webnovel

Arabella And Baby Boy

Insiden yang membuatnya mengandung anak dari pria asing yang menggagahi nya di Club. Niat hati ingin menjemput sahabatnya. Justru mendapatkan perlakuan tidak senonoh, mahkota yang selama ini ia jaga hilang dalam sekejap. Setelah digagahi, pria tersebut melemparkan lembaran-lembaran uang ke tubuh wanita yang ia anggap j****g, sudah tidak berdaya. Tenaganya seolah habis untuk memberontak dan menangis sejadi-jadinya. Dipandangnya seperti seorang wanita j****g. Tanpa ada rasa salah sedikitpun lelaki tersebut meninggalkannya, tidak ada pertanggungjawaban. Arabella Maribel gadis malang tersebut kerap dipanggil Ara. Gadis ah bukan-bukan maksudnya wanita. Ara selalu dianggap pembawa sial oleh keluarganya. Hanya nenek dan kakeknya yang tulus menyayanginya. Ara selalu dimanfaatkan oleh kedua orang tua serta kakaknya. Ara dituntut untuk menjadi tulang punggung keluarganya. Dia hanya lulusan SMA. Ayahnya seorang penjudi, ibunya suka meminjam pinjaman online dan kakaknya walau lulusan sarjana tetapi dia pengangguran. Sehingga mengharuskan Ara untuk bekerja 2 kali lebih keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. 1 bulan setelah insiden tersebut terjadi, Ara dinyatakan hamil. Kedua orang tua yang mendengar anaknya hamil diluar nikah, sangat malu dan dan mencoret Ara dari daftar kartu keluarga dan tidak mau mengakui ia sebagai anaknya. 6 tahun kemudian Ara mulai menjalani kehidupannya dengan normal dan bangkit dari keterpurukannya. Putranya kini berusia 6 tahun wajahnya berbeda dengan Ara hanya telinga,bibir, dan rambutnya duplikat Ara. Untuk bagian lainnya putranya lebih menduplikat lelaki yang menidurinya. MORGAN AL GARA Walau baru berusia 6 tahun putranya berbeda dengan lainnya. Kecerdasan anak ini diatas rata-rata anak seusianya. Jika bersama mamanya Morgan anak yang ceria tetapi jika diluar lingkungan dia sangat pendiam dan tidak ingin disentuh jika bukan orang yang sering menyentuhnya Alih-alih Ara ingin memulai lembaran baru dengan kembali ke kota justru itu menjadi pertemuannya kembali dengan ayah kandung putranya.

Anandaa_Dewii · Urbain
Pas assez d’évaluations
3 Chs

Insiden

Insiden

"Bermainlah dengan ku gadis kecil, bantu aku menghilangkan obat sialan ini." pelan tetapi menekan, Ara yang mengerti apa yang dimaksud pria tersebut memberontak sekuat tenaga. Apalah daya, kekuatan Ara tak sebanding dengan pria ini.

⁄(⁄ ⁄•⁄-⁄•⁄ ⁄)⁄

Dengan kasar Aaron m**c**m gadis didepannya. Persetan dengan apa yang terjadi nantinya, yang terpenting ia dapat melampiaskan hasratnya.

"Lepas br*****k!!" pekiknya, berusaha menjauhkan kepala Aaron dari pa*****anya.

Dan yah, terjadilah penyatuan diantara mereka. Aaron tidak melakukannya 1 kali. Dirinya lupa, Aaron sangat k*t*g*h*n pada tubuh gadis ini dan memaksanya terus-menerus hingga tak berdaya.

07.15 pagi

Suara gemericik air terdengar samar-samar diruangan tersebut. Ara yang baru ingat apa yang dialaminya menangis sejadi-jadinya. Tubuhnya remuk, pegal. Bahkan di intinya terasa sangat sakit. Kotor, dirinya sudah kotor. Dirinya sudah dinodai oleh pria asing.

Ceklek!

Pintu bathroom terbuka, Ara yang mendengarnya langsung meringkuk bersembunyi dibalik selimut.

Aaron keluar sudah dengan pakaiannya rapih. Seringai kecil muncul di bibirnya. Dia tau wanita yang ia tiduri sudah bangun.

" Ini imbalan untuk mu." melemparkan lembaran-lembaran uang kertas yang nominalnya sangat banyak.

Ara yang mendengar suara bariton itu memperlihatkan kepalanya.

"Aku tidak butuh uang mu laki-laki br*****k!!!" teriak Ara lantang.

"Oh ya? Gadis j*l**g sepertimu tidak butuh uang." Ucapnya angkuh sembari bersedekap dada.

"Aku bukan j*l**g!!"

"Terserah padamu mau diambil atau tidak, aku tidak peduli." beralalu keluar.

Brakk

"Hikkss..., hikkss..., aku sudah tidak suci lagi tuhan. Aku kotor arrrgggghhhh!!" berteriak melampiaskan amarahnya.

"Laki-laki b*j*n*an!"

Ara memungut pakaiannya yang berserakan dengan langkah tertatih-tatih menuju toilet untuk membersihkan diri. Setelah dirasa cukup baik Cia kembali ke kos-kosan.

Tok! tok! tok!

Ceklek!

"Ya ampun Ara, kau kenapa acak-acakan begini? hikkss..., hikkss..., apa yang terjadi dengan mu? semalam kau tidak menjemput ku? aku mencari mu kau tau?" tanyanya bertubi-tubi Vivi syok, sangat syok. Melihat keadaan sahabatnya , Ara pulang dengan pakaian sedikit koyak. Mata merah sembab.

"Vi bolehkah aku masuk? Aku lelah " lirihnya.

"Ayo ku bantu."

Setelah meletakkan Ara ke kasur nya ia beranjak memutari kasur itu dan berbaring disamping Ara yang kelelahan.

Pukul 15.42 sore mereka baru kembali dari alam mimpinya, bahkan keduanya melewatkan sarapan dan makan siang. Hari libur yang seharusnya mereka gunakan untuk bersenang-senang justru digunakan untuk tidur. Ara bangun lebih dulu ketimbang sahabatnya.

"Hikkss..., hikkss..., Wanita murahan!!" Teriak Ara yang membuat Vivi bangun seketika.

"Hey Ra, why? Kau juga belum menjawab pertanyaan ku tadi pagi."

" Hikks..., Kalo aku cerita jangan marah ya." Ujarnya yang masih menangis sesegukan.

"Ya, cepatlah."

"Tadi malam setelah kau menelpon ku, aku langsung pergi ke Club itu. Aku sudah bertanya pada bartender, dia mengatakan ruangannya ada dilantai 3. Baru sampai dilantai 2 aku menemukan laki-laki yang terlihat mengenaskan, jad...."

"Jangan bilang kau menolongnya?" potongnya cepat.

"Ya aku menolongnya, aku merasa iba padanya hikkss..., dia bilang ingin ke kamar 2b yang jaraknya 3meter dari situ. Aku menuntunnya, setelah berada didepan pintu kamar itu aku didorong masuk olehnya. Dan dia mengunci pintu, setelahnya hikkss..., hikkss."

"Tidak perlu dilanjutkan Ra, aku tau apa yang akan kau ucapkan."

Hening

beberapa saat, Vivi mencoba menenangkan sahabatnya dengan memeluk erat. Setelah dirasa tenang Vivi mulai bertanya kembali.

"Apa kau ingat wajahnya?"

Ara menggeleng lemah "Aku tidak ingat Vi, dia seperti kolongmerat. Aku sudah tidak suci lagi Vi, aku kotor."

"Apa setelah kau tau ini, tidak ingin lagi berteman dengan ku?" tanyanya menunduk.

"Hey, kau ini ngomong apa. Tentu saja kita masih berteman, aku akan tetap berteman dengan mu Ra. Tenang lah."

Ara tersenyum dan mengangguk. Ah sahabatnya ini sangat pintar menutupi kesedihannya. Bahkan dirinya sudah kembali ceria, seperti tidak terjadi apa-apa.

"Eumm Vi, kau yang masak ya. Aku lapar haha." tawa Ara.

"Ara - Ara, kau ini memang tidak berubah dari dulu. Semoga saja kau bisa terus tersenyum seperti ini." batinnya.

"Yaya baiklah aku yang masak tuan putri." menimpalinya.

⁄(⁄ ⁄•⁄-⁄•⁄ ⁄)⁄

Tap

Tap

Tap

Aaron memasuki mansion disambut dengan tatapan intimidasi dari mommy dan daddy nya.

"Son duduklah."

Huuuhhhhh

Ziand menghela nafas berat.

"Dari mana saja kau hm? Kenapa tidak pulang? Kenapa tidak ada kabar? Apa kau tidak tau kami khawatir?" tanya mommy Maira bertubi-tubi dengan kecepatan penuh.

"Mom, bisakah bertanya satu persatu."

"Tidak, sekarang jawablah. Tidak ada penawaran." sinisnya.

"Aaron dari Club. Un...."

Plak

Tamparan keras mendarat di pipi kiri Aaron. Bukan dari Maira maupun Fernand, siapa pelakunya? ah tentu saja dari istrinya. Sebenarnya Anggelina masa bodoh, hanya untuk berakting dihadapan mertuanya.

"Benar-benar gila, apa kau tau Aaron! aku menunggumu malam tadi!!" teriaknya.

"Jangan berteriak padaku." ucapnya dingin dengan wajah datar. Reaksi ini yang ditakutkan olehnya, seperti tatapan psikopat.

"Sudah-sudah, Aaron lanjutan penjelasan mu."

"Aaron ke Club, hanya untuk party. Dan ya kenapa tidak pulang, lelah. Aaron memilih tidur di apartemen." bohongnya.

"Jadi kamu bukan untuk bermain wanita son?" tanya sinis Fernand.

"Tidak." ucapnya singkat dan berlalu pergi menaiki tangga.

Aaron lebih memilih masuk ke ruang kerjanya untuk menormalkan pikirannya.

"Arrrgghhh, kenapa wajah gadis yang ku p*r*w*ni terus terngiang dalam otakku."

"Ada apa dengan diriku." gerutunya frustasi.

Ceklek!

"Aku tidak percaya kalau kau tidak bermain wanita di Club." ujar Anggelina dengan memicingkan matanya.

"Terserah." ucapnya acuh.

"Hey, kau tau karena dirimu aku tidak jadi shoping tadi malam."

Diam, tidak ada respon dan ekspresinya masih tetap datar.

"Aaron! Aku minta uang!" teriaknya keras disamping tubuh suaminya.

"Arrgghh, sa..., kit." ucapnya pelan, Setelah Anggel berteriak Aaron langsung mencekik lehernya sangat keras bahkan memerah.

"Sudah ku bilang jangan berteriak." tekannya, dengan melepas cekikan nya.

Aaron mengambil gepokan uang yang berada di laci kecil mejanya dan melemparkan ke wajah istrinya.

" Ambil dan bersenang-senang lah."

Anggelina yang memang sangat mata duitan, segera memungut uang-uang yang jatuh dengan cepat.

"Gadis itu lagi, kenapa harus selalu muncul. Aku berharap ada kehidupan yang tumbuh dira**mnya." ucapnya menerawang jauh.

" Jika memang benar akan ada kehidupan dira**mnya, aku akan mencari mu suatu saat nanti gadis kecil."

Kyaaaaaa inilah awal kisah Ara setelah insiden

Bagaimana?

Tinggalkan jejak sebagai apresiasi kalian:)