webnovel

BAD DREAM

Ketenangan dan ketampanan itu menutupi semua kegilaannya. Copyright 2NadaNada, 2019

2NadaNada_ · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
6 Chs

CHAPTER 03

"Hah?"

Langkah Sakura langsung terhenti dengan roman wajah penuh kebingungan, lalu berbalik menghadap sang gadis Yamanaka yang berada beberapa undakan tangga dibawahnya dengan kening berkerut.

"Apa?, dia kandidat utama. Siapa lagi yang cocok kalau bukan si Uchiha?"

"Yang lain bagaimana?. Hhm.. Oh, Ketua Osis kita si Nara Shikamaru itu. Dia adalah peraih nilai tertinggi lainnya di angkatan kita, bukankah dirinya lebih cocok?"

Ino memutar matanya malas."Jidat, kau paham benar apa yang akan dikatakan Shikamaru ketika kita memintanya melakukan hal tersebut". Dilanjutkan dengan dengusan sebal yang keluar dari mulutnya.

"Merepotkan saja"

Kalimat bernada malas itu langsung muncul begitu saja dikepala bersurai pink milik Sakura. Sudah menjadi rahasia umum kalau sang Ketua Osis selain seorang yang jenius tetapi juga memiliki tingkat kemalasan diatas rata-rata manusia normal. "Hm", Sakura menggumam mengerti.

Tak berselang lama, kening cantik Sakura kembali berkerut memikirkan sesuatu. "Eh, Uchiha Sasuke itu orang yang sangat dingin. Mengapa dia mau melakukan hal yang mungkin juga dianggapnya merepotkan?"

"Sakura, kalau dia bersedia melakukannya berarti hal itu tidak tergolong merepotkan. Sudah, sudah .. leherku pegal terus berbicara mendongak denganmu. Kita lanjutkan dikamarmu saja". Kata Ino sambil bergegas naik dengan mendorong badan Sakura untuk maju medekati dimana kamarnya berada.

...

"Pig, bagaimana bisa kau membuat Uchiha Sasuke dengan mudahnya setuju menjadi ikon laki-laki untuk Majalah Sekolah?"

Sakura langsung memuntahkan pertanyaan tersebut setelah mereka berdua membereskan peralatan tulis karena tugas mereka telah selesai. Sedari tadi Sakura telah menahan diri untuk tidak menanyakan hal ini dan hanya terfokus untuk mengerjakan tugas mereka agar cepat selesai seperti permintaan Ino. Tapi tetap saja dirinya sangat penasaran sehingga menggebu-gebu mendesak Ino untuk menceritakan semuanya.

Karena kalau diperhatikan dari segi manapun Uchiha Sasuke bukan orang yang mudah dipinta untuk melakukan hal semacam itu. Kalau urusan kepopuleran dan ketampanan itu sudah jelas, siapa yang tidak kenal sang Uchiha?. Manusia tampan dengan segala sikap dingin dan cueknya pada lingkungan sekitar. Anehnya malah bersahabat dengan bocah pirang Uzumaki yang kepribadiannya terkenal hangat dan berisik juga dengan si pria Shimura dengan sejuta senyum palsunya . Uchiha kita bukan introvert, dia bahkan menjadi kapten basket sekolah dan selalu membawa kemenangan disetiap turnamen yang dia ikuti.

Apalagi jumlah fans yang dia miliki sangat banyak, tak terhitung berapa kali dia telah menerima pernyataan cinta. Bahkan lokernya selalu penuh dengan surat-surat cinta setiap harinya. Tapi dia tidak menggubrisnya, pria bermata onyx itu terlalu jauh untuk digapai. Dia terlalu cuek menghadapi percintaan, dan terlalu dingin terhadap murid perempuan. Dia yang mendapat julukan Sang Misterius yang Menggoda.

"Mudah?", Ino memicing menatap Sakura. "Jidat, tidak ada yang mudah jika menyangkut Uchiha Sasuke. Ini sebuah keajaiban, kau tidak tau saja bagaimana gugup dan takut nya aku ketika kemarin berbicara langsung dengannya. Tatapan tajamnya itu serasa menembus kepala padahal kami baru mau mendekat untuk meminta bantuan. Kau tau Jidat, bla.. bla.. bla.."

Dan mengalirlah cerita dari Ino bagaimana Uchiha Sasuke sampai mau membantu Pihak Publikasi. Sakura mendengarkan dengan seksama tanpa berniat memotong ucapan Ino. Tapi sesekali alisnya akan naik, heran. Dia merasakan ada kejanggalan dalam cerita Ino. Entah kenapa perasaannya menjadi sedikit tidak enak. Entahlah, dia rasa hidupnya akan menjadi sedikit rumit setelah ini. "Semoga saja itu hanya perasaanku", Sakura membatin.

Menit-menit dikamar itu hanya terisi dengan suara Ino hingga sepuluh menit kemudian terhenti. Sang gadis Yamanaka telah menceritakan semuanya kepada Sakura. Beberapa detik setelah itu hanya diisi oleh keheningan karena Sakura terlihat mengerutkan kening memikirkan sesuatu. Mulutnya terbuka lalu tertutup kembali, ragu untuk menanyakan pertanyaan tersebut kepada Ino.

"Sudahlah, yang penting dia mau membantuku. Syukurlah, aku tidak lagi dipusingkan dengan pihak sekolah yang terus-terusan menerorku tentang tempat ikon majalah sekolah yang cukup lama kosong. Tidak ada pertanyaan lagi, Okey?. Kepalaku sudah cukup pusing karena melihat angka-angka tadi. Nah sekarang aku akan refreshing pulang kerumah. Bye Jidat."

Ino bangkit sambil sedikit melambaikan tangan, kemudian melangkah keluar kamar tanpa ragu. Dia harus cepat pulang, karena kesibukan media Publikasi akan dimulai besok. Mau bagaimana pun, dia juga ingin hasil majalah yang memuaskan. Meninggalkan Sakura yang masih mencerna perkataan Ino tadi.

"Eh Pig, tunggu!!.."

Seruan Sakura sambil sedikit berlari menyusul Ino yang lumayan jauh. Meninggalkan kamarnya dalam keheningan yang menjadi saksi bisu akan berubahnya kehidupan Sakura nanti.

...

"Sasuke."

Suara melengking dikejauhan memanggil namanya tak membuat Sasuke berhenti melangkah untuk pulang. Sekolah sudah mulai sepi walaupun masih ada beberapa murid yang menunggu jemputan ataupun angkutan umum. Melihat teriakan nya tidak membuahkan hasil, sosok itu mempercepat langkahnya untuk mengejar Sasuke didepan sana.

"Ck, hei berhenti". Teriaknya lagi yang mengundang tatapan dari para murid yang masih tersisa. Ada urusan apa dia dengan Sasuke?, begitulah kira-kira isi pikiran mereka melihat kejadian didepannya itu. Tak berselang lama sosok itu berhasil mengusul Sasuke dan menghalangi jalannya untuk kegerbang sekolah.

"Minggir.", satu kalimat datar bernada tajam langsung mengudara setelah langkah Sasuke dihadang oleh seorang perempuan. Sosok itu tidak menggubris perkataan sang pria dan sibuk mengatur napasnya yang tersengal akibat sedikit berlari tadi, maklum efek jarang olahraga.

"Ck, Yamanaka". Satu decakan sebal penuh peringatan kembali Sasuke lontarkan. Ino sang gadis yang dipanggil lekas mendongak, mengulurkan tangan kesamping ingin menghalangi jalan Sasuke yang ingin kembali pulang. Satu tatapan tajam kembali dilayangkan Sasuke, merasa kesal akan hal yang dilakukan gadis dihadapannya ini.

Ino berusaha tersenyum menghilangkan sedikit ketakutannya akibat ditatap tajam oleh sosok terdingin disekolah yang malah terlihat seperti cengiran bodoh milik Naruto. "A-aku ingin minta tolong padamu, ini berkaitan dengan Majalah Sekolah kita", dalam hati dia mengutuk semua anggotanya yang telah membuatnya berhadapan dengan sang singa ini. Tidak ada anggotanya yang ingin menghadapi Uchiha Sasuke secara langsung dan berakhir Ino sendiri yang harus melakukannya.

"Hn", Sasuke hanya menyahut singkat. Sang gadis Yamanaka mengerutkan kening tidak mengerti apa maksud bahasa abstrak milik sang pria didepannya. "J-jadi kau mau membantu?, k-kami belum menemukan ikon laki-laki yang cocok tapi kandidat utama adalah dirimu." Ino lanjut berbicara sambil menelan ludah sedikit gugup.

"Tidak, itu sangat merepotkan". Sahut Sasuke sambil melangkah kembali ingin berlalu. Pembicaraan ini hanya membuang-buang waktu, pikirnya. Tapi langkahnya kembali tertahan karena sang gadis bersurai pirang pucat didepannya mengatupkan tangan didepan muka seolah memohon.

"Tolonglah Sasuke, kau tidak tau betapa susahnya kami menemukan kandidiat yang cocok untuk majalah sekolah kita ini. Ikon perempuan telah terisi oleh sahabatku Sakura, kalau kau tidak menjadi ikon laki-laki maka siapa lagi yang cocok?, aku tidak mungkin meminta Naruto yang melakukannya. Dia itu terlalu.. bla.. bla..", Ino kembali menyerocos tanpa henti berbicara tentang keluh kesahnya dan suka dukanya mencari seseorang yang cocok.

"Baiklah.", suara bariton yang dalam itu memotong perkataan Ino. Dia langsung berhenti berbicara dan menatap Sasuke, sesaat dia merasa sedikit err.. merinding??. Entahlah mungkin itu hanya perasaannya saja. "Terima kasih Sasuke, ingat janjimu untuk bersedia membantu pihak Publikasi sekolah. Jangan lupa nanti akan kami panggil. Kau harus datang!!". Ucap Ino dengan sedikit berteriak karena dia telah berlari menjauh setelah mengucapkan kata terima kasih, kemudian berbalik badan meneruskan arah menuju depan gerbang karena telah ditunggu oleh kekasihnya, Shimura Sai.

Meninggalkan Sasuke menunduk disana dengan pikirannya sendiri, entah apa yang dipikirkannya. Tapi sesekali dia akan tersenyum kecil seolah puas dengan sesuatu, dia mengangkat kepalanya dengan memperlihatkan sedikit kilatan aneh dimatanya.

.. To Be Continued ..