Mata Mama Amberly terbuka lebar, tangan kanannya melayang dan mendarat di pipiku. Panas langsung menjalar menyebabkan kebas sesaat di rahang wajahku. Untuk pertama kalinya orang yang selalu aku hormati sebagai Ibu, dia melayangkan tangannya.
"Beraninya kamu Dinda membentak calon menantu mama!" seru Mama Amberly.
"Aku yang jelas menantu saja tidak pernah Mama bela seperti ini," jawabku sengaja membuat Mama emosi.
"Pembantu! Kamu keluar sana!" seru Mama pada Fitri.
"Namanya Fitri Ma, bukan pembantu," kataku.
"Nggak penting! Cepat sana keluar!" seru Mama.
Aku mengedipkan mata pada Fitri. Gadis itu kemudian keluar dari ruangan rawat inap. Karena suara Mama yang kencang, Kiara sempat terusik dan menggeliat. Aku khawatir anak itu bangun dan menangis kejer seperti sebelumnya.
"Mama, kenapa belakangan ini. Mama jahat sekali sama aku? Dulu, Mama tidak pernah seperti ini," kataku.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com