webnovel

Asmarandana

Malam yang beranjak pagi, meninggalkan sepi yang bergilir menjadi harapan.  Bersama Sang pagi yang kini telah merindukan malamnya. "Kau tau pagi dan malam bagaikan tembang Asmarandana, ya itu sebuah perumpamaan dimana mentari di pagi hari membara tatkala menemui bulan," kata laki-laki itu yang kini tengah berdiri di depan sang gadis. Gadis yang kini telah berumur 19 tahun itu biasa dipanggil dengan nama Anatasyia Viona Hammid. Dia kini telah berada dipinggiran sungai menikmati mentari yang tengah tenggelam bersama seorang laki-laki yaitu Anandra Jeno Ardiansyah.

Tulisan_Pyy · Romance
Pas assez d’évaluations
56 Chs

17. Rumor

"Bersabar dalam menanti, bukan berarti tak bisa memiliki" -Nadira Savella Tzuyu

.

.

Setelah hari sabtu kemarin Jeno membawa Viona ke rumah neneknya, tepat hari senin ada rumor yang beredar kalo Jeno habis dari tempat gym sama teman sekelasnya yaitu Tzuyu setelah pulang mengantarkan Viona. Jelas saja semua orang membicarakannya siapa juga yang nggak kenal Jeno dan Tzuyu yang menjadi bulan-bulanan seluruh penjuru Institut karena fisik mereka. Apalagi Tzuyu baru saja menjabat sebagai Miss di Institut, so pasti banyak banget yang kenal sekaligus ngefans.

Banyak yang membicarakan kalau Jeno dan Tzuyu itu cocok, apalagi kemarin Jeno juga mengantarkan Tzuyu pulang setelah dari gym.

Viona yang mendengar mahasiswi-mahasiswi tukang ghibah, dia hanya tak acuh. Dia juga belum tau yang sebenarnya dan alasan Jeno sendiri. Yang ada dipikiran gadis itu ya wajar-wajar saja, mungkin Tzuyu waktu itu nggak bawa kendaraan dan sekalian ada Jeno bisa aja nebeng, atau Jeno yang notabennya baik sama semua orang menawarkan diri memberikan tumpangan.

Nada yang merasa kalo Viona hari ini cukup pendiam bahkan waktu diajak ngobrol malah ngelamun. Nada menarik tangan Viona untuk dibawa keluar kelas mumpung dosennya juga belum datang.

Viona terkesiap dari lamunannya, "Kenapa mbul?"

"Ikut gue bentar," ujar Nada serius, bahkan yang lain segera diam saat Nada mulai menarik tangan Viona.

Viona menghela nafas lalu mengangguk, setelah itu mengikuti Nada yang sudah berjalan menuju pintu. Mereka kini sudah berada didepan toilet cewe, duduk di kursi yang disediakan Institut.

"Kenapa hee?" Tanya Viona.

"Lo lagi mikirin apaan?" Tanya balik Nada.

Viona mengernyit, "Kagak mikir apa-apaan, b aja dah,"

Nada merotasikan bola matanya malas, "Tentang rumor?"

"Hah...rumor apaan?"

"Ga usah belagak bego ya lo, semua orang lagi ngomongin anjirr," ketus Nada, dia tau kalo Viona sedang mengulur-ulur waktu. Merasa nggak tau padahal dari tadi Viona mikirin.

"Yang jelas dodol, ga usah berbelit-belit gue bukan psikometri yang bisa baca pikiran,"

"Lo yang berbelit-belit!! Lo bahkan udah tau tapi tetep diem,"

Viona menaikkan sebelah alisnya, "Terus mau gimana hah? Itu urusan mereka lah, kenapa lo sangkut pautin sama gue,"

"Ckk sumpah lo emang bego kalo masalah percintaan anjirr,"

Viona menjitak kepala sahabatnya itu, "Sembarangan kalo ngomong bangke,"

"Ya lo sih udah tau punya perasaan sama jeno masih aja tarik ulur!!" Seru Nada cukup keras yang mengakibatkan beberapa mahasiswi yang lewat tersentak.

"Bego...kalo teriak tuh tau tempat anjirrr,"

"Gemes banget gue tuh, eh kalo ciwi-ciwi tadi fans tzuyu begimane?"

"Lo goblok, udah tau rumornya tersebar di seluruh kalangan masyarakat institut, pake ngomong ngegas lagi, kalo gue dapet masalah setelah ini, awas aja lo!!" Ketus Viona lalu menatap death glare Nada yang tengah meringis dengan kedua tangannya membentuk peace.

"Dah mau balik kelas, nggak guna lu huuuu," ujar Viona lalu beranjak pergi.

"Awas aja lo sampe uring-uringan ke gue, gue tendang lo..."

Nada berlari mengikuti Viona yang sudah memasuki ruang kelas. Viona masih menatap tajam ke Nada, bisa-bisanya ngomong gitu pake suara trontonnya itu ya jelas dongkol lah. Nada yang ditatap seperti itu malah mengejek dengan menjulurkan lidahnya, definisi temen bangsat ya gini minta di kemplang dulu baru diem.

"Ini lagi ngapain jelek-jelekin muka padahal udah jelek," ujar Jaemin yang duduk di samping Viona.

Nada melotot, "Gue penggal juga tu pala, awas aja lo hendra!!"

Viona mendengus, "Lo juga ngapain duduk samping gue hah..."

"Hehe kan kuis," ringis Jaemin.

Para laki-laki mah kalo ada kuis udah berjejer rapi mengelilingi Viona sama Suhyun, mulai dari samping kanan Viona ada Jaemin sebelahnya Hyunjin, belakangnya ada Suhyun dan samping gadis itu ada Haechan sama Felix. Dah lengkap tuh kalo mau nyontek, Felix sebenernya netral-netral aja sih, dia bisa ngerjain sendiri nggak parah-parah amat kayak yang lain.

"Ckk belajar hendra!!" Viona melempar buku catatannya ke wajah Jaemin. Jaemin dan Nada tuh sama, sama-sama suka bikin kesel Viona bahkan kadang gelagat mereka tuh sama ya walaupun kalo ketemu sering musuhan, bacot semua sih makanya suka bentrok.

Jaemin hanya mengelus-elus dadanya sambil bergumam, "Nggak boleh marah mahendra nanti nggak dapet contekan,"

Viona yang mendengar gumaman Jaemin hanya menatap sarkas setelah itu memalingkan pandangannya ke Yeri yang ada disebelah kirinya.

"Lo ada masalah ya?" Tanya Yeri.

"Ga usah dibahas lagi nggak mood gara-gara kecebong satu itu," Viona melirik tajam ke arah Nada yang tepat berada dibelakang Yeri.

Bukannya minta maaf Nada malah ketawa-ketawa dan berakhir mendapat cubitan dari Suhyun. Emang dia tuh suka banget kalo temennya jengkel, kalo sendirinya yang kesel sama susah mah udah nangis-nangis ke rumah Viona sampe banjir air mata.

Pertemuan kali ini diawali dengan kuis, pak Donghae membagikan soal kuis yang berisi lima soal pendek. Pendek sih soalnya tapi jawabannya itu lo yang Subhanallah bikin nangis dalem ati.

Sebelum mengerjakan pak Donghae memimpin untuk berdoá terlebih dahulu menurut kepercayaan masing-masing. Setelah selesai, pak Donghae mempersilahkan mahasiswa utuk mengerjakan soal kuis dan hanya diberikan waktu selama 15 menit. Apa tidak pusing bala Haechan ini hmm.

Viona segera mengambil pen dan mengerjakan soal yang menurutnya mudah terlebih dahulu, kalo Jaemin mah dari tadi udah ngelirik-ngelirik kertas jawaban Viona padahal gadis itu masih menulis nama dan nomor induk.

Sebenernya diajar pak Donghae tuh enak, pas kuis aja malah ditinggal main ponsel padahal deretan Viona tuh udah ribet cari contekan. Apalagi si Hyunjin udah tengak-tengok dari awal pembagian soal, emang nggak ada yang bener mereka tuh.

Jaemin segera menulis cepat setelah pak Donghae bilang kalo waktu tinggal lima menit, Viona mah udah selesai dari tadi cuma nungguin Jaemin selesai nyontek aja. Kalo Haechan mah udah santuy soalnya dari tadi udah dapet jawaban dari Suhyun sama Felix, seenak jidat emang.

Nada yang dari tadi colak-colek Viona mah udah nahan kesel sendiri soalnya Viona nggak nengok sama sekali. Salah sendiri bikin kesel biar makan getah sendiri si gembul.

Lima menit usai. Jaemin sama Hyunjin juga udah selesai nyontek, mereka menyerahkan kertas jawaban ke pak Donghae. Setelah itu pak Donghae memulai materi yang sudah dia koneksikan ke proyektor.

Pelajaran seperti biasa, nggak ada kendala bahkan pak Donghae mengakhiri lebih cepat dari biasanya karena ada urusan katanya. Pak Donghae keluar kelas dengan membawa tas jinjingnya yang berisi laptop, materi juga sudah di mintakan oleh PJMK.

Viona mengambil ponselnya dari kantong tas bagian depan. Viona mengernyit ketika melihat notif chat Jeno yang udah banyak di bagian jendela layar ponsel. Dia pun membuka room chat Jeno, untung saja teman-temannya udah pada keluar cari makanan, dia tidak ikut keluar tadi udah nitip bihun telur ke Yeri, dia lagi males aja buat keluar.

Viona menghela nafas untuk menetralkan perasaannya, hari ini tuh moodnya down banget gara-gara Nada tadi pagi.

"Oke tenang," gumam gadis itu lalu membalas pesan text dari Jeno.

"Ha-hah gimana, huftt tau ah," dumel Viona lalu memasukkan kembali ponselnya karena Jeno hanya membaca pesannya. Tak lama ada seseorang yang mengetuk pintu kelas. Yeji membukakan pintu karena dia sedang duduk di dekat pintu.

"Vi," seru laki-laki itu.

Viona mengerjap-ngerjapkan matanya, "Jeno,"

"Sini bentar,"

Kasian si Yeji, dia cuma diem aja gitu di samping pintu. Akhirnya Viona beranjak dari duduknya dan berjalan ke pintu, tak lupa dia mengucapkan terimakasih pada Yeji. Yeji hanya mengangguk lalu kembali ke tempat duduknya semula.

Mereka cukup lama diem-dieman tanpa ada yang mulai duluan, pasalnya agak canggung aja gitu. Mereka duduk di bangku depan kelas diploma.

Akhirnya Jeno berdeham untuk mencairkan suasana, Viona pun menoleh.

"Sorry," ujar Jeno pelan.

Viona menautkan kedua alisnya, "Buat?"

"Buat rumor," Jeno menunduk lalu menghela nafas berat.

"Ha-hah? Hubungannya apa?"

Jeno mendongak dan menatap ke kedua bola mata Viona. Dia hanya menghela setelah itu menunduk kembali.

"Ihhh kenapa sih?" Viona mengangkat kepala Jeno, nggak peduli sama mahasiswi-mahasiswi yang lewat sambil sedikit menggunjing.

"Ya udah deh lupain," sahut Jeno dengan nada lemah, Jeno menurunkan tangan Viona dari kepalanya.

Viona berdecak kesal, "Gue nggak ada pikiran macem-macem tentang rumor lo itu,"

'Agak sedikit bohong sih, tapi ya udah lah emang gue ga ada hak,' batin Viona.

"Tapi lo kesel kan?"

Sekarang laki-laki itu mulai menatap serius ke arah Viona, sampai-sampai Viona memundurkan kepalanya.

"Ng-nggak usah gitu dong natepnya, banyak yang liat bego," gerutu Viona.

"Bodo, jawab gue!"

"A-apa?"

"Ckk cepet,"

"Hufttt i-iya sih—" belum juga Viona menyelesaikan ucapannya, Jeno udah senyum-senyum yang susah diartikan.

"H-hah bukan gitu maksudnya, gue kesel sama si nada dari tadi pagi dia tuh bawel banget ngomongin rumor-rumor yang bahkan nggak ada hubungannya sama gue," setelah Viona ngomong gitu, dia langsung memalingkan pandangannya.

"Ohh nggak ada hubungannya ya," ujar Jeno, nadanya sedikit sedih.

Viona mengusap gusar wajahnya, "Bukannya gitu jen, gue sama lo kan biasa aja lagian lo kalo mau nganterin siapa pun kan terserah elo, secara langsung maupun nggak langsung kan itu hak lo juga, terus kenapa gue harus mikirin rumor yang bahkan gue aja nggak terlibat,"

"Jangan salah paham dulu, gue nggak mau rumornya makin panjang, ya udah berjalan sewajarnya aja," lanjut Viona, dia hendak meninggalkan Jeno karena udah banyak yang ngeliatin, dia agak risih tapi laki-laki itu segera menarik tangannya yang menyebabkan beberapa mahasiswi yang lagi-lagi lewat sedikit tersentak. Viona yang tidak nyaman dengan pandangan mereka, dia pun melepaskan tangan Jeno.

"Kita obrolin nanti lagi ya jen, nggak enak di pandangin," Viona pun berlalu.

Jeno menatap tajam ke arah mahasiswi yang masih sempat membicarakan mereka berdua. Jeno masih stay di depan kelas Viona, mumpung dia ada jam kosong makanya pengen ngobrol sama Viona tapi malah keadaannya makin nggak tenang. Bahkan ada beberapa yang menghampiri Jeno dan bertanya soal kejadian barusan tapi Jeno hanya menjawab jutek dan ketus, setelah itu para ciwi-ciwi itu pergi dengan wajah tak mengenakkan.

Viona yang tau Jeno masih didepan kelas, dia pun mengambil ponselnya kembali dan mengirim pesan ke room chat Jeno.

Jeno membuka room chat line-nya yang menampilkan pesan text dari sang gadis. Dia tersenyum melihat pesan itu lalu segera membalas pesan dari Viona.

Jeno beranjak dari tempat duduknya, sebelum kembali ke kelasnya dia menengok ke jendela kelas Viona. Viona yang tau Jeno, dia pun tersenyum canggung. Jeno juga sama dia senyum-senyum kesenangan, setelah itu berlalu pergi dari kelas Viona.

Setelah Jeno pergi barulah teman-teman Viona datang, untung aja kalo nggak Viona udah jadi bahan ejek-ejekkan si gembul lagi. Viona aja sampe mikir udah banyak banget dosa Nada ke dia, tapi dia kok tetap aja mau temenan bahkan sahabat. Kurang sabar gimana lagi coba.

Yeri memberikan bihun telur ke Viona, setelah itu Viona merogoh dompetnya dan memberikan uang sepuluh ribuan ke Yeri.

♥♥♥♥♥

Sore ini Sooyoung ada rapat ke luar kota sama rekan-rekan kerjanya, entahlah sekarang ini sering banget Sooyoung sibuk. Bahkan Jisung sampe rengek-rengek agar bundanya itu nggak sibuk lagi, tapi ya gimana lagi demi kebaikan dirinya sendiri jadi Jisung cuma bisa pasrah. Sebenarnya Jisung tuh sedih kalo bundanya itu kembali sibuk, dia takut nggak di perhatiin lagi dan berakhir manja ke kakaknya.

Doyoung juga sudah pergi dengan bala-bala BEM-nya itu, karena sebentar lagi kampus bakalan ngadain kompetisi dari berbagai organisasi jadi ya gitu sibuk banget. Padahal yang seharusnya sibuk tuh DPM tapi selalu saja Doyoung yang repot, ya jelaslah dia kan ketua hmm.

Jadi hanya ada Jisung dan Viona di rumah, karena Jisung bosan dia pun mendekati kakaknya yang sedang memasak untuk makan malam nanti. Makan malam nanti bakalan sepi hanya ada dia dan adiknya.

Tak berapa lama suara ketukan pintu rumah berbunyi. Mungkin saja itu Jeno, karena tadi pagi gadis itu meminta Jeno untuk ke rumahnya. Biar Jisung juga punya temen soalnya Viona mau ngerjain tugas Farmasetika dari bu Irene.

Viona meminta adiknya untuk membuka pintu karena dia masih memasak.

"Eh bang jeno," seru Jisung senang.

"Sendirian san?" Tanya Jeno celingak-celinguk mencari keberadaan sang gadis. Jeno juga terbiasa memanggil Jisung dengan nama panggilan di rumah, karena sering ngedenger Viona manggil pake nama Ahsan, jadi ya ikut-ikutan manggil dengan nama itu.

"Kak ana lagi masak bang, masuk dulu bang," ajak Jisung.

Jeno mengangguk, sampai di dalam rumah laki-laki itu terkesiap dengan bau harum masakkan. Jeno berjalan ke dapur mendapati Viona yang fokus membolak-balikkan spatula, gadis itu sedang memasak nasi goreng yang mudah dikerjakan.

Gadis itu memakai celemek berwarna monochrome, kain serbet tersampir di bahu kirinya. Viona membalikkan tubuhnya dan sedikit terkejut saat tiba-tiba Jeno sudah berada di depannya.

"Lo kayak hantu aja sih jen tiba-tiba nongol tapi nggak ada suaranya," gerutu Viona.

"Gue nyium bau nasi goreng lo jadi laper hehe," ujar Jeno.

"Ya udah panggil ahsan, kita makan bareng," wajah Jeno langsung berbinar, dia pun berjalan menuju Jisung yang sedang menonton tv.

"San makan," seru Jeno.

"Siapp bang,"

Viona mengambil piring dan nasi goreng yang sudah dia letakkan di wadah nasi, lalu meletakkannya di meja makan.

Ditengah-tengah menikmati makan, ponsel Viona yang dia letakkan di nakas tempat bumbu itu berdering. Viona segera mengambil, menampilkan layar panggilan untuk video call.

Baebae

Incoming call

Accept || Decline

Setelah tau siapa yang video call, gadis itu menyentuh tombol hijau pada layar menampilkan seorang laki-laki di seberang sana.

"Anaaaa..." Seru seseorang itu. Jeno mengernyit setelah mendengar suara laki-laki dari ponsel Viona.

"Baeeeee...." Seru Viona senang, Jeno makin penasaran saat Viona berseru seperti itu. Viona berjalan ke meja makan kembali masih fokus dengan ponselnya.

"Gimana kabar bunda, bang arsa sama ahsan?"

"Abang sama bunda nggak di rumah, tuh ahsan," Viona membalikkan mode kameranya ke arah Jisung yang sedang makan.

"Siapa kak?" Tanya Jisung.

"Jinyoung," sahut Viona, dia sampe lupa kalo di sampingnya ada Jeno yang kini menatap datar ke layar ponsel Viona yang menampilkan seorang laki-laki.

"Eh bang kapan kesini," seru Jisung.

"Iya nanti kalo libur san," ujar laki-laki itu. Setelah itu Viona membalikkan kameranya kembali agar fokus ke wajahnya.

"Eh sapa tuh?" Viona akhirnya menoleh ke Jeno yang masih menatap dengan dingin.

"O-oh temen ngampus bae," ujar Viona agak pelan karena nggak nyaman juga ditatap seperti itu sama Jeno.

"Eh udah dulu ya na, aku mau turun, kapan-kapan vc lagi,"

"Oh oke bae, ti-ati," setelah laki-laki itu melambaikan tangan, Viona pun menutup video call.

Viona menoleh ke arah Jeno setelah meletakkan ponselnya di meja.

"Ekhem...sorry ya jen jadi dikacangin," gumam Viona.

Creation is hard, cheer me up!

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Tulisan_Pyycreators' thoughts