webnovel

Bab 26 Dewa Gagal

Wanita pengganti kartu itu pun diganti lagi menjadi orang lain, setelah kartu diperiksa, Reza Qiao juga masih memilih kecil, kemudian wanita itu mengocok kartu dan tatapan Reza Qiao pun masih menyipitkan matanya.

Dilihat sekilas Reza Qiao tampak santai, tetapi sebenarnya dia sangat memperhatikan setiap sikap wanita itu saat mengocok kartu.

Sebenarnya kesempatan kemenangan 50:50, tetapi kenapa tamu selalu kalah, rahasianya adalah saat si pengocok kartu membagi kartunya.

Bisa dikatakan bahwa setiap pembagi kartu adalah penipu, hanya saja tidak disadari oleh tamu-tamu biasanya.

Sebenarnya saat memeriksa kartu, Reza Qiao sudah mengingat setiap posisi besar dan kecilnya kartu, jadi bagaimana pun gerakan si wanita pengocok kartu lebih detail dan cepat, tetap saja tidak bisa mengalahkan mata Reza Qiao.

Bagi Reza Qiao, kartu tertutup dan terbuka tidak ada bedanya.

Tentu saja kali ini dia masih memilih kecil, dan Reza Qiao pun masih menang, dari 5 juta RMB (Sekitar 10 miliar Rupiah) menjadi 10 juta RMB (Sekitar 20 miliar Rupiah).

Ruangan itu hening seketika, sampai-sampai hanya terdengar suara napas setiap orang.

Semua orang benar-benar sudah terkejut, tidak ada lagi yang percaya bahwa ini adalah keberuntungan, orang-orang yang sudah lama mengenal dunia perjudian pun merasa bahwa anak muda yang di depan mereka adalah master dewa judi.

"Sudah cukup." Reza Qiao merasa sudah lumayan banyak.

Beni Ouyang dan Regy Wu pun mengambil token itu dan mengantinya dengan uang tunai, setiap orang memikul sebuah plastik besar yang berisi bertumpuk-tumpuk uang.

Reza Qiao melambaikan tangan ke semua orang: "Silakan semuanya lanjut bermain, semoga semuanya menjadi kaya."

Beni Ouyang dan Regy Wu pun sangat-sangat senang, Tuan Reza terlalu hebat, bisa mengubah uang dari 700.000 RMB (Sekitar 1 miliar 400 juta Rupiah) menjadi 10 juta RMB (Sekitar 20 miliar Rupiah), ini sudah melebihi batas nominal yang diperkirakan.

Baru saja mereka ingin pergi dari tempat judi itu, seorang pemuda pun menghentikan jalan mereka, dengan sopan berkata: "Tuan, berhenti sebentar."

"Ada urusan apa?"

"Bosku ingin mengobrol dengan denganmu."

"Aku juga tidak mengenal bosmu, apa gunanya mengobrol?"

"Tuan, karena bosku ingin bertemu dengan anda, maka anda seharusnya pergi menemuinya."

"Aku tidak mau."

Pemuda itu melambaikan tangan dan terlihatlah sekelompok orang berbaju jas hitam mengelilinginya.

Raut wajah Beni dan Regy pun berubah.

Kemudian Reza Qiao berteriak: "Woi, coba kalian lihat ini, tempat judi ini tidak mau kalah, kami menang uang dan mereka pun tidak membiarkan kami pergi."

Begitu Reza Qiao berteriak, beberapa tamu di sana yang mendapatkan uang dari Reza Qiao pun datang bersamaan dan berkomentar.

"Memangnya hanya kalian yang bisa menang uang, sekarang orang lain menang malah kalian yang panik."

"Tempat judi yang tidak mau kalah seperti ini, lain kali tidak perlu didatangi lagi."

"Tempat judi besar Geng Liuhe hanya rugi 10 juta RMB (sekitar 20 miliar rupiah) saja sudah ketakutan sudah ketakutan, benar-benar memalukan."

Semuanya pun menunjuk dan menyalahkan mereka.

Raut wajah itu pun berubah, dan kemudian mengeluarkan ponselnya...

Setelah itu dia pun membiarkan mereka pergi.

Reza Qiao bersama dengan Beni dan Regy membawa 10 juta RMB itu keluar dari tempat judi.

Sesampainya mereka di markas Geng Qingtian, uang 10 juta RMB tersebut pun disusun dengan rapi di hadapan mereka, semua mata yang melihatnya pun berbunga-bunga.

Reza Qiao berkata dengan kuat: "10 juta RMB ini dipakai untuk dua hal, yang pertama adalah beli senjata dan merekrut orang untuk membantu meningkatkan Geng Qingtian, hal kedua adalah dipakai untuk membantu keluarga serta masalah yang dialami oleh saudara-saudara se-Geng."

Begitu kata-katanya selesai, semua orang pun menjadi sangat senang dan semuanya berteriak: "Semoga panjang umur Tuan Reza."

Reza pun menepuk pundak Beni Ouyang dan berkata dengan hangat: "Beni, dalam melaksanakan tugas ini, aku ingin memberikan sebuah kata-kata untukmu, bawahan dijaga oleh bos, dan bos diangkat oleh bawahan."

"Aku pasti akan selalu mengingat ajaran Tuan Reza."

Dan saat itu di hati Beni Ouyang, Reza Qiao sudah menjadi bos besar yang hebat, walaupun dia lebih muda bertahun-tahun darinya.

Waktu pun sudah jam 12 malam saat Reza Qiao meninggalkan markas Geng Qingtian.

Saat itu, di kediaman keluarga Feng.

Hardy Feng sedang mondar-mandir di ruang tamu dengan tangan yang berada di belakang.

Hardy Feng sudah hampir berusia 50 tahun, tubuhnya tinggi besar, dengan rambut pomade yang berkilau, dan terlihat sangat pintar bergaya, orang ini sudah banyak pengalaman, setelah proses berkembang selama bertahun-tahun, sekarang dia pun berhasil menjadi pebisnis terkenal di kota Qing.

Hardy Feng menghentikan langkah kakinya dan melihat ke arah si tua bangka: "Paman Cheng, mengenai proyek besar 4 miliar ini, Steven Qiao berubah pikiran, benar-benar sangat aneh."

Dimas Cheng mengelus-elus beberapa helai kumis di bawah dagunya: "Memang hal ini sangat aneh, tadi aku baru saja menelepon sekretaris Steven Qiao, aku dengar bahwa perubahan hal ini ada hubungannya dengan sebuah telepon yang diterima Steven Qiao."

"Siapa yang menelepon Steven Qiao?"

"Sementara tidak jelas siapa, hanya saja Steven Qiao memanggil dia dengan sebutan Paman kecil, dari nada bicaranya seperti sangat menghormati orang tersebut."

"Paman kecil?"

"Benar, dan orang itu menelepon menggunakan ponsel Rini Liu, berarti orang itu berada di sebelah Rini Liu."

"Jika memang dia adalah adik kecil Steven Qiao, berarti marganya Qiao juga, apakah di samping Rini Liu ada orang yang bermarga Qiao?"

"Ada satu orang supir baru yang bernama Reza Qiao."

"Reza Qiao orang mana?"

"Aku sudah menyuruh orang untuk mencari tahu, tetapi anehnya, tidak ada petunjuk apapun, seperti Reza Qiao ini muncul langsung secara tiba-tiba,"

"Apakah dia benar-benar Paman kecil Steven Qiao?"

"Aku rasa bukan, karena Reza Qiao berusia 21 tahun, dan setelah memeriksa 18 silsilah keluarga Steven Qiao, sama sekali tidak ada namanya Reza Qiao, lagi pula Steven Qiao tidak mempunyai senior yang lebih muda darinya."

"Kalau begitu aneh, apakah jangan-jangan Paman kecil itu bermarga Xiao, sehingga Steven Qiao memanggil namanya dengan sebutan Paman kecil?"

Dimas Cheng pun berpikir dalam-dalam.

Hardy Feng berkata kembali: "Bukankah Reza Qiao adalah orang yang melukai Andy Feng?"

"Iya."

"Hanya seorang supir rendahan mengapa bisa begitu hebat? Aku curiga Andy berbohong bahwa si supir itu yang menghambatnya mengejar Rini Liu, jadi dia sengaja menyalahkannya."

Dimas Cheng pun berkata: "Mungkin juga."

"Tidak peduli benar atau tidak, karena kata Andy Feng bahwa Reza Qiao lah yang melakukannya, kalau begitu kita harus mencari kesempatan untuk menghabiskan bocah itu."

Bagi seorang Hardy Feng, membunuh orang lebih gampang daripada menginjak mati seekor semut, apa lagi orang itu hanyalah seorang supir.

"Hardy, masalah ini tidak terlalu buru-buru, kita masih ada hal yang lebih penting lagi."

"Hal apa?"

"Albert Han sebentar lagi akan keluar."

Hardy Feng menaikkan alisnya dan kemudian menganggukkan kepala, dua tahun sudah, dan akhirnya dia akan segera keluar.

Sambung Dimas Cheng: "Hardy, belakangan ini aku melihat garis astronomi di malam hari, terlihat sepertinya bagian timur akan terjadi pertumpahan darah."

"Timur? Pertempuran apa?" tanya Hardy Feng.

"Hardy, jangan lupakan orang yang sudah menghilang 20 tahun lamanya itu."

"Adam Lu!" tubuh Hardy Feng pun tersentak dan teringat kejadian 20 tahun yang lalu...

Keesokkan paginya Reza Qiao menjemput Rini Liu untuk bekerja.

Di dalam perjalanan, Rini Liu sekali-sekali menatap Reza Qiao.

"Rini, bukankah hari ini aku sangat tampan?"

Rini Liu pun menjawabnya: "Tidak tahu tampan darimana."

"Kalau begitu kenapa kamu mencuri-curi untuk melihatku?"

"Sembarang bicara, siapa juga yang mencuri-curi untuk melihatmu?"

"Kalau begitu, kamu ada maksud makanya menatapku?"

"Hei Reza Qiao, percaya dirimu tinggi sekali."

"Tentu saja, aku pria nomor satu di dunia ini, jika tidak percaya diri, mana bisa seperti ini."

"Dasar." Rini Li pun mengalihkan pembicaraan: "Kemarin kamu katakan jika sudah 2 juta RMB (Sekitar 4 miliar Rupiah) kamu tidak ingin lagi bersusah payah menjadi supir, lalu hari ini kenapa?"

Rini Liu dengan tatapan menunggu menatap Reza Qiao.

"Oh, sebenarnya aku memang berencana seperti itu, malahan semalam aku berpikir keras bagaimana caranya menikmati hidup ini, tetapi setelah malam aku pun berubah pikiran." Kata Reza Qiao dengan serius.

"Maksudnya?"

"Karena uang 2 juta RMB itu sudah tidak ada."

Rini Liu pun terkejut seketika: "Tidak ada? Kenapa bisa? Direbutkah atau dicuri?"

Reza Qiao menghela napasnya: "Tidak dirampas, tidak juga dicuri, hanya saja semalam aku pergi ke tempat judi."

"Hah? Kamu pergi ke tempat judi? Terus, terus kalah?" Rini Liu pun membesarkan matanya.

"Iya, semalam tidak beruntung, jadi aku kalah sampai pakaianku habis."

Rini Liu benar-benar bingung, si gagal ini, bisa-bisanya dalam satu malam menghabiskan uang 2 juta RMB.

"Jadi, aku masih harus menjadi supir dan berjuang lagi dari awal." Wajah Reza Qiao terlihat senyuman yang menyedihkan.

Rini Liu pun merasa sangat sedih, padahal dia sudah merencanakannya matang-matang, hari ini dia tidak akan datang lagi kemari setelah Reza Qiao mendapatkan 2 juta RMB itu, tetapi tidak disangka...

"Rini, kamu tahu tidak, judi benar-benar sangat seru, hanya dalam sekejap mata, 2 juta RMB pun ludes begitu saja, bagaimana jika lain kali aku mengajakmu kesana, dan kamu bawa saja 20 juta RMB (Sekitar 40 miliar Rupiah) kita lihat seberapa lama habisnya." Tiba-tiba Reza Qiao bersemangat.

"Diam, aku lihat sepertinya kamu bukan hanya gagal dalam percintaan, tetapi juga gagal dalam perjudian, benar-benar tidak tertolong lagi." Rini Liu pun emosi dan berkata dengan kuat.

"Sebenarnya aku memang dewa gagal."

Saat itu Rini Liu pun menjadi kesal, setan di depan matanya itu, selain genit dia juga gagal dalam berjudi, ingin sekali mengusir dia, tetapi tidak tahu bagaimana caranya, padahal sudah ada kesempatan untuk mengusirnya, tetapi sia-sia begitu saja.

Sesampai di kantor perusahaan, Milan masuk: "CEO Liu, aku sudah menemukan supir baru, sebentar lagi dia akan melapor, pemudia itu sangat tampan dan sangat jujur, lalu keahlian menyetirnya pun sangat hebat."

Rini Liu melambaikan tangan dengan tidak bersemangat: "Tidak perlu menyuruhnya untuk mendaftar lagi."

"Kenapa?"

"Si Reza Qiao tidak lagi menjadi orang kaya, dia tidak jadi pergi dari sini."

"Hah, kenapa?" kata Milan dengan terkejut.

"Semalam dia menghabiskan 2 juta RMB itu di tempat judi begitu saja!"

"Hah?" Milan pun terbodoh.

Rini Liu kesal dan berkata: "Kemarin sore dia masih dengan senang berkata ingin menikmati kehidupan dengan baik, dan tidak ingin bersusah payah untuk menjadi supir lagi, aku mendengarnya saja juga membuatku sangat bahagia, akhirnya bisa lepas dari setan ini, tetapi hanya dalam semalam, dia kembali menjadi orang miskin lagi, dan tetap lanjut menjadi supir, tidak ada gunanya aku senang kemarin."

Milan merasa sakit hati, uang 2 juta RMB tidak sangka dihabiskan begitu saja dalam semalam, bukan malah disimpan sedikit.

"CEO Liu, jika tahu seperti itu, lebih baik uang 2 juta RMB itu dibekukan saja di dalam gajinya, setelah 20 tahun kemudian baru berikan kepadanya."

"Kak Milan, memangnya kamu ingin menyuruhnya untuk menjadi supir selama 20 tahun? Sekarang satu hari saja aku pun tidak tahan." Kata Rini Liu dengan sedih.

Milan menaikkan alisnya: "CEO Liu, jika memang kamu tidak tahan lagi padanya, usir saja dia."

"Bagaimana cara mengusirnya kalau sekarang? Dia baru saja berhasil memberikan proyek besar 4 miliar untuk perusahaan dan mendapatkan bonus sebanyak 2 juta RMB, jika diusir bagaimana tanggapan orang-orang? Bagaimana caraku mengelola perusahaan ini lagi?"

"Benar juga ya, sepertinya harus dia sendiri yang mengajukan pengunduran diri barulah cara terbaik."

"Iya betul, tetapi mungkinkah? Sekarang dia apapun tidak punya, dan masih harus bekerja sebagai supir."

Milan berpikir sebentar: "Bagaimana kalau begini, karena dia mempunyai titel asisten CEO, kalau begitu biarkanlah dia mengurus sesuatu, jika tidak beres, maka ada alasan untuk mengusirnya."

Rini Liu merasa kata-kata Milan masuk akal, kemudian dia menaikkan alisnya: "Orang itu selain menyetir, tidak bisa apapun lagi, memangnya mau suruh dia mengurus apa?"

Milan tertawa: "Kita boleh menyuruhnya untuk mengurus satpam."

"Mengurus satpam?"

"Betul, satpam-satpam di perusahaan kita terlihat sedikit berantakan, kapten satpam yang mengurusnya saja malas, setiap hari hanya tahu minum arak dan bermain judi, kekacauan bulan lalu saja tidak beres, jadi sudah seharusnya kita perbaiki dari awal, jadi kebetulan kita bisa menyuruh Reza Qiao untuk mencoba, jika tidak benar, kita bisa..."

Begitu mendengarnya, Rini Liu pun langsung bersemangat kembali: "Bagus, ini ide yang bagus, panggil Reza Qiao kemari."

Sesaat kemudian, Milan pun memanggil Reza Qiao.

Rini Liu menatap Reza Qiao dengan tersenyum palsu: "Reza Qiao, karena kamu adalah asisten CEO, jika hanya menyetir, tidak akan terlalu bagus untuk dilihat, aku memutuskan agar kamu mengurus satpam-satpam perusahaan."

Reza Qiao pun menganggukkan kepalanya: "Benar-benar bos sangat bijaksana sekali, dewa gagal seperti aku yang begitu tampan dan cerdas, jika hanya menyetir saja akan benar-benar menyia-nyiakan bakatku."

Rini Liu dan Milan pun saling bertatap muka, orang ini benar-benar percaya diri sekali, masih saja menganggap dia adalah orang yang berbakat.

"Reza Qiao, aku katakan kepadamu hal buruknya terlebih dahulu, jika kamu tidak bisa mengatur dengan baik petugas keamanan, aku tidak akan segan-segan lagi." Kata Rini Liu dengan tegas.

Reza Qiao pun berkata: "Tidak masalah, tetapi gajinya aku yang menentukan."

"Boleh."

Reza Qiao pun pergi dengan rasa puas.

Rini Liu dan Milan pun bertatap muka dan tertawa.