webnovel

Ep 9

Ayve yang baru sahaja menapak masuk ke dalam ruang utama itu dikejutkan dengan suara lengkingan seseorang. Serta-merta langkahnya terhenti. Dia memasang telinga cuba mendengar suara siapa yang sebentar tadi melengking itu.

"Jika sampai dia terluka saya tidak akan pernah memaafkan kalian!"

Ayve mengerutkan kening. Suara itu.. sepertinya dia kenal dengan suara itu.. Itu suara Hyder! Hmm, sebentar. Kenapa dengan Hyder. Apa yang lelaki itu marahkan.

Tidak menunggu lebih lama Ayve segera melangkah masuk mendapatkan Hyder. Lelaki itu terlihat emosi. Di hadapan lelaki itu hampir kesemua maid dan pengawal di rumah itu ada di sana. Apa yang terjadi?

"Hyder..."

Mendengar suara lembut itu membuatkan amarah sekaligus khawatir dalam diri Hyder lenyap begitu saja. Lantas dia menoleh dan mendapatkan Ayve yang sedang berjalan ke arahnya.

"A.. Ayve"

Berhambur lelaki itu mendapatkan Ayve. Tidak sempat Ayve menolak tubuhnya sudah berada dalam pelukan kemas Hyder. Ayve tersenyum kecil. Sepertinya dia benar-benar sudah membuat suaminya itu khawatir tentang dirinya.

"Tidak apa-apa, hmm. Aku sudah ada di sini" pujuk Ayve mengusap lembut belakang lelaki itu.

Hyder perlahan melepaskan pelukannya tetapi tidak sepenuhnya dia lepaskan. Wajah yang tersenyum hangat itu dipandang dalam.

"Sayang kau membuat aku takut. Kau kemana saja, hmm" masih jelas kekhawatiran di wajah itu.

"Cuma ke taman sebentar" beritahu Ayve.

"Lain kali beritahu kami dulu sebelum kau keluar ke mana-mana ya" pinta Hyder kembali memeluk Ayve.

Ayve mengangguk mengiyakan. Dia jadi rasa bersalah. Tapi ada sebuah rasa yang sudah lama tidak dia rasakan. Rasa hangat yang menjalar itu membuatkannya teringat akan ibunya. Rasa kepedulian yang sama itu hari ini kembali dia rasakan. Dia jadi rindu dengan ibunya.

Kerana terlalu terbuai dengan perasaan yang dia rasakan itu membuatkan dia hampir lupa jika di sana masih ada maid dan pengawal tadi.

"Ehh.. sebentar" Ayve melepas pelukan Hyder perlahan.

Matanya terarah ke arah maid dan pengawal yang masih berdiri menunduk di sana. Matanya kembali terarah pula ke arah Hyder dengan kening berkerut.

"Kenapa kau panggil mereka semua ke sin?"

"Mereka harus ku hukum"

Sepertinya Hyder masih terlihat kesal dengan maid² dan pengawal² yang ada di sana.

"Kenapa perlu dihukum. Ini bukan salah mereka"

"Tetap saja mereka salah" datar Hyder menjawab masih tidak ingin memaafkan maid² dan pengawal² yang ada di ruangan itu.

Ayve menggeleng tidak setuju. Dia menoleh ke arah maid dan pengawal yang ada. Dia meminta mereka untuk pergi terlebih dahulu dan akan menyelesaikan masalah ini nanti.

Dan jelas itu ditentang oleh Hyder namun serta-merta terdiam saat melihat betapa tulus tatapan dalam mata indah Ayve. Debaran di dada bahkan melaju. Dada disentuh sesaat. Ini pertama kali dia melihat betapa dalam ketulusan yang hadir di dalam anak mata itu. Tidak terlihat sama sekali tatapan benci yang tersembunyi di balik senyumnya seperti biasa. Apa yang sudah berlaku pada isteri nya. Apa ada sesuatu yang terjadi saat dia pergi tadi.

"Kalian pergi lah dulu. Masalah ini biar aku yang selesaikannya"

"Terima kasih atas kebaikan nya nyonya besar. Baiklah, kami pergi dulu"

Setelah maid dan pengawal tadi meninggalkan ruangan itu Hyder melepaskan keluhan kesal. Ayve angkat kening sebelah namun terbit kekehan kecilnya.

"Tidak apa-apa. Kan sudah ada aku di sini. Lagipun kita tidak boleh semena-mena nya menghukum orang lain walaupun derajat kita jauh lebih tinggi. Itu hanya akan membuat mu menuai hasil buruk di lain hari kelak"

"Maaf aku sudah salah. Tapi aku betul-betul khawatir dengan mu" Hyder menunduk meraih jemari lentik isterinya.

Ayve tersenyum. Dia paham akan maksud lelaki itu. Tapi dia tidak ingin lelaki itu bertindak menyakiti orang lain hanya kerana dia.

"Ahh lebih baik kita makan malam dulu ya. Aku sudah sejak tadi lapar"

Hyder kini sudah mampu tersenyum.

"Baiklah ayoh. Tapi..."

Cup..

Satu kecupan lama mendarat di bibir merah Ayve. Hangat menjalar hingga membuatkan semburat merah di kedua belah pipi Ayve terlihat. Ayve memejam mata memendam rasa malu yang menyerang. Ini ciuman kedua nya yang sudah dimiliki oleh lelaki itu.

Hyder tersenyum hangat melihat reaksi sang isteri. Sudah hampir 4 tahun mereka bersama tapi reaksi malu Ayve masih saja belum pudar dan itu membuat kasih dalam hatinya semakin membuah. Hyder masih belum tahu jika Ayve di hadapannya nya ini bukan lagi Ayve yang akan terus membencinya dalam topeng kelembutan. Walaupun mereka tahu itu namun mereka tetap diam kerana cinta yang kian hari kian tumbuh. Tapi tidak dengan Ayve yang sedang ada di hadapannya saat ini. Ayve yang ini adalah gadis yang berkongsi kasih tanpa kebencian.

"Itu bayaran yang harus kau bayar atas kekhawatiran ku, sayang"

"Dan jangan lupakan masih ada Cavier yang belum kau temui"

Peringatan itu membuat matanya yang tadi terpejam kembali melebar. Bagaimana bisa dia melupakan jika masih ada satu suaminya. Kekehan Hyder terdengar lagi melihat reaksi lain lagi dari Ayve. Tidak menunggu lama Hyder menarik lembut tangan Ayve supaya mengikuti nya untuk menjamu selera terlebih dahulu.

.

.

.

.

.