Lalu dia mengalihkan pandangannya ke Shin sebelum mengingat sesuatu. "Bisakah aku dan Ishigami ke Apartemenmu lagi? Kirito sepertinya juga akan ikut."

"Boleh saja. Nih." Shin merogoh saku celananya, mengambil kunci dan menyerahkannya ke Shirogane. "Jangan acak-acak Apartemenku." Ucap Shin sambil menatap tajam Shirogane.

"Tidak, kok. Aku tidak akan mencari buku-buku pornomu."

"Buku-buku porno!" Shiina kaget dan membeku, menatap Shin tak percaya kalau Shin orangnya seperti itu. Tapi, bagaimanapun juga Shin tetaplah laki-laki, pastinya Shin mempunyai sisi mesumnya. 'Benar, benar. Pasti begitu.'

"Mesum." Tanpa sadar Shiina mengucapkan satu kata menyakitkan itu.

"Kuh!" Seolah ada pedang yang menusuk hatinya, Shin memegang dadanya dan mengeluarkan suara kesakitan. "Jangan asal menuduhku, orang gila!" Teriak marah Shin kepada Shirogane.

"Cuma bercanda."

"Candaanmu itu sama sekali tidak lucu dan berbahaya."

"Baik, baik. Lalu kau mau ke mana ..?"

Shin melirik Shiina yang masih diam membeku, lalu menjawabnya. "Aku ada urusan di rumah temanku. Kalau kalian pulang, sebaiknya kunci dan rapihkan Apartemenku."

"Baik, tapi …" Shirogane jelas mengamati gerak-gerik Shin yang melirik ke arah Shiina, jadi dia menebak-nebak apakah Sh—

"Jika kau asal menuduhku lagi, aku akan membunuhmu di sini."

"O - Oh, aku tidak akan. Kalau begitu, aku duluan, ya."

Melihat kepergian Shirogane, membuat Shin merasa lega dan mengalihkan perhatiannya ke Shiina yang sampai saat ini masih terdiam. Dia menyandarkan dan bertanya. "Apa sudah selesai melamunnya? Ayo pulang."

"Iya, benar juga. Maafkan aku."

"Tidak apa-apa."

"Tapi … apa kamu orangnya mesum?"

"Kugh!"

***

Akhirnya mereka berdua sampai di Apartemen dengan selamat. Shin meletakkan semua barang belanjaan di dapur, mulai dari makanan dan minuman. Sementara Shiina akan mulai memasak sesuatu yang sepertinya akan enak.

Shiina bersiap-siap, dia mengikat rambutnya ke belakang sehingga memperlihatkan lehernya yang indah, lalu memakai apron biru. Shin merasa kalau ini seperti adegan dimana Ayahnya dan Ibunya saat itu.

Namun, dia sadar kalau pemandangan di depan matanya ini begitu indah untuk dilihat, dia harus merekam semua ini karena terlalu berharga untuk disia-siakan. Lalu dia baru menyadari sesuatu.

'Tunggu. Adegan ini ada di Game Simulasi Kencan. Bukankah saat ini Shiina-san seperti Istri muda yang sedang memasakkan makanan untuk sang Suami? Tidak, tidak. Mana mungkin. Nanti aku akan bertanya soal ini dengan Ayahku.'

Shin harus menunggu kurang lebih satu jam. Masakan matang dan ada Shiina yang meletakkan makanan di meja satu persatu. Ada banyak makan sehingga membuat Shin terkejut dan bertanya-tanya bagaimana Shiina bisa menyiapkan semua ini dalam waktu satu jam!

Mereka berdua duduk berhadapan dan menyatukan kedua tangan mereka sambil mengucapkan. ""Selamat makan.""

Menggunakan sumpitnya, Shin mengambil daging matang dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Seketika ledakan rasa yang enak terjadi di dalam mulutnya, membuat matanya melebar dan tanpa sadar melahap satu lagi daging ke dalam mulutnya.

"Bagaimana rasanya ..?" Shiina tersenyum percaya diri melihat ekspresi Shin.

"Enak. Sangat enak."

Shiina semakin percaya diri setelah dipuji oleh Shin. Lalu matanya menajam marah ketika mendengar ucapan Shin selanjutnya.

"Tak kusangka kamu bisa membuat ini."

"Apa itu artinya kamu mengira kalau aku tidak bisa memasak?"

"Tidak, tidak. Aku yakin kamu bisa memasak, hanya saja rasa dari masakanmu yang membuatku kaget. Ini bahkan lebih dari masakan Ibuku." Bagi Shin, masakan Ibunya adalah yang tertinggi, namun setelah merasakan makanan buatan Shiina, pikirannya berubah.

"Begitu. Aku senang." Shiina senang dipuji, terbukti dari wajahnya yang sedikit memerah. "Habiskan semua makanan ini dan aku ada kejutan lainnya." Ucapnya.

"Aku tidak sabar memakannya."

"Fufufu .. sepertinya aku sudah memenangi perutmu, ya."

"Perut?"

"Ya. Apa kamu pernah mendengar soal 'Serang perut terlebih dahulu sebelum wajahnya', begitu."

"Hah? Apaan itu? Aku belum pernah mendengarnya. Kamu mengada-ngada, ya?"

"Tidak. Itulah yang diucapkan seseorang kepadaku. Dan teknik itu berhasil mengalahkanmu."

"Aku tidak dikalahkan. Aku dibahagiakan saat ini."

"Sama saja."

"Terserah." Kemudian, Shin memakan dengan lahap semua makanan yang ada di meja. Shiina hanya memakan beberapa saja, karena perutnya tak menampung banyak makanan, terlebih lagi akan berbahaya bagi berat tubuhnya.

Shin merasa bersyukur karena telah dirawat oleh seorang gadis cantik.

***

Keesokan harinya, di pagi yang cerah, Shin berjalan sendirian menuju Sekolahnya. Dia harus kembali ke Apartemennya yang satu lagi untuk mengambil beberapa Peralatan, jadi dia juga harus pergi ke rumah Shirogane untuk mengambil Kuncinya.

Jadi pada akhirnya Shirogane ikut bersama Shin menuju Sekolah bersama seperti biasanya. Padahal sebelumnya, Shin diajak berangkat bersama oleh Shiina, namun Shin menolaknya dengan halus. Bukan berarti Shin tidak mau berangkat bersama gadis cantik, hanya saja …

Terlalu merepotkan. Itu saja. Shin tidak tahu ancaman seperti apa yang menunggunya dimasa depan bila mendekati banyak gadis-gadis cantik. Kemarin saja dia diancam oleh Fans Shikimori dan Kamiya, bahkan secara terang-terangan mengutarakan kebencian mereka.

Oleh karena itu, dia pulang telat karena disergap cukup lama oleh Fans kedua gadis itu dan ditanya-tanya oleh mereka.

( A/N : Yah, Kamiya dan Shikimori pulang agak telat karena ada Latihan untuk Klub Voli mereka, jadi alasan kenapa Shin dan Shirogane masih ada di Sekolah saat itu gara-gara Fans mereka berdua. )

Shirogane bahkan mencarinya kemana-mana. Shin bisa saja melawan mereka, bagaimanapun juga dia sangat kuat, Shiina adalah saksi matanya dan Shirogane pun juga sudah melihatnya. Namun … Shin tidak mau melukai mereka secara langsung, lebih baik diam-diam.

Entah bagaimana itu, tapi akan terdengar menarik.

"Apa kau siap untuk melakukan Rencana Pertama Meluluhkan Hati Sang Last Boss?" Shin menyeringai percaya diri sambil melirik ke arah Shirogane.

"Maksumu Shinomiya? T - Tunggu! Sekarang?!"

"Tentu saja, dasar bodoh! Lebih cepat lebih baik. Apa kau mau sang Last Boss di curi oleh Pahlawan lain?"

"Tentu saja tidak! Aku tidak akan membiarkannya! Lalu … eum, bisakah jangan panggil Shinomiya dengan panggilan Last Boss? Itu agak yah sedikit menggangguku dan agak kasar. Yah, begitulah."

"Aku belum pernah melihat wajahnya lagi setelah sekian lama, mungkin akan lebih mengerikan dari yang kubayangkan. Makanya aku memanggilnya Last Boss."

"Jadi kau sudah pernah melihatnya sebelumnya?"

"Dulu. Yah, aku melihatnya di Televisi."

"Benar juga. Shinomiya adalah Putri dari Keluarga Kaya. Tentu saja semua orang pernah melihatnya dan mengidolakannya. Sial, ini akan sulit." Shirogane memang sudah menyadari tingkat kesulitannya untuk mewujudkan kisah cintanya, tapi setelah dipikir-pikir kembali … ini jauh lebih sulit!

Perbedaan Ekonomi mereka adalah yang paling terlihat. Shirogane bukan dari Keluarga Kaya, bahkan untuk sehari-hari saja Keluarga cukup sulit. Berbeda dengan Shinomiya yang bisa melakukan apapun dan membeli apapun.

'Dia ini.' Shin menyadarinya dari ekspresi pahit Shirogane, lalu dia merangkul pundak Shirogane yang membuatnya kaget. "Dengar ini, Miyuki. Selama ada aku, kisah cintamu akan terwujud meskipun kau berpikir seolah-olah itu tak mungkin."

Shin menyeringai dan menatap Shirogane. "Mau bagaimanapun juga, mau bagaimanapun caranya, mau bagaimanapun kau berpikir, aku akan melakukannya kalau aku sudah menetapkannya. Sebagai temanmu, aku akan membantumu."

"Shin." Shirogane merasa terharu dan ingin menangis melihat dukungan penuh temannya, meskipun dia sadar kalau kata-kata Shin seperti seorang Chuunibyou dan terlalu lebay!

"Mari kutunjukkan Rencana Pertama Meluluhkan Hati Sang Last Boss!"

"Shin ..!!"

***

Shirogane menyesal karena telah terlalu percaya pada temannya ini.

"Aku menyesalinya."

"Ini bukan salahku juga. Ini berbeda dari apa yang kubayangkan!"

"Kembalikan kepercayaanku, sialan!"

Setelah mereka berdua sampai di Sekolah, Shin ingin melihat bagaimana rupa sang Last Boss. Jadi Shin dan Shirogane pergi menuju kelas Shirogane yang di sana sudah ada Shinomiya Kaguya yang duduk dengan tenang tanpa memperdulikan semua yang ada di sekitarnya.

Shinomiya terlihat seperti patung berbentuk gadis, wajahnya dingin dan datar tanpa ekspresi, matanya seperti ikan mati. Itu jelas-jelas berbeda dari yang Shin bayangkan!

Bahkan Shin mencoba berinteraksi dengan Shinomiya ketika Shinomiya keluar dari kelas, tapi tanggapan Shinomiya terlalu dingin untuk seorang Manusia, membuat Shin lebih terkejut lagi karena terlalu meremehkan hal ini.

"Kau tahu, kupikir Shinomiya yang kau cintai itu seperti gadis Tsundere dan Moe-moe-kyun atau semacamnya. Ini jelas-jelas bukan! Sekarang aku bertanya-tanya bagaimana kau bisa jatuh cinta dengan patung berbentuk manusia itu?!"

"Kau sudah mengecewakan kepercayaanku, jangan juga mengejeknya, SIALAN!" Dan Shirogane baru sadar kalau orang di depannya ini terlalu sering memainkan Game sampai-sampai menyamakan Game dengan Dunia Asli.

Shirogane sudah salah berkonsultasi.