webnovel

Antologi

Isi sesuai judul, kumpulan cerita (cerita pendek, mungkin ada yang sedikit panjang, ada juga yang agak panjang) tanpa benang merah. Suatu kali mungkin ada nama tokoh yang sama, itu hanya karena Author malas berpikir. Suatu kali mungkin ada cerita yang seolah tersambung ke cerita lain, itu hanya karena Author kurang kreatif. Satu cerita mungkin akan sangat kamu benci, tapi bisa jadi kamu akan jatuh cinta pada cerita yang lain. Jadi, silakan menikmati…

NurNur · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
25 Chs

--Earth07--

Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Janganlah berbuat kerusakan di bumi!" mereka menjawab, "Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan."

Ingatlah sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tapi mereka tidak menyadari. (QS Al-Baqarah : 11-12)

***

"Apa kalian siap?" Seorang Profesor lewat tengah baya bertanya memastikan. Ia mengenakan jubah putih kebesarannya. Rambutnya yang panjang hingga bahu diikat, sementara kepala bagian depannya botak. Kacamata yang terlihat tebal bertengger di hidungnya yang panjang, lurus, dengan pangkal hidung tinggi. Wajahnya keras dengan rahang kuat. Tatapannya yang tajam penuh ketelitian.

"Perut kalian akan sedikit mengalami guncangan, tapi kalian akan tetap hidup sampai di tempat yang ditentukan." Profesor yang terkenal bermulut kasar itu, masih sibuk dengan komputernya –berupa kaca bening setebal 2 inchi dengan layar hologram datar. Ia sedang memeriksa keadaan mesin sembari menunggu energi terisi penuh. "Jangan terlena dengan apa yang akan kalian lihat dan tetaplah fokus pada misi Earth07," tambahnya lagi tanpa mengangkat pandangannya.

Earth07 adalah poroyek penyelamatan Bumi yang digalang oleh seluruh Negara di dunia. Untuk pertama kalinya setiap Negara berhasil membuat satu kesepakatan, melindungi apa yang sama-sama mereka cintai. Bumi.

Kehancuran Bumi selalu menjadi tragedi yang menyakitkan, berulang. Meneliti planet-planet lain di luar Galaksi, menemukan yang semirip Bumi, berpindah, dan memulai kehidupan dari awal selalu dijadikan jalan keluar. Penyelesaian yang disetujui bersama. Satu-satunya pilihan. Kemudian pada akhirnya akan kembali ditinggalkan saat sekarat. Mau berulang berapa kali lagi, terus menghancurkan planet lain berapa puluh lagi.

Keserakahan manusia yang sudah mendarah daging bak kromosom X dan Y, tidak akan berakhir. Kesadaran untuk menjaga apa yang sebenarnya berharga untuk kelangsungan bangsa mereka sendiri masih minim. Dengan kedua hal itu kehancuran Bumi akan selalu menjadi tragedi yang berulang. 'Toh akan ditemukan Bumi yang lain nantinya.' Pemikiran dangkal nan mengerikan dijadikan landasan mengambil keputusan yang berujung pada terengutnya satu lagi planet yang berharga.

Berpindah dari satu Planet ke Planet lain saat kehancuran di depan mata apa bedanya itu dengan melarikan diri? Lalu apa artinya pelajaran tentang tanggung jawab yang selalu digembar-gemborkan sejak Sekolah Dasar.

Yang harus diubah adalah pola hidup manusia itu sendiri. Dimulai dari siapa? Dari manusia-manusia yang sudah melihat kehancuran dan mengerti bagaimana mengerikannya. Kami, Earth generasi ke tujuh. Karena hanya manusia-manusia yang pernah melihat bagaimana mengerikannya kehancuran yang bisa menuntun mereka yang tidak mengetahui apa pun.

Sebuah kapsul keemasan yang berbentuk mirip buah belimbing yang lancip bagian atasnya, menjadi satu-satunya pemandangan paling menonjol di ruang utama laboratorium pemerintah pusat. Di setiap sela yang menjorok ke dalam ditempati oleh satu orang yang berseragam training putih. Total semuanya 5 orang.

Pertama, Mina. Anggota termuda dengan ukuran tubuh terimut. Usia 19 tahun, tinggi badan 149 senti. Meski usianya masih sangat muda namun cara berpikirnya sudah berkali-kali lebih dewasa dibanding kakaknya. Lebih cerdas dan lebih tenang. Masih melanjutkan pendidikannya disebuah perguruan tinggi terpopuler sebelum akhirnya membulatkan tekad untuk ikut dalam proyek terbesar sepanjang sejarah, Earth07.

Grey. Alasan Profesor memilih Grey selain dari persyaratan standar yang ditetapkan adalah karena keuletan dan kerja keras yang dimilikinya. Tinggi 195 senti, usia 23 tahun. Kakak Mina.

Mina selalu merasa lebih dari kakaknya dalam segala sesuatu. Satu-satunya hal dari kakaknya yang tidak akan pernah bisa Mina tandingi hanya tinggi badan. Mina bahkan pernah berandai, seandainya dirinya yang terlahir lebih dulu, maka ia pasti akan memiliki tinggi badan yang ideal.

Yu. Tinggi 179 senti, usia 23 tahun. Tubuhnya yang terlalu kurus, dan matanya yang sayu terlihat seperti seorang pemalas. Namun kacamatanya yang setebal milik Profesor langsung menyingkirkan asumsi tidak masuk akal itu. Sifatnya cekatan, teliti, dan disiplin tingkat tinggi, seperti setiap geraknya diprogram oleh komputer.

Aya. Artis, duta lingkungan hidup. Kecintaannya pada lingkungan membuatnya rela meninggalkan gemerlapnya dunia keartisan dan puncak kesuksesannya. Meski ditentang management, manager, dan lebih dari setengah penggemarnya, Aya tetap yakin pada keputusannya untuk bergabung dalam proyek Earth07. Berdua dengan Mina merupakan anggota wanita. Tinggi 167 senti, usia 22 tahun.

Wendi. Tinggi 175 senti, usia 25 tahun. Satu-satunya orang yang paling rajin beda pendapat dengan Yu. Tipe praktis.

"Energi penuh."

"Persiapan umum selesai."

Satu per satu profesor lain yang berada di meja komando memberi perkembangan. Setelah semua persiapan dirampungkan, hitungan mundur dari angka 10 pun dimulai.

Suara desir pelan dari mesin yang sedang bekerja tertangkap oleh pendengaran setiap orang. Perlahan pintu yang bersembunyi disudut kiri tertutup, membungkus tubuh kelima orang. Setelah menutup sempurna, kapsul setinggi 5 meter itu barulah berbentuk benar-benar seperti kapsul.

Dihitungan ke-7 lampu yang mengelilingi kapsul menyala satu per satu, pertanda semua berjalan sangat lancar sampai pada tahap ini. Hitungan ke-2 semua lampu sudah menyala dan mesin sedang berada di titik maksimum. Satu dan...

Semua lampu yang mengelilingi kapsul memancarkan cahayanya ke atas secara bersamaan, sekejap mata.

"Pengiriman sukses!" Suara dari mesin pengingat membuat semua yang berada di lab. berseru riang. Semua terlihat puas saat pintu kapsul terbuka dan lima orang yang dikirim tidak lagi terlihat. Berhasil.

***

Angin berembus semilir. Matahari kadang menyengat, kadang teduh. Cicit-cuit burung terdengar sedang bersahutan riuh, rendah. Mata Grey yang terpejam mulai bergerak-gerak. Pelan, pelan, ia mulai membuka matanya, namun dengan cepat ia pejamkan kembali karena tersengat sinar mentari yang diam-diam menyusup di antara dedaunan.

"Hei, sudah bangun," Yu yang pertama menyadari Grey membuka matanya, menyapa.

"Apa yang ..." Kalimat Grey terhenti ketika ingatannya beraksi lebih cepat dibanding pertanyaannya.

Kapsul waktu, guncangan yang kuat. Selanjutnya ia merasa seolah tubuhnya dilipat dan digelindingkan dalam sebuah bola raksasa dan terbentur di sana-sini, terbang, dan jatuh ke tanah. Berulangkali. Berputar-putar. Isi perutnya seperti diaduk dengan kasar.

Mengingat kejadian saat berada dalam kapsul waktu membuat perut Grey kembali bergejolak. Seketika itu juga ia merasa mual, bangun dengan cepat, dan memuntahkan semua yang dimakannya pagi tadi.

"Dasar pria tua!" Grey mulai mengumpat "Apanya yang sedikit guncangan!"

"Dasar Gorila!" Wendi balik memaki Grey. "Badanmu saja ternyata yang besar tinggi, kalah jauh dengan nyalimu," tambahnya sinis.

Grey ingin membalas namun belum lagi satu kata keluar, ia kembali merasa mual dan muntah. Melihat kakaknya, Mina hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia mengeluarkan botol air mineral dan memberikannya pada Grey.

"Kalian! Coba ke sini dan lihat apa yang kulihat!" seru Aya terdengar girang.

Bosan hanya menunggu Grey yang tidak kunjung sadar dari pingsannya, membuat Aya berinisiatif melihat-lihat sekitar. Dan di sinilah Aya, di sisi terluar hutan, menikmati sesuatu yang sangat menakjubkan.

"Waah!" Mina yang sama terpukaunya dengan Aya kehabisan kata-kata.

"Ternyata seperti ini Bumi yang sebenarnya." Wendy yang juga terpukau tidak berkomentar banyak. "Bumi 6 abad lalu."

Kelimanya berdiri di sisi terluar hutan. Hutan tempat mereka tiba ternyata berada di sebuah ketinggian yang menjulang. Di atas bukit. Sebuah pemandangan kota kecil yang dikelilingi banyak pohon, rerumputan yang tumbuh rendah, hamparan hijau-hijauan yang sangat langka ditempat asal mereka, terlihat begitu menyatu. Langit biru cerah dengan gundukan awan yang berarak. Angin yang menampar tubuh mereka dengan lembut. Semua terlihat begitu memesona.

"Ternyata benar-benar ada dunia seperti ini." Grey yang semula berwajah pucat ikut antusias. Perasaan mual bahkan tidak lagi ia rasakan. "Kupikir hanya dongeng dan bisa dilihat hanya dari lukisan."

Jika harus diperbandingkan dengan Bumi generasi ketujuh yang mereka tinggali, keadaannya sungguh jauh berbeda. Lebih menyedihkan. Bumi mereka seolah berada di dunia lain. Bahkan langitnya saja terlihat berbeda.

Bumi generasi ketujuh terletak di Galaksi Roda Biru, berada pada jarak kira-kira 2 juta tahun cahaya dari Bumi. Dibanding Bumi, datarannya memang jauh lebih luas, namun juga lebih gersang. Daerah perairan –sungai, danau, dan laut hanya sepertiga dari jumlah dataran keseluruhan. Meski langit terlihat pucat dan awan keabu-abuan, intensitas turunnya hujan sangat jarang.

Wilayah dataran yang luas tidak serta-merta menjadi berkah karena melimpahnya lahan. Bakteri berbahaya yang belum terdeteksi jenisnya menyebar di setiap dataran dan bersembunyi ditempat-tempat tertentu.

Saat hujan turun, berbagai bakteri berubah ganas. Menyebarkan racun biru yang ditinggalkan melalui tanaman di sekitarnya. Jika matahari kembali terik, racun-racun yang tersebar di berbagai tanaman menguap. Saat manusia menghirupnya, racun akan bereaksi dan bisa menjadi sangat mematikan.

"Kenapa manusia bisa menghancurkan hal seindah ini?" Nada bicara Aya berubah sedih.

Hal mengerikan bukan hanya terjadi saat Bumi sekarat dan terjadi bencana di mana-mana. Setelahnya, setelah meninggalkan planet yang sekarat dan berpindah ke planet lainnya bencana tetap tidak bisa dihindari.

Meski telah diteliti dalam kurun waktu yang tidak sebentar, dan disebut-sebut aman, kemampuan beradaptasi manusia terhadap tempat baru yang benar-benar asing masih sangat lemah.

Aya mengingat jelas bagaimana kedua orang tuanya meninggal, dan banyak manusia lain mengalami hal yang sama.

Tragedi terkelam dengan begitu banyak jumlah kematian, terjadi saat mereka berpikir telah memiliki harapan baru, tempat tinggal baru, Bumi baru. Entah karena keracunan makanan, menghirup racun biru, terinfeksi penyakit-penyakit mematikan dari berbagai bakteri predator, dan ketahanan tubuh yang lemah terhadap perubahan iklim. Meski kemampuan bertahan hidup manusia sangat tinggi, dan kerentanan terhadap lingkungan baru telah berhasil atasi, kehilangan tetap merupakan hal yang menyakitkan.

"Karena manusia tidak mengetahui bahwa Bumi yang ada saat ini sangat berharga." Mina menanggapi dengan gaya bicaranya yang khas orang dewasa.

Semakin mereka mengamati Bumi yang sebenarnya, semakin lama, semakin mereka jatuh cinta. Semakin mereka ingin melindunginya. Memang gedung-gedungnya tidak setinggi di tempat asal mereka, teknologinya juga tertinggal sangat jauh. Tidak ada kendaraan udara yang bisa dimiliki setiap orang, tidak tersedianya koneksi internet yang bagus dan merata

Di tempat asal mereka, koneksi internet sudah sama pentingnya seperti air dan listrik. Di tempat asal mereka langit sangat gelap pada malam hari tapi kerlap-kerlip lampu hias yang tersebar di setiap kota, baliho, dan spanduk hologram yang terpajang di sana-sini membuat kota begemerlap, mewah, terlihat angkuh, meninggalkan langit malam yang kesepian.

Sumber energi memang bukan masalah di tempat yang baru. Namun semelimpah apapun sebuah energi, tetap akan habis jika diolah secara tidak bertanggung jawab.

Bagaimana majunya teknologi di tempat asal mereka, alam yang terpenting. Teknologi bisa dikembangkan selama manusia tidak berhenti berinovasi, tapi alam? Alam yang ramah tidak akan pernah kembali setelah rusak dan hancur.

"Ingat pesan Profesor! Kita tidak boleh terlena dengan apa yang kita lihat dan fokus pada misi Earth07," Yu mengingatkan.

Bagi Yu, mereka sudah terlalu banyak membuang-buang waktu yang berharga. Pertama menunggu Grey hingga sadar, dan kini berdiam untuk mengagumi. Yu bukannya tidak ikut terpesona, ia juga terpesona. Karena terlalu terpesonanya itulah ia tidak ingin terlena dan melalaikan misi.

"Anak ini selalu saja merusak suasana," Wendy mulai bersungut-sungut.

"Misi kita adalah melindungi kelestarian Bumi, aku setuju dengan Yu," Aya berkata dengan binar mata penuh semangat.

Aya merasa telah melihat harapan baru. Melihat keindahan Bumi yang sesungguhnya, dikirim kembali ke abad 20 semua itu seperti sebuah mukjizat. Sebuah peluang untuk bisa memutar balik keadaan di tempat mereka.

"Kalau begitu kita segera turun." Yu mengomando dengan suara rendah. Tidak terdengar bantahan apa pun, mereka segera mengemasi barang bawaan yang memang tidak banyak dan turun.

Proyek Earth07 adalah proyek berskala internasional dengan semua Negara terlibat di dalamnya, yang artinya setiap Negara juga mengirim beberapa agen terbaiknya. Tidak ada pembagian wilayah, semua bekerja sesuai wilayah Negara masing-masing. Karena tidak ada yang lebih mengenal tabiat suatu Negara kecuali warganya sendiri.

Tidak semua Negara memiliki kapsul waktu. Kapsul waktu bukanlah mesin untuk umum yang bisa diproduksi secara masal. Hanya empat Negara diseluruh dunia yang berhasil memproduksi kapsul waktu. Rusia, Tiongkok, Jepang, dan Indonesia. Bahkan Amerika yang merupakan Negara adidaya pada jamannya kalah langkah dengan Indonesia. Amerika masih sibuk memulihkan negaranya karena krisis yang terjadi sejak awal perpindahan Planet.

Sebelum dikirim ke masa lalu, setiap agent menjalani training camp selama 3 bulan.

Setelah meninggalkan hutan, Yu dan yang lainnya memasuki kota kecil yang sebelunya terlihat dari atas bukit.

Sinar matahari begitu membakar saat menyengat, namun mereka telah terbiasa dengan hawa panas. Di Planet asal, terik matahari saat siang hari bisa mencapai 50-65 derajat celcius. Untungnya kebanyakan pekerja lapangan adalah para robot yang sudah diprogram, sehingga para manusia hanya perlu mengawasi di belakang meja.

Semakin bertambah lagi kekaguman kelimanya pada Bumi saat tiba sebuah tempat wisata yang berupa kebun binatang. Semua hal yang mereka pelajari dan lihat saat training camp. ternyata benar-benar ada di sebuah tempat yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Sebuah tempat yang hanya ada dalam imajinasi, seperti Wonderland.

"Jadi seperti ini yang namanya gajah." Grey berusaha menggapai seekor gajah yang berada didalam penangkaran. Sebenarnya Grey tahu tangannya tidak cukup panjang terulur, tapi ia tetap merasa perlu mencoba.

"Aroma alam," Yu berujar sembari mengendus, menarik nafas dalam-dalam kemudian ia embuskan perlahan, penuh perasaan.

"Bukannya kita manusia yang berasal dari masa depan, tapi kenapa kita yang justru terlihat norak," Mina bergumam pelan, menggeleng-gelengkan kepalanya.

Mina mengamati satu persatu temannya. Kakaknya sudah menyerah dengan gajah dan beralih ke kandang Harimau Sumatera. Baru saja ia mengulurkan tangannya, ia sudah menariknya lagi dengan cepat karna nyaris diterkam. Yu masih mengendus-endus layaknya anjing pelacak. Aya meneliti setiap tanaman yang dilihatnya bersama Wendy.

Mereka dilarang membawa peralatan yang tidak ada hubungannya dengan misi. Profesor bilang, pergesaran waktu yang melibatkan begitu banyak medan magnetik kemungkinan akan merusak fungsi normalnya. Selain itu, Profesor tidak ingin kedatangan mereka terlalu mencolok dan menjadi pusat perhatian. Sebab, jika ada yang tahu mereka adalah manusia yang berasal dari masa depan, misi akan berubah kacau. Orang-orang yang memiliki kepentingan lain akan memanfaatkan keadaan.

"Pria tua itu memang hebat." Meski memuji Profesor, Grey masih menyebutnya dengan panggilan sinis. "Semua yang kita peroleh dan pelajari mulai dari medan, pemandangan, sampai binatang-binatang yang menghuni Bumi hampir sespesifik yang dijelaskan."

"Itukan karena dia memang pernah datang ke Bumi," celetuk Wendy.

"Eh, jadi rumor itu benar," Aya menyahut.

"Rumor ?" Grey, Mina, dan Yu mengulang bersamaan.

"Kalian bertiga tidak pernah dengar tentang Profesor yang disebut-sebut sebagai orang pertama yang berhasil melintasi waktu?" Pertanyaan Wendy disambut gelengan kepala oleh Grey, Mina, dan Yu. Wendy mengubah posisi duduknya, siap untuk bercerita.

Profesor sudah memiliki kecerdasan luar biasa saat kecil. Ketika berusia 12 tahun, ia ikut ayahnya yang juga seorang profesor mendatangi negara-negara yang terkenal dengan kecanggihan teknologinya untuk melakukan riset.

Di Jepang, awal mula pengembangan mesin waktu dikerjakan secara rahasia. Profesor disebut sebagai salah satu dari tiga orang yang dikirim ke masa lalu untuk percobaan.

"Profesor sudah terkenal ambisius sejak awal. Bahkan ada yang menyebut Profesor menekan pemerintah agar menggolkan realisasi pengerjaan mesin waktu. Menurut desas-desus yang beredar, misi Earth07 adalah usulan pribadi yang diajukan Profesor langsung ke parlemen yang kemudian diangkat menjadi pembahasan utama saat pertemuan antar Negara berlangsung. Tidak ada yang tahu apa yang Profesor lihat atau alami saat dikirim melintasi waktu tapi semua ambisi dan kerja kerasnya untuk hari ini," Wendy menyelesaikan ceritanya.

Tidak ada yang memberi tanggapan. Mereka sama-sama terenyuh mendengar cerita Wendy. Di balik sifat keras dan kalimatnya yang terkadang kasar, Profesor ternyata sangat berdedikasi.

"Dari semua hal yang berbeda dan berubah," Yu angkat bicara setelah menyedot es dawetnya "Rasa yang disukai lidah ternyata tetap sama." Yu mengecap-kecap minumnya.

"Rasa khas yang sama seperti dunia kita." Aya setuju.

Mereka masih berada di sebuah warung terbuka untuk menggenapkan waktu, untuk menyegarkan tenggorokan. Sesuai kesepakatan, mereka akan berpencar. Berpisah dan menetap di kota dan provinsi yang berbeda. Hanya Grey dan Mina yang masih satu paket sebagai kelompok.

"Jaga baik-baik Mina kita, ya!" Wendy berpesan pada Grey dan mengacak-acak rambut Mina.

"Aku bukan anak kecil!" Mina berucap ketus dan menjauhkan kepalanya dari jangkauan Wendy. Karena paling pendek, ia sering diperlakukan seperti anak kecil dalam kelompok mereka.

"Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Mina, aku pasti akan menghajarmu!" Aya menimpali. Ia yang biasanya feminin dan lembut, berubah galak. Aya mencubit pipi Mina sebagai salam perpisahan, sementara Yu hanya menepuk-nepuk bahunya.

"Aku bukan kecil!!" Mina berteriak tidak terima.

"Kalian ini keterlaluan sekali. Aku ini kakaknya kenapa tidak dipercaya menjaga adikku sendiri." Grey mendesis, ikut kesal.

Sebelum benar-benar berpisah, kelimanya memeriksa kembali buku panduan yang diterima dari Profesor. Berbentuk smart phone berukuran 8 × 4,5 cm dan hanya perlu menggesernya untuk berpindah kehalaman selanjutnya.

Tugas mereka adalah menggerakkan hati banyak orang agar peduli, merawat, dan melindungi alam. Melindungi Bumi. Mengamankan hutan-hutan yang masih tersisa. Mempengaruhi lebih banyak orang untuk terlibat.

Enam bulan pertama tugas mereka hanya mengamati. Mengumpulkan riset untuk menyiapkan langkah agar siap saat bertindak. Memilih sasaran dan mencari metode pendekatan yang cocok.

Kesulitan yang paling dirasakan untuk tahap awal beradaptasi adalah miskinnya teknologi. Mereka yang sebelumnya sangat dimanjakan oleh teknologi mendadak canggung harus hidup tanpa semua kenyamanan itu.

Setahun sekali mereka akan ditarik kembali ke tempat asal untuk memberikan laporan perkembangan. Tidak mudah melakukan perjalanan waktu datang dan pergi sesukanya. Selain memerlukan energi yang besar, waktu yang sejajar dan seimbangnya medan magnetik juga tidak setiap saat bisa ditemukan.

Misi melindungi Bumi tidaklah mudah. Seperti di tempat asal, mereka juga menghadapi berbagai macam keserakahan, sifat tak acuh, keras kepala; dan yang membenci kerusakan namun tidak melakukan apa pun.

Bumi adalah alam itu sendiri. Langitnya, lingkungannya, bahkan udaranya. Kehancuran tidak akan terhindarkan jika manusia tetap hidup asal dan sesukanya. Cuaca yang semakin mendidih, perubahan iklim yang tidak menentu, dan mencairnya es di kutub adalah sebuah pertanda, atau mungkin peringatan.

Bumi adalah satu-satunya rumah. Jika rusak dan hancur manusia harus pulang ke mana? Planet baru? Mungkinkah akan ditemukan yang seperti Bumi? Bukankah sejauh apa pun seorang pergi, ia pasti akan selalu merindukan rumahnya.

«(Bontang, 21 Januari 2016)»