"Hmm? Bukankah makanan manis itu sunnah? Jadi saya suka."
Aini menatapnya sedikit, lalu kembali fokus memakan makanannya. Sementara Azizah, dia sudah terkekeh sendiri.
"Lagipula, 'kan, sudah halal. Bisa melakukan apa saja."
"Tidak." Aini mengangkat suara, beserta kepalanya hingga berdiri tegak. "Tidak semua. KDRT tidak di perbolehkan, ya, Pak."
Mursal mengernyit datar. "Memangnya kapan saya bilang boleh?"
"Tadi," ucapnya sambil membuka kulit udang. "Bapak bilang bisa melakukan apa saja."
Decakan kesal keluar dari mulut Mursal, hingga Aini tertawa. Dia menatapi wajah gadis itu sejenak, lalu memulai makan lebih serius.
Tak lama, hidangan berbuka puasa itu kandas. Seorang pelayan restoran menghampiri mereka, hingga tatapan Aini melihat Mursal yang tampak santai menyerahkan kartunya untuk membayar.
"Kita shalat maghrib dulu, ya?" tawarnya saat mereka beranjak bangkit.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com