webnovel

Bab 15 | Berangkat dengan 'pacar' ke sekolah

Sesampainya di asrama Arif kembali membicarakan kejadian waktu dia membonceng Ryu naik motor. "Sumpah kocak banget tadi…" ucap Arif dengan bahagia.

Tiba-tiba Helena keluar dari kamar untuk cuci muka di dapur. "Ada apa sih...malam-malam ribut banget?" tanya Helena yang sepertinya itu untuk persiapan menggunakan masker sebelum tidur.

"Eh…...Na…lo tau ga tadi Ryu meluk gue saat gue bonceng?…" ucap Arif menjelaskan ke Helena.

"Sumpe lo?" seru Helena.

"Iya…" jawab Arif sambil tersenyum. "Dia meluk gue dengan erat di jalan tadi,"

"Wah…seru nih…pake adegan itu ga?" tanya Helena sambil memperagakan dua tangan saling bertemu seperti dua wajah dengan mulut merem. Sepertinya dia sedang meniru adegan wanita memiliki yang hobi aneh di sinetron komedi.

"Ya enggak lah!...jir!..." jawab Ryu dan Arif berbarengan.

Kemudian Heri keluar dari kamar untuk mengambil minum di kulkas dapur. "Ada apa sih?…Ini malam hari lho?..." tanya Heri dengan setengah mengantuk.

"Eh…Her…lo tau ga…? tadi tuh Ryu meluk gue saat gue bonceng?…" ucap Arif menjelaskan lagi ke Heri.

"Oh…" jawab Heri singkat dengan wajah datar.

"Ah...gak asik lo…" keluh Arif dengan kesal.

"Emang gue harus bilang WOW gitu?" tanya Heri menanggapi kekesalan Arif. Pada saat ini juga Helena menahan tawa nya melihat tingkah laku mereka.

"Lagian...lo bawa motor seperti pengen pergi ke akhirat…" Ryu menanggapi cerita Arif dengan kesal.

"Tapi memang lo meluk gue kan?" tanya Arif tersenyum puas.

"Heh…banci…" ucap Ryu membuat Arif terdiam.

"Apaan sih Yu...ih…" Arif langsung bertingkah seperti orang yang sangat merasa jijik.

Mendengar akan hal itu, membuat Helena akhirnya melepas tawa nya. "Eh, emang ada apa sih dengan banci?" tanya Helena penasaran.

"Tadi di jalan ada yang…auw!..." Ryu langsung berteriak karena kakinya diinjak Arif membuat Helena dan Heri tertawa terbahak-bahak.

***

Pagi harinya Ryu terkejut melihat jam handphonenya menunjukan jam 7.30. Dia langsung melompat dari tempat tidurnya lalu membuka pintu kamarnya. Dia sadar sudah tidak ada lagi teman-temannya disana.

"Sialan...gue ditinggalin…" keluh Ryu dengan kesal.

Dia lekas memakai pakaian sekolahnya yang seadanya. Untung saja malam sebelumnya dia sudah mempersiapkan buku yang harus dibawa ke sekolah, jadi dia tidak perlu repot-repot menyusun buku. Dengan cepat dia keluar dari kamar sambil menyumpal mulutnya dengan roti selai yang ada di meja komputernya.

Kamar Rio bisa dibilang berantakan karena pakaian yang berserakan dimana-mana. Botol minuman yang berserakan di meja belajarnya. Ditambah lagi asap rokok yang selalu mengepul di kamarnya. Itulah yang membuat teman-temannya menjulukinya Jin Botol.

Dia segera menuruni tangga bersiap akan berangkat ke sekolah. Dia terkejut melihat seseorang yang duduk dengan sabar menunggunya. Seketika saja Rio terdiam melihat Rasya duduk di ruang tamu sambil membaca majalah yang ada disana.

"Lo ngapain disini?" tanya Ryu kebingungan.

"Bukannya lo yang bilang ke Arif minta jemput gue pagi ini?" Rasya balik bertanya pada Ryu. "Katanya lo pengen ngomong sama gue," tambahnya menjelaskan.

"Aligator sialan…" hardik Ryu dengan kesal. "Entar sore gue bakalan balas dendam…" ucap Ryu dengan kesal.

"Kenapa Yu?" tanya Rasya kebingungan.

"Emm...aduh…" Ryu sadar harus membuat alasan pada Rasya. "Gue lupa mereka pagi ini harus ngerjain sesuatu di kelas pagi-pagi, makanya gue pengen minta tolong lo jemput gue," ucap Ryu beralasan.

"Oh...gitu…" tanggap Rasya dengan lugunya. "Kenapa kamu gak menelpon gue aja?" tanya Rasya.

"Kan gue gak punya nomor handphone lo," jawab Ryu sekenanya.

"Yaudah...ini nomor handphone lo kan?" tanya Rasya sambil memperlihatkan kontak di handphonenya. Kemudian dia menelpon nomor telepon itu. Setelah itu handphone Ryu berbunyi. "Itu nomor telepon gue," ucap Rasya lalu menaruh handphonenya ke tasnya.

"Makasih…" ucap Ryu, tapi dia sebenarnya kesal pada Arif. "Awas aja tuh anak…" ucal Ryu dari dalam hati. "Ya...ampun!...kita sudah telat…" ucap Ryu langsung menarik tangan Rasya. Sebelum berangkat Ryu menyempatkan untuk mengunci pintu asrama.

Ryu membonceng Rasya menggunakan motor Rasya. Sesampainya di sekolah mereka diperhatikan seluruh cowok yang ada di sekolah. Ryu merasa wajah-wajah penuh dendam menatapnya dengan Rasya.

Termasuk Dicky dan teman-temannya juga ikut memperhatikan Rio dan Rasya. Dicky seperti merencanakan sesuatu pada Ryu. Rasya sendiri terlihat sangat senang saat bergandengan dengan Ryu.

Setelah memarkirkan motor Rasya di parkiran, Ryu langsung berlari ke kelas untuk menemui teman-temannya. Arif, Mirhan, dan Heri senyum-senyum saat melihat Ryu sampai di kelas. Ryu memasang wajah kesal saat memasuki kelas dan menaruh tasnya di meja.

"Sialan ya lo pada…" ucap Ryu langsung marah-marah.

"Bukan ide gue, Yu… ini semua ide dari Arif…" ucap Mirhan menjelaskan.

"Kata Arif pengen ngasih lo pelajaran karena selalu bangun kesiangan, makanya gue ngikut aja…" ungkap Heri menjelaskan.

"Untung Rasya jemput gue ke asrama, kalau bukan karena dia, gue pasti datang kesiangan ke sekolah," Penjelasan dari Ryu membuat

semua cowok di kelas itu menatap Ryu dengan tatapan penuh amarah.

"Tapi lo senengkan bisa diantar oleh Rasya?" tanya Arif sambil tersenyum puas.

"Terpaksa tau gak?" terlihat sekali Ryu sangat kesal.

"Cie...ada yang diantarin ke sekolah sama Rasya," ucap Obeng menyeletuk.

"Selamat Yu…" ucap salah seorang murid cewek.

"Cuman diantarin kesekolah bukan berarti jadian kali…" Ryu mencoba menyangkal.

"Paling gak lo bisa dekat dengan Rasya…" Firman ikut menyeletuk.

"Maklum Ryu gak pernah diantarin cewek selain ibunya...makanya salting begitu…" ucap Arif mengejek Ryu.

Ryu kali ini merasa terdesak banget, dia harus mencari cara agar bisa balas dendam sama Arif. Setelah dia ingat tentang sesuatu dia langsung tersenyum puas. Dia yakin rencananya ini akan berhasil dengan baik.

"Setelah pulang sekolah kita potong rambut yuk?" ajak Ryu pada yang lain.

"Wah ide bagus tuh, kebetulan rambut gue udah panjang," Mirhan menanggapi ajakan Ryu dengan bersemangat.

"Gue males...setelah pulang gue pengen ngerjain sesuatu di asrama," Heri menolak ajakan Ryu.

"Kalau lo gimana Rif?" tanya Ryu pada Arif. "Rambut lo udah panjang banget tuh, masa iya lo gak mau motong?" tanya Ryu sambil tersenyum.

"Ia...gue ikut...tapi lo yang bayarin ya?" pinta Arif sambil tersenyum.

"Sialan lo bayar sendiri dong…" ucap Ryu dengan kesel.

"Oke...lo pada gue yang bayarin…" ucap Mirhan menengahi.

"Sultan mah santai…" ejek Heri menyinggung Mirhan.

Setelah itu bel sekolah berbunyi, mereka semuanya menunggu guru yang mengajar mereka. Arif dan Heri kembali ke tempat duduknya masing-masing. Sementara Ryu tersenyum puas karena rencananya berhasil buat ngajak Arif.

Bersambung…