webnovel

Harapan seorang ibu

Hangat cahaya sang mentari menepis sedikit demi sedikit dinginya kabut yang menyelimuti sepanjang malam. Titik titik embun diatas dedaunan bagai berlian berkilauan menambah indah pemandangan pagi ini. Kucing dan Anjing liar menggeliat menarik otot ototnya untuk bisa bermain lagi. Petani dan ibu ibu sudah mulai meramaikan jalanan dengan segala kegiatan mereka. tapi...

"Raniiiiii.....Raniiii....banguuuunnn!" si putri tidur kembali menarik selimut saat terdengar suara melengking seorang wanita memanggil namanya.

tok. tok tok

" Raniiiii...aduh anak ini...heiii...buka pintunya! banguun! dasar anak malas...heiii"

tok tok tok

" Aduh iya bu bentar lagiii...aarghhh..." Rani menutup rapat telinganya dengan bantal dan selimut dengan harapan bisa mengurangi suara berisik ibunya.

Tok tok tok tokkk

suara gedoran pintu makin lama makin panjang dan lama.

Dengan kesal Rani melempar bantal dan selimutnya ke arah pintu. Dengan mata masih terpejam, Rani dudul diatas tempar tidurnya.

" Buuu...aku kan gak sekolah kok disuruh bangun pagi sihh...arrrrggghh..." seru Rani kesal.

" heiii..sekolah gak sekolah kalau sudah pagi ya bangun. Bantu ibu kek atau olahraga apa sana. Ayo jangan malas! perempuan kok malas! ayo banguunn! kalau gak..."

belum selesai ibu Rani berbicara, Rani sudah memotongnya " ahhhh...ibuuu...kemarin aku tidurnya kemalamaaann..!"

" siapa suruh kamu begadang, hah?! ato bangun!!!"

tok tok tok tok...

"iya iyaaa..." "cerewet banget si ibu" gumam Rani.

kriekkk...

Rani membuka pintu dan bersandar dikusen pintu kamarnya.

" nih..udah bangun..." gerutu Rani

" sekarang bantu ibu cuci sayur terus kupas bawang...ayo cepat. ini sudah siang, kakakmu sudah berangkat sekolah. jadi bantu ibu bereskan kamar kakakmu dulu terus ke dapur! ayo sana! eh..jangan lupa..."

"cuci muka sikat gigi dulu" potong Rani dengan nada seperti robot.

" ya!! ayo sana jalan!"

5 menit kemudian Rani sudah mulai berbenah kamar kakak laki laki satu satunya. ya, Rani punya satu kakak laki laki dan bernama Rama. Rani sangat sayang kakaknya ini tapi dia juga kesal karena selalu saja Rama menggoda Rani yang menurut Rani kadang keterlaluan. Rama saat ini sudah duduk di kelas 3 SD sedangkan nasib Rani, seharusnya dia sudah duduk di kelas 1 SD tapi entah mengapa setelah beberapa bulan sekolah di sekolah yang sama dengan kakak Rani, Rani harus menelan pil pahit karena kepala sekolah dan beberapa guru menolak untuk menerima Rani sebagai salah satu muridnya. Kejadian seperti ini bukan hanya terjadi di satu sekolah saja, tapi beberapa sekolah juga mengatakan hal yang sama

" Maaf bu Ria, sepertinya kami tidak bisa menerima Rani untuk belajar disini, mungkin sebaiknya bu Ria membawa Rani ke sekolah lain...bla bla bla.."

" Mohon maaf, kami tidak dapat membantu putri ibu...karena sepertinya putri ibu..ehem..perlu mendapat..ehem.. perhatian khusus."

bu Ria hanya bisa menyimpan segala kemarahannya terhadap guru guru dan sekolah sekolah yang menolak Rani itu didalam hati.

bu Ria sendiri tidak mengerti kenapa mereka menolak. Demi pendidikan sang anak, bu Ria bahkan membeli banyak buku buku pelajaran dari sedikit uang tabungan yang ia dapat setelah menyisihkan sedikit setiap dia mendapat hasil penjualan sayur dipasar, kadang dia juga mengumpulkan cengkih yang jatuh jatuh ditanah milik pohon cengkih tetangga dan menjualnya.

Rani bersyukur walaupun ia tidak sekolah tapi setidaknya dia punya buku untuk dia pelajari atau menonton televisi di rumah tetangga untuk mendapat informasi terkini.

Rani telah membersihkan kamar kakaknya dan mulai membantu ibunya di dapur. Setelah selesai membersihkan sayuran dan mengupas bumbu bumbu yang ibunya perlukan, Rani berlari masuk kekamarnya dan mulai membaca. Bu Ria hanya bisa melihat anaknya itu dengan sedih. Bu Ria tahu bahwa anaknya adalah anak yang pintar. Bahkan lebih pintar dari Rama, kakaknya. Setiap kali bu Ria mengingat penolakan guru guru dan sekolah sekolah yang ia datangi, rasa marah kesal itu mulai timbul lagi. Hatinya terasa sakit, bagaimana tidak? cita citanya adalag agar anak anaknya nanti bisa berpendidikan tinggi dan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Bu Ria bahkan rela berhutang hanya demi membelikan berbagai macam buku buku untuk putrinya itu. ia juga bertekad untuk membawa putrinya ke kota besar dengan harapan ada sekolah yang mau menerima putrinya.

Gubraakkk...braakk...

" apa itu?" bu Ria berlari keluar untuk melihat suara apa sebenarnya itu. Betapa kagetnya bu Ria ketika dia sudah sampai didepan rumah ia melihat sebuah sepeda motor tergeletak menindih kaki dua orang yang menaikinya. bu Ria berlari kearah sepeda motor itu dan dengan cepat membantu mendirikan motor agar kaki kedua orang tersebut bisa terbebas dan tidak terjepit.

" Ya ampun...heiii...pak tolongin pak...ini ada kecelakaan!" bu Ria berteriak mencari bantuan. tidak lama tetangga bu Ria, pak Darmin datang dan membantu kedua orang tersebut yang sepertinya adalah orang asing.

"urghh...oo..terima kasih...terima kasih..." kata orang asing laki laki paruh baya itu sambil meringis menahan sakit.

" iya tidak apa apa...pak Darmin tolong dibantu bawa kerumah saya ya" jawab bu Ria kepada orang asing itu lalu dengan cepar berbalik kearah pak Darmin.

" iya bu...ibu tolongin yang perempuan ya.." jawab pak Darmin

" iya pak..makasih."

tidak lama kedua orang asing yang seperyinya suami istri itu sudah duduk di ruang tamu sederhan rumah bu Ria.

" mm..ini minumlah dulu, pasti gemetar ya karna jatuh tadi?" bu Ria tersenyum mengulurkan dua gelas dan menempatkannya di meja tamu lalu mempersilahkan kedua orang asing itu untuk minum.

kedua orang asing hanya tersenyum dan mengangguk lalu meminum air putih yang disuguhkan bu Ria.

bu Ria lalu mengambil kotak obat lalu duduk dilantai dan memegang kaki wanita asing itu..karena sungkan atau bagaimana wanita asing itu menarik kakinya dan memegang kedua tangan bu Ria sambil tersenyum " tidak apa apa...saya sendiri akan memberi obat.." dengan bahasa indonesia yang belum lancar wanita asing itu menolak bu Ria dengan ramah.

" hahaha...jangan sungkan, anak saya sering jatuh jadi saya sudah biasa mengobati luka seperti ini, jadi jangan malu ya, ayo mana kakinya.." bu Ria mulai menarik kaki wanita asing itu dan menggulung celananya.

wanita asing dan suaminya itu hanya bisa berpandangan dan tersenyum sepertinya dia tidak begitu mengerti kata kata bu Ria.

" mm...can you speak english?" tanya laki laki asing tersebut. bu Ria hanya melihat dengan melongo kearah keduanya dan tersenyum malu. " eh...saya tidak mengerti.." jawab bu Ria sambil memegang tengkuknya dengan malas.

" well...I can speak english.." tiba tiba suara anak kecil terdengar dari arah belakang kedua orang asing itu. bu Ria melihat kearah anak itu dengan pandangam tak percaya. ' Rani kok bisa bahasa inggris ya? kapan dia belajarnya?' pikir bu Ria.

" oo..hallo...kamu bisa bahasa inggris? jadi bisa tolong kami, katakan pada ibumu kami akan mengobati kaki kami sendiri." mata Laki laki dan wanita asing itu berbinar saat melihat Rani, seperti malaikat penolong yang datang untuk mereka.

" kenapa? apa kalian habis jatuh? tidak apa ibuku jago kok kalau merawat orang. kadi jangan kuatir. nanti ibuku marah kalau kalian tidak diobati." jawab Rani polos

kedua orang asing hanya bisa mendesah kalah setelah mendengar kata kata Rani. mereka akhirnya mengangguk dan sambil tersenyu. berkata " baiklah, tolong bantu..."

bu Ria tak menunggu waktu lama dan mulai mengobati luka luka kedua orang asing itu. setelah selesai bu Ria pergi ke dapur dan menyuguhkan makanan ringan untuk kedua orang asing itu.

" Namamu siapa nak?" tanya laki laki paruh baya itu.

" Rani, dan anda berdua?" tanya Rani dengan pandangan mata bulat yang cantik dan polos yang bisa membuat siapa saja menggeram gemas melihatnya.

" saya Kim Su Ho dan istri saya Lee Ha Ni"