webnovel

Chapter 16~ Scary Movie

~Andrea~

Saat ini aku dan Kyla sedang menyelinap menuju kamar kakak. Aku yakin papa dan mama sudah tidur terlelap sekarang karena waktu menunjukan tepat tengah malam. Saat ini seluruh rumah sangatlah gelap, hanya kamar kakak dan lampu luar saja yang menyala. Kami pun mengetuk pintu kamar kakak secara perlahan.

"Psstt... Ini kami..." Seru Kyla dan tak lama pintu di buka oleh Rafa. Kami pun masuk ke dalam. Aku sedikit terkejut melihat kamar kakak sudah mereka sulap menjadi bioskop mini.

Televisi yang ada di kamar kakak di taruh di atas meja komputer dan monitor komputer mereka pindahkan ke bawah. Kasur-kasur mereka susun rapih menghadap meja komputer dan terdepat beberapa snack yang mereka dapat entah dari mana. Alex dan Aldo sedang menyiapkan film yang akan kita tonton dengan mencari kaset dari koleksi kakak. Sementara Tio sedang asik memakan keripik sambil berbaring di atas kasur.

"Kalian benar-benar merubah kamar kakakku dengan sangat hebat. Aku yakin saat dia mengetahuinya dia akan marah besar." Komentarku.

"Bukan urusan kita. Lagian nanti yang kena marah kan kamu." Seru Alex dan aku hanya memutar bolaku untuk membalas perkataanya. Aku terlalu malas untuk berdebat dengan cowok seperti dia dan memikirkan kemarahan kakak, aku hanya ingin menikmati momen ini.

"Kalian mendapat makanan dari mana?" Tanya Kyla.

"Kami sempat keluar sebentar dan pergi mencari makanan." Tutur Rafa.

"Jadi kalian harus berterimakasih kepada kami!" Seru Tio.

"Terserah kau saja Tio!" Seru Kyla sambil duduk di kasur paling belakang dan menyender ke tembok. Sementara aku mengabaikan mereka dan langsung mengambil cemilan favoritku dan membukanya.

"Dre duduk di sebelahku!" Seru Kyla, aku pun tersenyum dan menganggukan kepalaku. Namun sebelum aku sempat beranjak Rafa mendatangiku dan membisikan sesuatu di telingaku.

"Kau duduk bersamaku, biar Kyla dan Alex bisa duduk bersama di kasur paling belakang. Kau ingat rencana kita kan?' Bisiknya dan aku langsung tersenyum dan mengangguk.

"Maaf Kyl sepertinya aku akan duduk di depan, aku tidak mau monster satu ini menghabiskan seluruh makanannya." Seruku sambil menunjuk ke arah Tio. Tio langsung membelalakan matanya mendengar perkataanku.

"Apa kau bilang monster?" Serunya marah. Aku hanya tertawa melihatnya yang sangat kekanak-kanakkan seperti ini. Dia pun datang kepadaku dan dengan cepat menggelitikiku. Aku langsung tertawa dan meminta ampun kepadanya, karena aku sangat tidak tahan jika seseorang menggelitikku.

"Please.. Stop.." Rengekku kepada Tio sambil tertawa.

"Oh, tidak akan kuampuni kau!" Seru Tio sambil terus mengkelitikkku.

"Please..."Seruku sambil mencoba menahan tawaku. Tiba-tiba saja Rafa menahan tangan Tio dan melepaskannya dari tubuhku. Aku pun segera bangkit dan mengatur nafasku.

"Thanks Raf." Seruku kepadanya sambil tersenyum.

"Kau tidak seru dude." Keluh Tio kepada Rafa. Rafa mengabaikan komentarnya dan duduk di sebelah kiriku, sementara Tio duduk di sebelah kananku.

"Baiklah! Aku menemukan beberapa film horor. Kalian mau yang mana?" Tanya Aldo sambil meletakan lima kaset horor di depan kami.

"Tidak bisakah kita menonton film yang lain saja?" Tanyaku dengan memohon kepada mereka.

"Kita sudah sepakat untuk menonton horor." Seru Alex.

"Lagian gak seru kalau menonton yang lain." Seru Kyla.

"Kan pas malem-malem gini. Biar makin mencekam!" Komentar Tio.

"Baiklah terserah kalian saja!" Seruku mengalah.

"Kita nonton ini saja." Usul Alex sambil mengangkat kaset Mama.

"Setuju! Ku dengar terdapat banyak jump scarednya." Seru Tio.

"Aku sudah menontonnya! Tapi tidak masalah jika kita menonton ulang." Seru Rafa.

"Aku juga sudah menontonnya. Pilihan yang bagus Lex." Seru Aldo sambil duduk di sebelah Tio dan mulai membuka keripik rasa rumput laut.

"Baiklah! Aku play ya!" Seru Alex dan mulai memasukan kaset ke dalam DVD player.

"Kalian tidak menyisakan tempat untukku?" Tanya Alex kepada Rafa dan yang lain.

"Duduk saja di belakang." Perintah Rafa sambil menunjukan jempolnya ke belakang sambil tetap serius menatap layar televisi.

"Geez! Kalian sengaja." Gumamnya sambil tetap duduk di belakang. Aku terkikik melihatnya, dia menolaknya namun aku mengetahui bahwa dia ingin bersama-sama dengan Kyla.

Tak lama kemudian filmnya dimulai. Aku mulai menutup mataku saat melihat sang ayah hendak menembak putrinya itu, dan aku terpekik kaget saat mendengar suara bass yang keluar dari film tersebut. Para lelaki sengaja membesarkan suara bassnya sehingga saat jump scared itu akan sangat-sangat besar. Rafa yang berada di sebelahku hanya tertawa kecil melihatku yang kaget.

Aku terus menutup mataku rapat-rapat sampai suara-suara mengerikan itu menghilang. Saat back sound yang mengerikan telah lewat aku mengintip dari celah tanganku untuk melihat kalau sudah aman. Rafa sepertinya menyadari tindakanku dan membisikkan kalau aku sudah boleh membuka mata sambil terkekeh. Aku pun membuka mata dan menghela nafas lega saat adegan mengerikan sudah lewat.

Aku mencoba mengabaikan film tersebut dengan memainkan handphoneku sambil memakan cemilan favoritku. Lagi-lagi Rafa memperhatikan tindakankku dan menyita handphoneku, katanya tidak adil jika aku tidak menonton dengan sungguh-sungguh.

Aku yang mendengar perkataanya mencoba untuk mendebatnya, hanya saja saat aku melihat ke arah teman-temanku yang lain mereka benar-benar serius saat menonton. Tio sedang asyik mengunyah keripik sambil memeluk guling, sementara Aldo sedang menikmati lolipopnya dengan pandangan lurus ke arah televisi dengan serius. Aku melihat ke belakang dan melihat Alex dan Kyla yang sedang menonton, jarak diantar mereka sangat dekat dan aku yakin saat adegan jump scared Kyla pasti akan menyembunyikan mukanya di pundak Alex. Aku sedikit tersenyum saat membayangkannya.

Aku pun melihat lagi ke arah Rafa dan langsung melihat senyum penuh kemenangan dari dirinya. Aku memutar bola mataku kesal karena dirinya yang menang lagi. Aku mencoba untuk menyingkirkan ketakutanku dan mencoba untuk serius dalam menonton, namun semuanya percuma karena saat-saat adegan menegangkan aku tidak tahan untuk menutup mata dan mengalihkan perhatianku dari hal yang menakutkan itu. Aku yakin hari ini aku tidak akan bisa tidur, walaupun bisa tidur aku yakin aku akan bermimpi buruk.

Aku benar-benar menutup mataku sambil menggumamkan lagu untuk menghilangkan bunyi dari back sound yang sangat mengerikan itu. Rafa yang tidak puas menyiksaku dengan mengambil handphoneku mulai berulah lagi dan menurunkan tanganku dari telingaku dan memaksaku untuk membuka mata dan entah mengapa aku menurutinya dan saat aku membuka mata, tepat pada saat hantu tersebut menunjukan rupanya yang sangat aneh itu. Aku langsung berteriak karena kaget dan aku yakin wajah itu akan menghantuiku selema beberapa minggu.

Aku langsung menutup mataku dan mengalihkan pikiranku pada yang lain. Walaupun aku sudah berusaha tetap saja pikiranku akan otomatis mereka ulang wajah hantu itu. Aku merasakan seseorang memegang pundakku dan aku sempat terlonjak kaget karenanya.

"Sudah tidak apa-apa Drea. Hantunya sudah lewat." Bisik Rafa di telingaku. Aku tetap menundukan kepalaku dan menggeleng-gelengkannya karena aku tahu kalau bagian mengerikan itu masih berlanjut. Efek-efek suara mengerikan itu masih ada. Rafa pun mengangkat kepalaku dan secara otomatis aku menutup mataku rapat-rapat dan menutup telingaku.

"Open your eye." Serunya lagi dan aku memberanikan diri untuk mengintip dan benar saja adegan mengerikan itu sudah lewat. Aku mendesah lega dan mencoba melihat Rafa yang sedang kesal karena aku tidak mempercayainya. Aku sedikit terkikik melihatnya seperti itu, setidaknya sekarang aku tidak mengingat wajah hantu itu lagi.

"Kan sudah kubilang hantunya sudah lewat dan kenapa kau tidak mau mempercayaiku sama sekali." Serunya sambil merenggut kesal.

"Karena kau selalu berbohong padaku." Seruku dengan nada kasar dan mengabaikan omelannya dan meminum susu kotak favoritku.

"Kau terlalu berisik!" Keluhku mendengar gerutuannya yang tidak pernah habis itu.

"Asal kau tahu aku tidak pernah berbohong padamu. Aku ini seorang yang jujur dan tidak pernah mau berbohong karena aku tidak mau menyakiti perasaan orang lain jika aku berbohong." Tuturnya mengabaikan keluhanku.

"Terserah kau sajalah!" Seruku yang mulai mencoba untuk menonton film horor. Untung saja adegan kali ini bukan adegan yang menakutkan. Setelah menghabiskan susu kotak pertamaku, aku hendak mengambil yang ke dua namun langkahku keduluan oleh Aldo. Aku mengalah dan hendak mengambil susu yang lain sayangnya rasa mocha hanya tinggal satu dan itu sudah di pegang oleh Aldo.

"Aldo berikan padaku. Itu rasa favoritku." Rengekku kepada Aldo. Menyebalkannya Aldo mengabaikanku dan mulai menusukan sedotannya sambil dengan pandangan lurus ke depan. Aku hendak mengambilnya dan entah bagaimana caranya Aldo menjauhkannya dariku padahal pandangannya sedang berkonsentrasi pada televisi.

"Ayolah Do please..." Bujukku kepadanya.

"Udahlah Do berikan kepadanya! Dia merusak konsentrasiku dalam menonton film!" Keluh Tio sambil membantuku mengambilkan susu kotak itu. Aldo tetap mengabaikan Tio dan mulai memasukan sedotan itu kedalam mulutnya. Dengan cepat aku menyingkirkan badan Tio yang menghalangi kami berdua dan segera menarik susu kotak tersebut sebelum sedotan itu masuk ke mulut Aldo. Akibatnya susu tersebut tumpah ke baju Aldo. Tanpa memedulikan bajunya yang basah aku segera memasukan sedotan itu ke dalam mulutku dan mulai meminumnya.

"Kau!...." Seru Aldo sambil melihat ke arah bajunya yang basah. Untung saja dia sudah melepas jaketnya sehingga hanya kaosnya saja yang basah.

"Salahmu sendiri tidak mau mengalah padaku!" Komentarku kesal.

"Aku yang mengambil susu itu duluan dan kau sudah meminum rasa yang sama sebelumnya." Keluhnya.

"Aku tidak bisa meminum rasa yang lain. Coklat dan strawberry terlalu manis di lidahku!" Protesku.

"Kau bisa meminum yang plain!" Serunya lagi.

"Itu tidak ada rasanya!" Keluhku.

"Kalian berdua diam! Kalian seperti anak kecil saja! Aldo mengalah saja kepada Drea karena sepertinya dia sedang PMS dan Drea bisa kau sedikit lebih tenang? Kau sudah mendapatkan susunya." Keluh Alex dari belakang. Aku melihat ke arah belakang sambil menatapnya garang.

"Aku sedang tidak PMS!" Seruku marah dan kembali menatap layar televisi, tanpa mempedulikan teman-teman lain yang sedang tertawa. Aku kembali meminum susuku sambil menutup mata dan menyenderkan kepalaku di kasur utama. Tanpa ku sadari aku tertidur karena memang terlalu capai dan ini sudah sangat larut malam.

Aku terbangun tak lama kemudian dan menyadari seluruh teman-temanku sudah tertidur. Aldo tertidur tak jauh dari posisiku tertidur dan aku melihat Tio yang tertidur dengan kepala di lantai dan kaki di kasur, aku terkikik melihat posisi tidurnya yang lucu itu. Untung saja selama aku tidur aku tidak pernah bergerak-gerak seperti itu karena kakiku.

Lalu aku melihat ke atas dan melihat Alex yang sedang mendekap Kyla secara posesif. Aku dapat melihat bahwa Kyla sangat nyaman dengan posisi itu, dia menaruh tubuhnya di dada Alex dan mereka terlihat sangat lucu dia pun menaruh salah satu kakinya di atas tubuh Alex. Karena tidak mau kehilangan momen ini aku memfoto satu-satu posisi temanku yang lucu ini kecuali Aldo yang tertidur dengan posisi sangat-sangat biasa.

Aku baru menyadari bahwa Rafa tidak ada di dalam kamar. Aku mencarinya di sekeliling kamar namun aku sama sekali tidak menemukannya, di kamar mandi pun dia tidak ada. Aku memutuskan untuk keluar dan mencarinya namun karena kondisi rumahku yang sangat gelap aku harus menyesuaikan mataku ini. Aku mencarinya di sekitar lorong namun aku tidak menemukannya sama sekali.

Aku pun turun ke bawah, rasanya aneh ketika berada di rumah dengan menggunakan kaki palsuku. Aku sudah terbiasa dengan menggunakan kursi rodaku.

Dugaanku benar Rafa berada di halaman belakang dekat dengan dapur. Dia sedang bermain dengan Doodle sakarang. Aku jadi mengingat masa kecilku saat bermain dengannya dulu.

"Kau tidak tidur?" Tanyaku sambil berdiri di ambang pintu kaca.

"Kau sendiri, kenapa terbangun dini hari seperti ini?" Tanyanya balik.

"Hei. Aku yang bertanya duluan." Seruku

"Kau ini tidak mau kalah.. Baiklah akan kuberitahu... Aku tidak bisa tidur, itu saja." Serunya sambil melanjutkan mengelus-elus Doodle.

"Aku tahu kau tidak bisa tidur. Kalau kau bisa tidur pasti sekarang kau sedang bermimpi indah." Seruku dengan nada sarkastik sambil duduk di sebelahnya. Doodle pun ikut duduk di bawah kakiku. Dia pun diam tidak menanggapi komentarku sambil terus bermain dengan ekor Doodle yang bergoyang ke sana ke mari.

"Kau pasti ketakutan menonton film horor kan?" Godaku.

"Aku? Tidak mungkin. Aku tidak takut dengan yang namanya hantu. Justru kamu kan yang kebangun karena mimpi buruk." Serunya.

"Whatever!" Seruku sambil memutar bola mataku. Dia hanya terkekeh melihat reaksiku. Sejujurnya dia memang benar, aku terbangun karena terbayang-bayang dengan wajah hantu yang mengerikan itu.

"Sepertinya Doodle menyukaimu. Dia tidak menggonggong kepadamu."

"Tentu saja. Doodle pasti menyukaiku. Semua orang menyukaiku asal kau tahu saja." Serunya dengan sangat percaya diri.

"Kau orang narsistik yang pertama kali aku temui seumur hidupku!" Ejekku.

"Aku tidak narsis. Aku hanya mengatakan fakta."

"Menurutku itu sama saja."

Aku pun mendongakkan kepalaku melihat langit yang begitu cerah dengan banyak sekali bintang di sana. Tidak ada satupun dari kami yang melanjutkan obrolan. Malam ini begitu tenang, dan sangat dingin. Aku tidak terbiasa terbangun pada malam hari dan berada di luar seperti saat ini, namun ini sangat menyenangkan.

Udara malam hari begitu segar dan dingin, banyak sekali suara yang tidak dapat kudengar saat malam hari. Seperti suara angin yang berhembus sangat jelas, suara binatang-binatang nokturnal seperti suara-suara jangkrik dan lainnya yang tidak dapat ku kenali.

"Apa yang akan kau lakukan saat liburan nanti?" Tanya Rafa memecah kesunyian.

"Aku?.... Hmmm... Entah? Kau sendiri?"

"Aku akan menghabiskan waktu bersama keluargaku natal ini."

"Kau akan pergi ke Jerman?" Tanyaku.

"Tidak, tapi mereka yang akan ke sini. Kau mau bertemu dengan kedua orang tuaku?"

"Tidak tahu. Kaukan tahu aku tidak terlalu baik dengan orang baru. Aku takut situasi nanti menjadi akward."

"Tidak akan. Ibuku orang yang sedikit cerewet." Serunya sambil tersenyum, sepertinya dia sedang mengingat ibunya sekarang.

"Bagaimana dengan ayahmu?" Tanyaku saat mengingat album foto yang ada di kamarnya. Aku jadi sedikit penasaran tentang keluarganya.

"Ayahku... Dia orang yang baik. Dan.... Entahlah.." Serunya sambil mencoba memikirkan sesuatu.

"Kau tidak dekat dengan ayahmu ya?" Tanyaku. Walaupun aku sebenarnya aku tahu masalahnya apa hanya saja aku tidak mungkin langsung bertanya kepadanya.

"Bukan seperti itu.... Hanya saja... Situasiku sedikit rumit." Serunya.

"Kau mau membicarakannya?" Tanyaku secara lembut karena aku tidak mau membuatnya merasa terganggu.

"Hmmmm.... Entahlah?" Katanya dengan nada yang frustasi.

"Baiklah aku tidak akan memaksa... Kau pernah tinggal di Australia kan?" Tanyaku mengganti topik pembicaraan. Aku mengerti ketika berada di situasinya sekarang dan aku tahu rasanya pasti tidak enak, jadi aku mencoba untuk membuatnya terasa nyaman.

"Pernah di sana panas sekali." Serunya.

"Benarkah? Ku kira di sana akan dingin karena ada salju."

"Memang di sana ada salju namun jika sudah musim panas sangat-sangat panas di sana. Bahkan keluar rumah saja harus menggunakan sun block, kalau tidak aku yakin kulitku tidak akan seputih ini sekarang." Serunya sambil tersenyum jahil.

"Kau tidak seputih Alex, jangan terlalu percaya diri." Kataku dengan nada mengejek.

"Aku memang tidak seputih dirinya tapi aku lebih putih dari dirimu kan?" Godanya kepadaku.

"Terserah kau saja!" Seruku kesal, dia pun tertawa karena berhasil membuatku kesal. Kulitku tidak seputih Rafa tapi setidaknya aku lebih putih dari Aldo dan Tio.

"Kenapa kau senang sekali menggangguku sejak awal kita bertemu?" Tanyaku kesal.

"Aku senang melihat berbagai macam ekpresi yang kau keluarkan. Kau terlihat sangat lucu ketika marah." Serunya sambil tertawa.

"Baiklah-baiklah, aku memang lucu saat marah tapi bisakah kau tidak membuatku selalu marah setiap hari? Bisa-bisa aku terkena darah tinggi." Kataku sambil merenggut kesal.

"Kau melebih-lebihkannya..." Katanya sambil tertawa. Keheningan kembali terjadi diantara kami.

"Tapi aku sedikit penasaran. Alex tidak terlalu mirip dengan ayahnya. Dia terlihat seperti mempunyai keturun china dengan mata yang sedikit sipit." Kataku saat mengingat-ingat wajah Alex dengan ayahnya yang sempat kulihat di pesta.

"Dia mirip seperti ibunya. Ibunya adalah orang korea, makannya dia terlihat sedikit seperti orang china." Tutur Rafa.

"Ouuu... Pantas saja Kyla menyukainya. Dia tergila-gila dengan yang namanya K-Pop." Seruku sambil terkikik melihat kehebohannya saat menonton konser live streaming bersamaku di rumahnya.

"Dan kau? Kau tergila-gila dengan apa?" Tanya Rafa.

"Serpertinya kau tidak perlu bertanya karena sudah jelas terlihat jika aku sangat menyukai buku." Dia tertawa mendengar perkataanku.

"Kau benar. Aku terlalu bodoh untuk bertanya hal itu." Serunya sambil tertawa keras.

"Kau memang bodoh!" Ejekku sambil terkekeh.

"Apa kau tidak ingat saat ujian tengah semester lalu aku ada di peringkat satu." Katanya dengan sangat percaya diri itu.

"Baiklah-baiklah. Aku mengakui kau tidak bodoh tapi idiot." Seruku jahil.

"Enak saja. Jangan samakan aku sama ketiga teman idiotku."

"Tidak adil jika mereka bertiga kau sebut idiot jika kau tidak disebut idiot juga." Tuturku.

"Terserah kau saja. Lebih baik kita masuk. Kau kedinginan kan?" Tanyanya sambil berdiri dan menjulurkan tangannya untuk membantuku berdiri. Aku pun menerima tangannya dan menganggukan kepalaku.

Kami pun berjalan dalam diam untuk menuju lantai dua. Setelah sampai aku bilang kepada Rafa bahwa aku akan tidur di kamarku dan berpesan untuk menjaga Kyla. Walaupun mereka berempat adalah teman-temanku tetap saja mereka laki-laki dan aku sedikit merasa aneh bila Kyla tidur dengan keempat laki-laki itu. Namun aku dan Rafa tidak mungkin membawa Kyla pindah ke kamarku.

Setelah berpisah dengan Rafa dan masuk ke kamarku, aku segera mengunci pintu dan membuka kaki palsuku. Tidak baik jika aku terus menggunakannya seharian full. Aku baru mengingat jika kursi rodaku ada di kamar mama dan papa jadi aku akan meminta mereka untuk membawanya pagi-pagi ke sini dan aku akan mengunci kamarku seharian. Aku sangat yakin jika mereka akan bangun siang karena mereka tidur sangat malam jadi setidaknya aku bisa tenang.