"Pak Anton sedang mengurus pemakaman pacarnya, Mami," jawabku.
"Apa? Pacarnya? Sejak kapan Anton punya pacar?" Mata Mami melotot lebar saking kagetnya.
Aku menceritakan apa yang ku tahu dari Pak Anton waktu itu. Mami mendengarkan dengan seksama, meski perlahan raut wajahnya nampak kecewa. Mami terus menghela napas, seakan meredakan amarah dalam hatonya.
"Jadi, itu alasannya Anton tidak mau menjalin hubungan dengan wanita? Kapan kamu tahu hal ini, Dinda? Kenapa kamu tidak memberitahu Mami?" cecar Mami tanpa jeda.
"Saat Aisha sedang di rumah sakit, Mami. Waktu itu Pak Anton dikejar tante-tante dan ikut lari ke rumah sakit," jawabku.
"Ya, kenapa kamu tidak bilang sama Mami!"
"Aku bingung Mami, karena Pak Anton blang sama aku untuk merahasiakannya dari Mami," jawabku.
"Astaga, siapa wanita itu sampai bisa membuat anakku tergila-gila," kata Mami.
"Maaf, aku lupa namanya Mami. Tapi kalau secara wajah, wanita itu mirip denganku."
"Tunggu," kata Mami sambil mengangkat tangannya.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com