Sore hampir berakhir menjadi malam yang akan paling panjang terjadi pada diri Calista dalam seumur hidupnya. Malam ini adalah malam pertama dia dan suami tuanya yang cacat. Perempuan malang itu berjalan mondar-mandir didalam kamar dengan jantung berdegup kencang. Sebuah note dan baju lingerie seksi terdapat diatas kasurnya. 'Pakai ini sekarang juga. Ini adalah malam pertama kita berdua. Aku ingin membuktikan apakah benar istriku cantik dan... masih perawan.'
Isi note yang gila, batin Calista. Dan, lingerie itu? Lebih mirip seperti telanjang kalau dipakai. Tapi, Calista tidak bisa membantah. Uang muka sudah dia terima. Bapak sudah mendapatkan perawatan dengan fasilitas VIP. Keluarganya pun sudah memiliki rumah lebih baik sekarang. Jadi, kini saatnya Calista membalas kebaikan sang suami tua dengan tubuhnya. Toh mereka sudah sah menikah. Jadi, dia bukanlah seperti pelacur yang menjual tubuh demi uang. Calista membawa lingerie tersebut ke kamar mandi karena ingin dipakai disana. Calista mematut dirinya yang sudah mengenakan pakaian kurang bahan tersebut. Dia seperti anak remaja yang terperangkap dalam tubuh orang dewasa. Warna lingerie yang hitam, kontras sekali dengan warna kulitnya yang putih mulus tanpa cacat. Pakaian yang hanya setinggi paha bagian atas, dengan tali satu dan dibagian leher terlalu menonjolkan dadanya. Kalau ditarik sedikit, maka seluruh dadanya akan terekspose penuh.
Dia pun berjalan keluar dari kamar mandi dan betapa terkejutnya ketika lampu dikamar nyaris gelap. Pencahayaan hanya dari lampu tempel di dinding kamar. Kulit tubuhnya meremang seketika. Bukan karena pakaian tipisnya yang terkena suhu AC yang sangat dingin. Tapi, karena dia melihat bayangan seseorang di ujung kamar dekat lampu nakas sedang duduk. Calista menelan salivanya dengan sulit. Apakah ini akan menjadi malam pertama sesungguhnya?
"Kamu siapa?" Tanya Calista. Calista ragu untuk melangkah maju. Yang dia lakukan hanya berdiri mematung di atas keset kamar mandi.
"Aku suamimu." Jawab pria itu dengan tegas. Suaranya... tidak seperti orang tua. Lebih mirip anak muda. Pria itu duduk dengan satu kaki diangkat ke kaki lainnya.
"Kemarilah." Satu kata yang membuat tulang di tubuh Calista berasa rontok dan persendiannya berasa lemas. Calista ragu-ragu untuk mendekat. Namun, kakinya tetap melangkah mendekat.
"Suamiku sudah tua dan cacat. Jangan becanda denganku, kamu bukan suamiku." Ujar Calista memberanikan diri berkata lebih banyak.
"Kenapa? Kamu kecewa?" Pria itu tiba-tiba berdiri. Membuat Calista bergerak mundur beberapa langkah hingga hampir terjatuh kebelakang karena kakinya tersangkut karpet kamar. Namun, tangan besar dan lebar itu bergerak cepat meraih dirinya yang hampir terjatuh. Calista bisa melihat kalau pria ini memakai topeng. Topeng yang hanya menutup matanya.
"Hentikan, kalau memang kamu suamiku, buktikanlah!" Calista menatap nanar pria bertopeng didepannya.
"Siapa kamu butuh bukti? Kamu hanya perlu melahirkan banyak anak untukku. Karena harga dirimu sudah tergadaikan."
"Kamu... uffffff.." Bibir Calista dilumat secara paksa dengan liarnya oleh pria bertopeng. Ini bukan pria tua dan cacat. Justru sebaliknya, pria yang mengaku suaminya ini adalah pria muda yang sangat kuat dan gagah. Calista tidak bisa berpikir dengan jernih. Pikirannya kacau memikirkan semuanya bersamaan dengan ciuman ganas dari sang pria yang mulai berada diatasnya.
Calista didorong ke atas ranjang hingga menimbulkan suara mengaduh keluar dari mulutnya.
"Tolong lepaskan aku, mmh..." Kedua tangan Calista ditautkan keatas. Pria itu mengeluarkan dasi dari kantongnya dan mengikat kedua tangan Calista lalu menautkannya ke kepala ranjang. Calista memberontak dan menendang-nendang menggunakan kakinya. Dia ingin melihat dengan jelas siapa pria ini namun topeng dan cahaya kamar yang remang-remang sangat sulit bagi Calista untuk melihatnya. Pria tersebut telah membuka semua pakaiannya dan kini tampil polos. Sementara Calista masih mengenakan lingerienya. Kedua tangan pria tersebut dengan liarnya merayapi tubuh Calista yang sudah lelah memberontak.
"Kalau kamu memang lelaki sejati, malam pertama seharusnya sangat berkesan dan menyenangkan bukan? Kenapa harus seperti ini? Aku tidak akan kemana-mana. Dan juga tidak bisa. Saat aku menandatangani hitam diatas putih, aku sudah pasrah menerima kondisi suamiku seperti apa. Jadi, kamu tidak perlu mengikatku seperti ini." Pria itu bersedekap memikirkan semua ucapan Calista.
"Baiklah, aku lepaskan ikatan itu. Tapi, bertindaklah sebagaimana seorang perempuan bayaran. Kamu hanya istri diatas kertas. Ingat itu!" Pria yang mengeluarkan aura mencekam layaknya iblis ditengah malam, membuat Calista terengah-engah memberontak sambil berbicara. Ikatan Calista pun dilepaskan. Calista kini lebih tenang dan tidak memberontak lagi. Dia sudah menyadari posisinya sebagai apa. Hidup jiwa raganya sudah diserahkan ke suaminya 100 persen. Jadi, mana mungkin dia menolaknya.
"Duduklah diatas tubuhku." Perintah pria tersebut yang sudah dalam posisi berbaring di tengah kasur sambil telentang. Calista bisa melihat kalau pria itu sudah bertelanjang total. Calista yang masih mengenakan lingerie dilepaskannya satu persatu namun tidak dibagian atasnya hingga kini tubuhnya pun nyaris sama polosnya dengan suaminya, seperti yang dikatakan.
Calista menaiki tubuh pria yang mengaku suaminya itu. Otot yang kencang, perut yang berstruktur 6 packs dirabanya.
"Kamu suka? Huh, semua wanita menyukai tubuh kekarku. Sekarang puaskan aku terlebih dahulu sebelum penyatuan." Calista tidak tahu harus mulai darimana. Itulah yang membuatnya bingung dan bengong. Suami yang tidak sabaran akhirnya membalik tubuh Calista menjadi dibawahnya.
"Didepanku pun kamu berani melamun?" Pria itu melumat bibir Calista dengan rakusnya. Dimasukan lidahnya menyusuri rongga mulut Calista. Calista merasa tidak bisa bernapas.
"Bodoh, bernapaslah. Apa kamu tidak pernah ciuman hah?" Tanya suami misteriusnya.
"Kamu... hah hah... adalah.... orang pertama.. yang menciumku." Calista menjawab dengan napas terengah-engah seperti habis lari maraton jarak pendek.
"Baguslah. Berarti aku mendapatkan paket perawan segala-galanya. Hmm.. menarik." Jawab Suami sialan versi Calista.
KREKKK...
Baju Calista dirobek dengan sekali tarikan. Calista berteriak malu dan mencoba menutupi dadanya dengan kedua tangannya.
"Lepaskan atau aku akan ikat lagi tanganmu!" Pelan namun menyeramkan, itulah penekanan suara yang diberikan suami bertopengnya.
Perlahan Calista melepas kedua tangannya dan tampaklah dengan jelas dua gundukan putih kenyal yang lumayan besar. Pria tersebut menjadi lapar seketika dan meraup payudara Calista dengan rakusnya. Kuncup payudara Calista dihisap, dimainkan, dan digigitnya sehingga Calista berteriak mengaduh antara sakit dan nikmat menjadi satu.
Seluruh permukaan dada Calista di sesapnya hingga menimbulkan bercak merah dimana-mana. Segala macam foreplay sang suami diajarkan kepada Calista. Hingga saatnya penyatuan mereka yang akan dimulai, Calista sudah mengeluarkan pelepasan dua kali. Sedangkan, pria itu masih bertahan.
"Kamu baru pertama kan? Awalnya akan sakit. Tapi nanti kamu jadi ketagihan, hehehe." Jawab Pria itu dengan seringai iblisnya.
"Pelan-pelan ...." Calista sudah dalam keadaan lemas untuk memberontak. Hingga disuatu titik dia mengeluarkan jeritan tertahan karena merasa tubuhnya terbelah menjadi dua saat sang suami memasukkan juniornya dengan sekali hentakan.
"Aahhhhh.... sakkk kiitt... ahhh.... huhuhu..." Calista menangis menahan sakit dan nyeri yang tidak pernah dibayangkan oleh seorang perawan sebelumnya.
"Ohhh... ternyata kamu memang masih perawan. It feels good uhhhhh... ternyata begini nikmatnya memasuki perawan. Its amazing, yesss.... " Sang pria meracau merasakan kenikmatan tiada duanya perlahan memaju mundurkan bokongnya lalu ritmenya dipercepat dengan bunyi clap clap clap karena penyatuan mereka. Calista yang awalnya sakit menahan perih, perlahan mulai merasakan kenikmatan dunia yang membuatnya melayang. Tanpa disadari, jari mulusnya meraba dada suami diatasnya yang masih ....