webnovel

Bara

Apa yang terjadi jika hidupmu berubah dalam semalam. Setidaknya itulah yang dirasakan bara. Ingatan terakhirnya adalah dia sedang dikejar debt collector dan salah satu dari mereka menusuknya hingga dia merasa jika ajalnya sudah dekat. Tapi yang terjadi selanjutnya begitu mengejutkannya. **** Terima kasih buat yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini. Jangan lupa untuk menambahkannya ke dalam koleksi dan berikan dukungan kalian dengan memberikan vote, review dan komentarnya. Terima kasih.. ^^ ---- Lanjutan side story tentang Ben bisa dibaca di https://www.webnovel.com/book/off-the-record-ben's-untold-story_22960375506464905

pearl_amethys · Politique et sciences sociales
Pas assez d’évaluations
702 Chs

Pre

"Kamu sudah baikan?" Tanya Pak Haryo ketika Bara muncul di ruang makan untuk makan pagi bersama Pak Haryo.

Bara hanya menganggukkan kepalanya dan duduk disebelah Pak Haryo. Bara mengambil selembar roti tawar dan mengolesinya dengan selai kacang. Bara menggigit rotinya dan mengunyahnya perlahan. Ia masih tidak bisa merasakan cita rasa roti yang sedang dimakannya. Hanya rasa pahit yang masih terasa di lidahnya. Mau tidak mau Bara tetap memakan rotinya meskipun tidak merasakan apa pun.

Sudah hampir satu minggu setelah peristiwa yang menimpanya di Lembang. Sejak saat itu pula, Bara sama sekali belum kembali ke kantor. Sehari setelah pemakaman Pak Ardan, Pak Haryo mendapati Bara terbaring di dalam ruang ganti kamarnya dalam keadaan tidak sadarkan diri. Dokter pribadi Pak Haryo mengatakan Bara kelelahan.

Pada akhirnya Bara harus istirahat total selama beberapa hari. Bara sendiri tidak menyadari jika dirinya sampai terkapar di lantai ruang gantinya. Yang terakhir diingatnya, setelah berhasil mengendalikan segala emosi yang berkecamuk dalam dirinya, dia berdiam diri cukup lama di kamar mandi sampai akhirnya Bara memutuskan untuk keluar dan melangkah ke ruang ganti untuk berganti pakaian.

Ketika sedang berada di dalam ruang gantinya, Bara berulang kali menguap, Bara bahkan belum sempat mengganti pakaiannya ketika pandangannya mengabur dan kemudian semuanya menjadi gelap. Ketika tersadar dirinya sudah berbaring di ranjangnya.

"Ada yang sudah kangen berat sama kamu, dia setiap hari kesini, tapi Eyang larang dia untuk menemui kamu dulu agar kamu bisa istirahat, tapi hari ini Eyang izinkan dia buat menemui kamu," Pak haryo menyelesaikan kalimatnya.

Lalu Bara mendengar langkah yang mendekat ke ruang makan. Kimmy berlari begitu melihat Bara sedang duduk di ruang makan. Kimmy serta merta memeluk Bara dari belakang.

"Ku ini hobi banget bikin orang khawatir sih," Kimmy melepaskan pelukannya dan duduk disamping Bara.

Kimmy memegang wajah bara dengan kedua tangannya.

"Aduh, lu kok jadi kurus begini."

Bara mengerjap-ngerjapkan matanya diperlakukan sedemikian rupa oleh Kimmy.

"Lu udah baikan?" Tanya Kimmy tanpa melepaskan tangannya dari wajah Bara.

Bara mengangguk satu kali.

"Yakin? Lu udah ngga kenapa-kenapa?"

Bara kembali menganggukkan kepalanya. Kimmy masih belum melepaskan tangannya dari wajah Bara.

"Ya ampun Eyang, kok dia bisa sampai kurus begini?" Tanya kimmy sambil menoleh kearah Pak Haryo.

"Lebih baik kamu lepasin dulu tangan kamu, Bara sudah kelihatan ngga nyaman."

Pak Haryo menunjuk tangan Kimmy yang masih memegangi wajah Bara.

"Oh maaf," Kimmy akhirnya melepaskan tangannya dari wajah Bara.

Bara memegang kedua pipinya untuk memastikan ucapan Kimmy yang mengatakan dirinya terlihat kurus. Ternyata perkataan Kimmy bukan sekadar candaan, Bara merasa pipinya sedikit lebih tirus dari biasanya. Sepertinya memang berat badannya sedikit berkurang.

"Lu mau makan apa, biar gue beliin, gue ngga tega liat lu jadi kurus begitu," ujar kimmy.

"Percuma, lidah gue masih pahit," jawab Bara.

"Oh ya, Bara. Kamu sudah tidak perlu bekerja sebagai Office Boy lagi di kantor, sebagai gantinya kamu akan mengikuti tes untuk menjadi Pegawai magang." Pak haryo menyela percakapan Kimmy dan Bara.

"Kapan tesnya?" Tanya Bara.

"Kurang lebih dua minggu lagi, kamu persiapkan diri kamu sebaik mungkin agar kamu bisa diterima."

"Baik Eyang."

"Eyang, apa ngga terlalu berlebihan kalau bara sampai harus ikut tes segala?" Protes Kimmy.

"Ngga apa-apa, Kim. Gue ngga keberatan kok ikut tes," ujar Bara.

"Baranya saja ndak protes, kenapa kamu yang protes," ujar pak haryo sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Kimmy mengerucutkan bibirnya. Tidak setuju dengan apa yang disampaikan Pak Haryo.

"Tenang aja, nanti lu gue kasih bocoran," bisik Kimmy kepada Bara.

"Ngga perlu, gue mau usaha sendiri, lu ngga yakin sama kemampuan gue?" tanya Bara sambil menatap Kimmy dengan tatapan tidak percaya.

"Kayanya sakit bikin lu jadi sombong ya?"

Bara menggoda dengan sedikit menjulurkan lidahnya.

"Nyesel gue udah khawatir sama lu," ujar kimmy kesal.

Bara merangkul Kimmy dan mengacak-acak rambut Kimmy yang sudah tertata rapi. Kimmy melepaskan rangkulan Bara dan menatapnya dengan tatapan kesal. Bara tertawa. Tidak berapa lama, Bara tersedak makanan yang sedang dimakannya dan terbatuk-batuk.

"Rasain, itu kualat namanya," ucap kimmy sambil menata kembali rambutnya.

Pak Haryo tersenyum melihat tingkah polah Kimmy dan Bara. Terkadang mereka bisa saling ejek satu sama lain, namun di sisi lain mereka juga saling mengkhawatirkan satu sama lain.

***

Seusai sarapan bersama, Bara kembali ke kamarnya. Kimmy mengikuti Bara. Mereka berdua duduk bersama di teras kamar Bara.

"Ada sesuatu yang gemas banget mau gue tanyain ke lu," ucap kimmy.

"Lu mau nanya apa?"

"Are you 'okay'?" Tanya kimmy sambil membuat isyarat tanda kutip dengan kedua tangannya.

"Lu pasti udah tau semua ceritanya, kan. Bohong kalau gue bilang gue baik-baik aja, tapi gue berusaha mengendalikan itu semua, jadi lu tenang aja."

"Gimana gue bisa tenang, lu itu hobi banget bikin kita semua khawatir, lu selalu mencoba buat ngelakuin semuanya sendiri, padahal lu bisa minta tolong ke gue, atau bahkan ke Damar."

"Jujur aja Kim, setelah gue ingat sebagian tentang kecelakaan itu gue jadi takut."

"Takut kenapa?"

"Gue takut kalau kebenaran itu bakal nyakitin kita semua, gue jadi sedikit ragu buat melanjutkan pencarian gue, gue takut bakal ada Pak Ardan lainnya, gue ngga mau lagi ada yang meninggal gara-gara gue, rasanya sakit disini lebih parah ketimbang rasa sakit gue ditikam pisau beberapa kali." Bara menunjuk dadanya.

Kimmy terdiam mendengarkan ucapan Bara. Memang Kimmy tidak bisa sepenuhnya memahami apa yang dirasakan Bara. Kimmy bahkan tidak sanggup membayangkan apa yang sudah dialami Bara sejak kecil. Namun, Kimmy dan Damar sudah bertekad untuk memperbaiki keadaan. Mereka juga tidak ingin ada korban jiwa lagi akibat keserakahan keluarga mereka.

"Lu ngga boleh ragu, lu harus ingat semua tentang kejadian itu, kalau perlu, gue bisa kenalin lu sama pakar hipnoterapi buat bantu lu mengingat semuanya," ucap Kimmy sungguh-sungguh.

"Nanti gue pertimbangkan, sekarang ada yang lebih penting dari sekedar menggali ingatan gue yang hilang," ujar Bara.

"Apa yang lebih penting dari ingatan lu yang hilang itu?"

"Ya apa lagi, gue harus siap-siap buat ikut tes di perusahaan, jadi, mohon bantuannya ya Ibu Kimmy," ucap Bara sambil tersenyum jahil pada Kimmy.

"Tadi gue tawarin bocoran lu ngga mau."

"Ya gue emang ngga mau lu kasih gue bocoran, minimal bantuin gue belajar lah,"

"Lagian si Eyang kenapa harus repot-repot nyuruh lu ikut tes segala sih, padahal dia bisa aja langsung telpon Pak Gilang buat masukin lu sebagai karyawan magang."

"Mungkin Eyang mau sekalian ngetest kemampuan gue."

"Atau mungkin, Eyang masih kesal sama lu gara-gara lu berani ngebentak dia."

Kimmy tertawa menggoda bara.

"Ya, itu kan ngga sengaja, eyang duluan yang mancing emosi gue."

"Sukurin,"

"Udahlah, sekarang kita fokus aja buat persiapan tes gue, biar Eyang ngga semakin kesal sama gue."

Kimmy tertawa terbahak-bahak melihat Bara yang termakan ucapannya. Kimmy tahu, Pak Haryo tidak mungkin bisa berlama-lama kesal dengan bara. Apalagi sikap Bara yang berani membentaknya dikarenakan oleh ucapan Pak Haryo yang menyinggung Bara. Pak Haryo meminta Bara untuk mengikuti tes murni untuk mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki Bara.

"Tenang aja, gue sama Damar pasti bantuin lu kok," ucap Kimmy setelah berhasil mengendalikan tawanya.

"Thanks ya, kim."

"Itu kan gunanya keluarga."

Kimmy menggenggam tangan Bara dan menatap Bara sambil tersenyum.

Bara merasa lega, kehadiran Kimmy sedikit membantunya untuk meringankan beban dihatinya.

***

Pak Angga dan Pak Bima membicarakan tentang penerimaan Pegawai magang yang akan diadakan di MG group. Setiap tahun MG group membuka lowongan untuk bekerja sebagai Pegawai magang. Meskipun hanya lowongan sebagai Pegawai magang, namun lowongan ini banyak diserbu oleh para pencari kerja.

Bekerja sebagai Pegawai magang di MG group bisa menjadi langkah awal untuk menjadi karyawan MG group. Pemagang dengan performa yang bagus, biasanya akan ditawari bekerja sebagai Pegawai kontrak. Selama masa kontrak ini performa mereka kembali diperhitungkan sebelum diangkat sebagai Pegawai tetap. Dari ribuan surat lamaran masuk dan setelah proses seleksi yang berlapis, biasanya yang diterima tidak lebih dari dua puluh orang.

"Sepertinya tahun ini kita akan memiliki peserta yang spesial," ujar Pak Bima.

"Tidak ada yang spesial, semua sama saja dari tahun ke tahun, sepertinya kita harus sedikit menaikkan standar penerimaan karyawan kita." Pak Angga membalas dengan ketus ucapan Pak Bima.

"Menurut informasi, Bara akan mengikuti tes tersebut."

Pak Angga terdiam sejenak begitu mendengar perkataan Pak Bima.

"Menarik sekali kalau sampai putra mahkota mengikuti tes, kita lihat sejauh mana kemampuannya," Ucap Pak Angga sinis.

"Kamu segera hubungi panitia penerimaan peserta magang, kita akan naikkan tingkat kesulitan tesnya," lanjut Pak Angga.

"Bukannya itu terasa tidak adil untuk peserta yang lain, Pa? Hanya karena Bara akan mengikuti tesnya, lalu Papa memutuskan untuk menaikkan tingkat kesulitannya."

"Kamu tadi ngga dengar ucapan saya yang ingin menaikkan standar penerimaan karyawan baru di perusahaan, lebih cepat lebih baik kan kalau kita segera menerapkannya."

Pak Bima hanya bisa terdiam mendengar ucapan Pak Angga. Tidak ada yang bisa dilakukannya selain menuruti keinginan Pak Angga.

Pak Angga masih kesal dengan kegagalan anak buahnya yang tidak berhasil melenyapkan Bara dan Pak Ardan sekaligus. Mereka malah berakhir di kantor polisi dan hanya Pak Ardan yang berhasil dilenyapkan. Sementara Bara masih hidup. Namun, kabar Bara yang akan mengikuti tes untuk bekerja sebagai pegawai magang MG group membawa angin segar baru bagi Pak Angga. Pak Angga tidak akan kehabisan akal untuk menjegal Bara memasuki lingkungan MG group.

"Kamu tidak akan bisa dengan mudah menghancurkan apa yang sudah saya rencanakan," ujar Pak Angga pelan.

***

Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist musik yang saya putar selama menulis Bara.

Karya asli hanya tersedia di Platform Webnovel.