"Aku sudah merencanakannya sejak dari Bali. Dan, baru sekarang selesainya." Jawab Darren.
"Kamu … begitu serius sekali merencanakannya. Aku kira kamu tidak mengakui pernikahan ini." Jawab Calista dengan terisak.
Darren Merenggangkan pelukannya dan menatap perempuan yang menangis tersedu di hadapannya.
"Kamu bilang apa? Kamu menganggap aku menyepelekan pernikahan ini?" Darren mencari kejujuran dibalik mata berair perempuan yang masih konsisten mengeluarkan senjata paling mutakhir kaum wanita,yaitu air mata.
"Darren, kamu … tentu tidak lupa kan … awal mula kita menikah bagaimana? Aku hanyalah seorang gadis miskin yang membutuhkan dana sangat besar untuk … penyembuhan bapakku. Dan kamu, yang sampai sekarang aku tidak mengerti mengapa harus mencari istri lewat ajang cari jodoh? Padahal, kalau kamu mau, ratusan perempuan antri ingin menjadi istrimu." Jawab Calista dengan nada bicara yang sudah mendekati normal karena air mata yang sudah berkurang.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com