webnovel

Arabella And Baby Boy

Insiden yang membuatnya mengandung anak dari pria asing yang menggagahi nya di Club. Niat hati ingin menjemput sahabatnya. Justru mendapatkan perlakuan tidak senonoh, mahkota yang selama ini ia jaga hilang dalam sekejap. Setelah digagahi, pria tersebut melemparkan lembaran-lembaran uang ke tubuh wanita yang ia anggap j****g, sudah tidak berdaya. Tenaganya seolah habis untuk memberontak dan menangis sejadi-jadinya. Dipandangnya seperti seorang wanita j****g. Tanpa ada rasa salah sedikitpun lelaki tersebut meninggalkannya, tidak ada pertanggungjawaban. Arabella Maribel gadis malang tersebut kerap dipanggil Ara. Gadis ah bukan-bukan maksudnya wanita. Ara selalu dianggap pembawa sial oleh keluarganya. Hanya nenek dan kakeknya yang tulus menyayanginya. Ara selalu dimanfaatkan oleh kedua orang tua serta kakaknya. Ara dituntut untuk menjadi tulang punggung keluarganya. Dia hanya lulusan SMA. Ayahnya seorang penjudi, ibunya suka meminjam pinjaman online dan kakaknya walau lulusan sarjana tetapi dia pengangguran. Sehingga mengharuskan Ara untuk bekerja 2 kali lebih keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. 1 bulan setelah insiden tersebut terjadi, Ara dinyatakan hamil. Kedua orang tua yang mendengar anaknya hamil diluar nikah, sangat malu dan dan mencoret Ara dari daftar kartu keluarga dan tidak mau mengakui ia sebagai anaknya. 6 tahun kemudian Ara mulai menjalani kehidupannya dengan normal dan bangkit dari keterpurukannya. Putranya kini berusia 6 tahun wajahnya berbeda dengan Ara hanya telinga,bibir, dan rambutnya duplikat Ara. Untuk bagian lainnya putranya lebih menduplikat lelaki yang menidurinya. MORGAN AL GARA Walau baru berusia 6 tahun putranya berbeda dengan lainnya. Kecerdasan anak ini diatas rata-rata anak seusianya. Jika bersama mamanya Morgan anak yang ceria tetapi jika diluar lingkungan dia sangat pendiam dan tidak ingin disentuh jika bukan orang yang sering menyentuhnya Alih-alih Ara ingin memulai lembaran baru dengan kembali ke kota justru itu menjadi pertemuannya kembali dengan ayah kandung putranya.

Anandaa_Dewii · Urbain
Pas assez d’évaluations
3 Chs

Pregnant?

Sedikit perkenalan untuk keluarga Ara

Ayahnya bernama DARSONO

Ibunya bernama SANIA

Kakaknya bernama TARA MONICA

oke skip

⁄(⁄ ⁄•⁄-⁄•⁄ ⁄)⁄

8 minggu telah berlalu. Ara perlahan mulai melupakan kejadian buruk yang menimpanya. Sama halnya dengan Aaron walaupun akhir-akhir ini wajah Ara selalu mengganggu pikirannya, dia tetap dapat menyingkirkan nya. Jujur saja Aaron rindu dengan tubuh wanita itu.

Kabar gembira sedang menyelimuti keluarga Albern.

"Akhirnya, momy akan punya cucu." ujar Maira antusias.

Ya, kabar gembiranya adalah Anggelina di nyatakan hamil. Aaron yang mendengar nada antusias momy nya, memutar bola mata jengah. Sedangkan Anggelina sendiri hanya tersenyum, dengan senyuman palsu tentunya. Dengan begini, Anggelina dapat memeras habis keuangan keluarga ini.

"Jaga baik-baik cucu ku nak." ucap Fernand.

"Tenang saja dad, Aaron akan menjaganya."

"Bagaimana jika kita membuat pesta merayakan kehamilan mu." usul Maira.

"Tidak usah lah mom, lagian usianya baru 4 minggu kan."

"Iya mom, tidak perlu terburu-buru." timpal Anggelina melanjutkan ucapan Aaron.

Maira yang mendengar jawaban putra dan menantunya, mengerucutkan bibir sebal dengan tatapan sinisnya. Padahal sebenarnya ia ingin memamerkan kehamilan menantunya.

"Ya ya, terserah kalian sajalah." pasrah.

Aaron terkekeh. "Mom Aaron dan Anggel kekamar dulu." pamitnya berlalu menaiki tangga.

Ceklek!

"Aku sudah mengandung anakmu bukan, jadi kau harus membayarnya." ucap Anggel.

~Dasar mata duitan.~ batinnya.

"Rahim bayaran? ah ku rasa itu cocok untuk pekerjaan mu. Uang? aku akan memberikannya tidak perlu khawatir."

"Kau harus memberikan 2 kali lebih banyak."

Hanya deheman yang Aaron keluarkan. Aaron memutuskan untuk tidur di ranjang nya. Di ranjangnya? Ya, mereka memang tidur dalam 1 ruangan tetapi tidak 1 ranjang.

Pagi hari ini Ara menerima gajinya, separuh gajinya untuk orang tuanya, ¼nya ia berikan untuk nenek dan kakeknya. Dan sisanya ia gunakan untuk berjaga-jaga jika ada sesuatu yang ingin dia beli.

Bagaimana dengan makan dan bayar kost? bosnya telah menyediakan tempat tinggal para pekerjanya dan juga memberikan uang untuk makan.

"Mana duitnya? Mama sama kakakmu mau shoping." titahnya dengan mengulurkan telapak tangannya.

"Shopping terus, buat papa aja. Papa kemarin kalah main, kali ini pasti menang." ucap Darso.

"Tidak-tidak berikan semua uang itu ke mama saja Ara. Papa mu ini selalu kalah, entah kapan dia menang. Mama ingin membayar cicilan pinjaman online itu dan kakakmu ingin membeli tas baru."

"Heh, nanti juga pasti menang."

" Ma, Pa. Sudahlah bagaimana jika uangnya dibagi dua." usul Tara kakaknya yang sedari tadi hanya diam.

Ara tampak menimang dengan usulan kakaknya, beberapa menit kemudian ia mengiyakan dan memberikan uang yang sudah dibagi.

"Kenapa cuma segini hah!" bentak Darso.

"Apa cuma ini yang bisa kau hasilkan, anak tidak tau diri." teriak Sania dengan keras didepan wajah Ara.

Kedua orang tua Ara hanya bersikap baik jika berurusan akan diberi uang, setelah Ara memberikan uang gajinya pasti kedua orang tuanya selalu berkata seperti itu.

Plak

Plak

Bugh

2 tamparan dilayangkan oleh Tara, kakaknya dan 1 tendangan pada betis kaki kiri Ara yang membuatnya terduduk dilantai.

"Kenapa kau tidak bekerja sebagai pe*a*ur saja? dengan begitu bisa mendapatkan banyak uang." Darsono berucap dengan nada remeh.

"Tidak ayah, Ara tidak ma...." belum sempat ia menyelesaikan ucapannya sudah dipotong Tara.

"Bagaimana jika kita menjualnya saja ma, Pa." ujar Tara antusias.

"Bagus juga usulan mu nak, kita bisa mendapatkan uang yang lebih banyak lagi."

Ara yang mendengar percakapan mereka menggelengkan kepala cepat.

"Hikkss..., hikkss..., ti..tidak Ara berjanji akan bekerja lebih keras lagi kok." ucapnya bergetar dan meremas perutnya.

"Dari dulu kau selalu berbicara seperti itu Ara! Dan apa, ini masih sama saja." sarkasnya.

Brugh

Ara pingsan akibat kelaparan dan kelelahan menangis. Sania, Darso maupun Tara yang melihat Ara, masa bodo. Mereka memutuskan pergi meninggalkannya.

Pukul 12.38 siang Ara terbangun merasakan tubuhnya lelah, dan sangat lapar. Ara terbangun masih berada dilantai ruang keluarga tadi. Tidak ada yang membantunya.

Ara pergi ke dapur untuk mencari apa yang bisa dimakan. Ia melihat kulkas penuh dengan sayuran dan memasaknya walau perutnya sangat perih menahan lapar.

Selesai memasak Ara menaruh makanan itu dimeja makan. Kegiatan Arabkali ini diperhatikan oleh Sania, Harsono maupun Tara.

"Wah, sepertinya enak." mereka ber tiga duduk di kursi masing-masing dan mulai mengambil makanan itu.

"Kalian tidak menyisakan sedikit untuk ku." ucap Ara, dia lelah setelah memasak malah dimakan habis ketiganya.

"Apa peduli kami! Jika dirimu lapar, keluar saja cari makanan. Jika tidak punya uang mengemislah dijalan. Sudah sana pergi!!" perintah Darso.

Selama ini keluarganya tidak tau jika Ara hanya memberikan separuh gajinya kepada mereka. Daripada terus berdebat, Ara memutuskan untuk keluar dari rumah tersebut. Niat hati ingin menginap malah jadinya seperti ini.

Tutt tuut tuutt

Berkali-kali Ara menelpon Vivi agar menjemputnya. Dirinya sudah tidak kuat lagi jika sendirian.

Drrtt drrrtt drrt

Beberapa saat kemudian telepon Cia berdering, ah akhirnya sahabatnya menelpon balik.

"Hallo Ra, ada apa?" tanyanya.

"Vi bisakah kau menjemput ku, di halte bus dekat perempatan jalan rumah orang tua ku." ucapnya lirih

"Bukannya kau ingin menginap ya."

"Vi tolong jemput saja, aku sudah sangat lemas."

"Astaga, baiklah tunggu aku."

Tutt

"Arrgghh sakit sekali tuhan." Ara meremas perutnya bertambah sakit.

Brugh

Untuk kedua kalinya Ara pingsan.

"Mana sih ni anak, katanya di halte udah sore gini lagi." gerutu Vivi.

Tak jauh dari tempat Vivi duduk, segerombolan orang seperti sedang mengepungi sesuatu.

"Apaan si rame bener." batinnya.

"Permisi bu, pak. Ada apa ya didepan?" tanya Vivi mulai dengan kekepoa nya.

"Itu loh mbak ada cewe pingsan, dari 3 jam yang lalu katanya. Mau dibawa kerumah sakit tapi ga ada yang nolongin."

Vivi menerobos segerombolan orang itu.

Deg.

"Astaga Ara!"

"Heh, kenapa kalian diam saja. Bantu aku membawanya ke klinik dekat sini, dia sahabat saya." teriaknya.

Sampai di klinik, Ara segera ditangani oleh dokter.

Ceklek!

Pintu UGD terbuka, Vivi yang sedari tadi bolak balik tidak jelas seketika berhenti.

"Bagaimana keadaan sahabat saya dok?" tanyanya cepat dengan nafas tersengal-sengal.

"Pasien kelaparan, ini resep obatnya untuk ditebus nanti dan apakah pasien sudah menikah?"

"Menikah? belum sahabat saya belum menikah."

"Saya menduga bahwa pasien hamil."

"Dari mana kau tau itu dok?"

"Saya sempat meng USG dan terdapat titik kecil." jedanya menunjukkan print foto USG tersebut.

"Sebaiknya, minggu depan memeriksanya kembali. Saya permisi."

"Apa benar Ara hamil, jika memang iya aku takut kalau Ara akan menggugurkan bayi itu. Bilang tidak ya, tidak usah dulu lah, tunggu Ara benar-benar pulih baru aku sampaikan." gumamnya memasuki ruang UGD tersebut.

Melihat Ara yang sudah siuman, Vivi segera duduk di kursi samping ranjang yang berdekatan dengan nakas, terdapat bubur rumah sakit karena Vivi yang memesannya cepat.

"Ra makan dulu ya." ujarnya mulai menyuapinya.

Ara tetap menggeleng, walaupun perutnya memang lapar. Ah Ara menginginkan nasi goreng sekarang, entah mengapa tapi dia sangat menginginkannya.

"Vi rasanya pasti tidak enak, aku ingin nasi goreng saja ya."

"Tidak, makanlah ini dulu. Untuk mengganjal perutmu."

"Ga mau Vi, maunya nasi goreng." ucapnya manja dan mengerucutkan bibirnya beberapa centi.

"Ga biasanya ni anak minta kek ginian. Apa bener yah yang dikatakan dokter tadi kalau Ara memang hamil." batinnya.

"Yaudah iya Ra, nanti kita beli. Tapi sekarang makan dulu ya." tawar Vivi.

"Baiklah tapi janji kan?"

"Iya janji kok."

Apakah benar Ara hamil?

Lalu bagaimana jika Ara mengetahuinya?

Tinggalkan jejak sebagai apresiasi kalian