webnovel

AWAS! Presiden Tsundere

Sebelumnya ia adalah kepala sekretaris di kantor milik Huo Yunting, yang menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan di atas meja dan juga di “bawah” meja. Ia juga adalah istri yang patuh di malam hari, saat Huo Yunting menginginkannya. Semua ini adalah penyesalan dan juga pelampiasan dari dosa-dosa yang ia miliki, Lu Zhaoyang harus menelan semua penghinaan ini setengah mati, Ibunya adalah wanita lain dari perselingkungan busuk dari keluarga kaya Hou, yang menggetarkan seluruh keluarga dan membuat ibu Hou marah besar. Mungkin adalah suatu pembalasan yang impas, juga tawaran paling buruk dalam hidup Lu, saat Hou Yunting datang mengrebek rumahnya di suatu hari. “Kamu harus membayarnya dengan tubuhmu, setiap hari.” Tawaran dibuat dan ia tak bisa berkata tidak. “Kalau kamu belum merasa puas dengan permainan ini.. Baiklah, mungkin kita bisa bermain permainan perceraian, lalu kita menikah lagi, melakukan hal yang sama dan mengucapkan ikrar pernikahan berulang-ulang untuk mempelai wanita, lagi dan lagi. Lagi dan lagi, aku bisa melakukannya. Bukankah itu sangat manis, sayangku?” Apakah itu menggetarkan hati atau malah membuat sedih? BUKANKAH INI SANGAT JELAS? Huo Yunting... dia berhati iblis, fisik dan jiwanya adalah Iblis. Ikuti Fifty Thunder of Huo Yunting! Karena kamu akan melihat dominasi romantis klasik dalam sebuah kantor yang terjadi di dunia modern dengan komedi komedi unik dan episode-episode yang menguncanghan hati!

Shopkeeper Fang · Urbain
Pas assez d’évaluations
981 Chs

Apakah Kamu Tahu Siapa Pria Itu?

Éditeur: EndlessFantasy Translation

Wen He tahu jauh di lubuk hatinya bahwa Xiao Bai ibarat buah durian — keras dan tajam di bagian luar, tetapi lunak di bagian dalam.

Keberadaan mereka sekarang terekspos karena ulah Chen Jiu. Wen He berbalik pergi tanpa menunggu Lu Bai membantunya mengepak barang-barang. Lu Bai kaget ketika mendengar pintu dibanting dan tertutup. Selesai mengepak barang, dia menjatuhkan diri duduk di tempat tidur.

Lu Bai mengeluarkan enam peluru dari saku celana panjangnya dan membentangkannya di telapak tangannya. Hari itu akhirnya tiba, setelah hidup seperti layaknya orang biasa dalam waktu yang cukup lama dan menganggap balas dendam sama saja dengan bunuh diri.

Tidak lama kemudian, bel pintu berdering. Lu Baik kembali menyelipkan peluru ke dalam saku celananya dan bangkit dari tempat tidur untuk bergegas kearah pintu.